KOMPAS.com - Fenomena munculnya gunung baru yang mengeluarkan letupan lumpur di Grobogan, Jawa Tengah kembali viral.
Fenomena alam itu disebut sebagai Bledug Kramesan. Bledug Kramesan adalah semburan lumpur atau gas yang keluar dari dalam bumi.
Fenomena ini sudah muncul sejak lama, tetapi semburan lumpurnya kembali meningkat setelah terjadinya gempa di Bawean pada Maret 2024.
Oleh masyarakat, Bledug Kramesan kerap disebut sebagai gunung baru karena memiliki ketinggian 25 meter di atas permukaan laut.
Sementara itu, ada warganet yang menyebut Bledug Kramesan bisa membuat tanah di sekitarnya menjadi lebih subur.
"Rumputnya (di sini) subur sekali. Jadi tanaman di sini itu sepertinya enggak dikasih pupuk karena tanahnya sudah subur," kata salah satu pengguna Instagram pada Selasa (24/12/2024).
Lantas, benarkah kemunculan Bledug Kramesan bisa menyuburkan tanah di sekitarnya?
Baca juga: Viral, Video Disebut Muncul Gunung Api di Grobogan Usai Gempa, Ini Kata Badan Geologi
Penjelasan PVMBG
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hadi Wijaya, mengatakan fenomena Bledug Kramesan mirip dengan fenomena alam mud volcano.
Mud volcano adalah endapan yang telah mengalami burial dan kompresi sehingga terbentuk mud diapir yang terdiri atas material halus unconsolidated.
Material halus tersebut kemudian muncul ke permukaan melalui rekahan-rekahan dan struktur geologi yang ada.
Menurut Hadi, fenomena Bledug Kramesan bisa meningkatkan kesuburan tanah di wilayah sekitarnya.
"Sumber gas dan lumpur yang muncul dari dalam bumi mengandung berbagai mineral dan unsur hara yang bermanfaat bagi tanah," kata Hadi, saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (26/12/2024).
Dia melanjutkan, lumpur yang terdeposit di sekitar lokasi semburan itu kaya akan unsur hara, seperti kalsium, magnesium, dan sulfur.
Kandungan-kandungan tersebut berkontribusi meningkatkan kesuburan tanah.
Beberapa penelitian juga menyebutkan, unsur-unsur tersebut dapat membantu tanaman di sekitarnya tumbuh lebih baik.
Meski begitu, Badan Geologi tidak akan melakukan penelitian terkait seberapa subur tanah di sekitar Bledug Kramesan.
"Penelitian mungkin dapat dilakukan oleh instansi yang mempunyai tugas dan fungsi berkaitan dengan pertanian," kata dia.
Baca juga: Bledug Kuwu di Grobogan: Daya Tarik, Asal-usul, dan Rute
Kesuburan tanah tergantung kandungan lumpur
Dosen Kimia Tanah Departemen Tanah Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta, Eko Hanudin, juga menyebut fenomena Bledug Kramesan bisa meningkatkan kesuburan tanah. Tetapi, kata dia, seberapa besar pengaruhnya akan tergantung pada karakteristis kandungan kimia di dalam lumpur.
"Kebanyakan lumpur tersebut mengandung unsur Si, Al, Ca, Mg, K, Na, Fe, S, Cu, Zn dan logam lainnya," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Kamis.
Jika pH sulfur di dalam lumpur Bledug Kramesan sekitar 6-7, maka kemunculannya bisa menyuburkan tanah.
Sebaliknya, Eko menjelaskan, apabila pH lumpur terlalu asam, yakni kurang dari 4, unsur logam Al, Fe, dan Mn menjadi sangat larut dan konsentrasinya bisa terlalu tinggi hingga dapat meracuni tanaman.
"Masalahnya kalau sulfur teroksidasi menjadi SO4 maka akan menyebabkan pH tanah menjadi sangat masam sehingga akan toksik bagi tanaman," terangnya.
Hingga saat ini, Eko mengaku belum mendapat data terkait kandungan lumpur di Bledug Kramesan tersebut.
Baca juga: Legenda Bledug Kuwu, Semburan Air Garam di Grobogan
Dampak fenomena Bledug Kramesan
Meskipun Bledug Kramesan berpotensi menyuburkan tanah, fenomena ini juga berpotensi meningkatkan wisatawan karena bisa menjadi obyek wisata yang menarik.
Di samping itu, kemunculan Bledug Kramesan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Meski demikian, pengelolaannya memerlukan teknologi yang tepat.
Di sisi lain, Bledug Kramesan bisa menyebabkan kerusakan infrastruktur dan lahan pertanian jika tidak dikelola dengan baik.
Fenomena ini juga berpotensi menyebabkan bencana alam akibat semburan lumpur dan gas