Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Media Asing soal 20 Tahun Tsunami Aceh: Realita dan Pelajaran

Baca di App
Lihat Foto
AP/Eugene Hoshiko
Foto masjid yang menjadi satu-satunya bangunan utuh di wilayah Meulaboh yang diambil pada 2 Januari 2005, menjadi salah satu foto yang paling diingat Eugene Hoshiko, fotografer Associated Press yang meliput gempa dan tsunami Aceh. Tsunami meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Hari Kamis (26/12/2024) ini menjadi peringatan ke-20 tahun tsunami Aceh.

Pada 26 Desember 2004 sekitar pukul 07.58 WIB, gempa berkekuatan magnitudo 9.3 melanda Aceh hingga menyebabkan tsunami di sepanjang daratan berbatasan dengan Samudra Hindia.

Tsunami dengan ketinggian sekitar 30 meter itu melanda pantai barat Sumatera dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Tsunami Aceh tercatat menyebabkan sebanyak 227.898 orang meninggal dunia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada peringatan 20 tahun tsunami Aceh, sejumlah media asing menyoroti bencana alam tersebut.

Mereka salah satunya menyinggung terdapat banyak pelajaran bisa didapat dari peristiwa alam itu.

Baca juga: Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Seperti Apa Kondisi yang Terjadi Saat itu?


Berikut adalah beberapa ulasan media asing terhadap tsunami Aceh yang terjadi 20 tahun lalu:

1. Bencana paling merusak dan terburuk

The Malaysian Reserve merilis berita berjudul "Perspective: 20 Years On, Lessons Learned and Unlearned from 2004 Tsunami" pada Kamis (26/12/2024).

Media asal Negeri Jiran itu memberitakan pengalaman Tim Tanggap Darurat Malaysia pertama yang tiba di Banda Aceh untuk membantu penanganan bencana tsunami.

Media tersebut menuliskan, tsunami yang menghantam Banda Aceh sekitar 15 menit setelah gempa mampu menghancurkan banyak bangunan. Sementara lebih dari 167.000 korban tewas dan lebih dari 37.063 orang lain belum ditemukan.

The Malaysian Reserve menyebut, tsunami Aceh terjadi saat tidak ada cukup informasi serta sistem peringatan akan terjadinya tsunami. Bencana itu dulu diduga hanya melanda Jepang dan wilayah Samudra Pasifik.

Selain itu, warga Aceh dikatakan belum mengetahui tindakan yang tepat saat terjadi tsunami. Mereka hanya keluar dari bangunan untuk menghindari reruntuhan. Namun, mereka tidak berlari ke tempat lebih tinggi untuk menghindari tsunami.

Kejadian ini juga menimbulkan masalah kemanusiaan terutama pada perempuan. Sebab, bantuan bencana kala itu tidak mencukupi kebutuhan produk menstruasi untuk para perempuan.

"Tsunami Asia 2004 yang terjadi tepat 20 tahun lalu merupakan salah satu bencana alam paling merusak yang pernah tercatat dalam sejarah dan terburuk di abad ke-21," tulis Media Malaysia itu.

2. Sistem peringatan dini bencana

Euronews menuliskan artikel "How The 2004 Indian Ocean Tsunami Became A ‘Wake Up Call’ for Early Warning Systems" pada Senin (23/12/2024).

Media asal Belgia ini menyoroti tsunami Aceh yang berdampak hingga ke Malaysia, Sri Lanka, India, dan Thailand, itu sebagai kejadian yang mengubah ilmu kebencanaan.

Pasalnya, tsunami Aceh terjadi saat belum ada sistem peringatan dini bencana tersebut di Indonesia. Data yang menginformasikannya dikatakan terbatas, sementara risiko tsunami dulu dinilai rendah.

Euronews lalu menyinggung, peristiwa mematikan ini bisa menjadi bukti bahwa tsunami dapat terjadi di mana saja, termasuk Samudra Pasifik dan Hindia, Amerika Selatan, serta Mediterania.

Tsunami Aceh membuat PBB dan negara-negara dunia melakukan pemantauan dan menekankan kesiapsiagaan bencana yang lebih baik.

Kini, ada banyak stasiun pemantauan bencana. Sistem peringatan dini bisa memberitahu potensi bencana lebih cepat.

Baca juga: Apa Itu Smong yang Berhasil Selamatkan Penduduk Pulau Simeulue dari Tsunami Aceh 2004?

3. Perkiraan tsunami Aceh dan risiko selanjutnya

Al Jazeera menerbitkan berita berjudul "On 20th Anniversary of World’s Worst Tsunami, Experts Warn of Complacency" pada Rabu (25/12/2024).

Media Qatar ini menyebut seismolog bernama Phil Cummins sempat meramalkan terjadinya tsunami pada 2004 di Samudra Hindia.

Perkiraan ini berasal dari dugaan patahan Sumatera yang menimbulkan gempa bumi besar pada abad ke-19 hingga menimbulkan tsunami.

Terjadinya tsunami Aceh membuktikan prediksi Cummins. Namun, lokasinya gempa pada mulanya diperkirakan akan terjadi di dekat Bengkulu dan Padang, bukan di Sumatera Utara.

Menurut Cummins, sulit memprediksi dengan tepat kapan tsunami besar akan terjadi lagi.

Meski demikian, sebagaimana dilansir Al Jazeera, dia meyakini tsunami besar seperti 2004 bisa terjadi suatu saat nanti.

Sayangnya, kata Cummins, sulit untuk dapat melindungi penduduk yang ada di dekat episentrum bencana meski sistem peringatan dini bencana semakin maju saat ini.

4. Warga pesisir Aceh sulit pindah

Kyodo News menerbitkan artikel berjudul "Indonesia's Banda Aceh Marks 20 Years Since Indian Ocean Tsunami" pada Kamis ini.

Media Jepang ini menyebut, Aceh mendapat dukungan keuangan dari Indonesia dan dunia sehingga pulih akibat tsunami 2004. Namun, penduduk Aceh tetap tinggal di wilayah pesisir yang dulu terkena gelombang tinggi.

Mengutip pernyataan pejabat Wali Kota Banda Aceh, Kyodo News menuturkan pemerintah tidak punya dana merelokasi dan memaksa penduduk pindah. Para nelayan pun tetap bekerja dan tinggal dekat pantai. 

Meski masyarakat Aceh kembali tinggal di daerah terdampak tsunami, pemerintah setempat disebut telah berusaha melakukan latihan evakuasi, berupaya meningkatkan kesadaran mitigasi bencana, serta menjalin kerja sama dengan Jepang.

5. Pendidikan mitigasi bencana

Sementara itu, PBS merilis berita berjudul "After 20 Years, The Post-Tsunami Generation in Indonesia Stays Vigilant for Future Disasters" pada Rabu (25/12/2024).

Media Amerika Serikat ini menuliskan, lebih dari 1.400 sekolah yang terletak sekitar satu kilometer dari pantai di Aceh hancur total akibat tsunami 2004.

Korban tsunami yang kini menjadi guru lantas mengajarkan pengetahuan mitigasi bencana terhadap para siswanya. Semua siswa di sana lahir setelah 2004 dan hanya mengetahui kejadian itu dari orang tua mereka.

Para siswa diajarkan simulasi bencana, sikap waspada ketika mendengar alarm bencana, serta upaya mengungsi ke tempat aman.

Baca juga: 20 Tahun Tsunami Aceh, Saat Kapal Seberat 2.600 Ton Terseret Ombak dan Terdampar di Sebuah Desa

6. Alat peringatan dini bencana saat ini

Reuters menuliskan artikel "Aceh Hopeful as Indonesia Beefs Up Warning System 20 Years After Tsunami" di situs web mereka pada Selasa (24/12/2024).

Media Inggris tersebut menyoroti alat peringatan dini bencana yang dipasang di Aceh sebagai upaya peningkatan mitigasi bencana dari tsunami 2004.

Saat ini, terdapat sistem deteksi gempa dan peringatan tsunami yang dipasang Aceh. Sistem ini termasuk sirene tsunami yang bersuara cukup keras hingga sejauh 100 km jauhnya.

Sistem tersebut juga dapat mengirimkan pesan telepon dan radio secara cepat untuk memberitahukan penduduk tentang gempa bumi berkekuatan lebih dari 5 magnitudo.

Meski begitu, media ini menyebut Indonesia sebagai salah satu negara paling rawan bencana tapi sering dikritik karena tidak cukup berinvestasi dalam infrastruktur mitigasi bencana.

7. Kebangkitan ekonomi warga Aceh

Lebih awal, The Straits Times menerbitkan artikel berjudul "‘We Still Carry The Tsunami with Us’: Aceh Thrives 20 Years after Disaster, but Scars Remain" di situs web mereka pada Sabtu (21/12/2024).

Media Singapura tersebut menyoroti rekonstruksi bangunan dan perekonomian di Aceh yang membaik setelah tsunami melanda 20 tahun lalu.

Sebelum tsunami melanda, masyarakat Aceh disebut bersikap kurang menerima orang asing. Sedangkan sekarang, warga Aceh lebih terbuka dengan orang asing. Orang-orang asing itulah yang mengajarkan penduduk setempat membangun infrastruktur.

The Straits Times menyinggung, turis asing termasuk kelompok wisatawan terbanyak yang mengunjungi Museum Tsunami dan Masjid Raya Baiturrahman. Hal ini berkontribusi terhadap perekonomian di sana.

Selain itu, Aceh dikatakan memiliki sumber daya alam yang kaya, seperti pertambangan emas, batu bara, minyak, dan gas. Keberadaannya menjadi tawaran bagi investor asing.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi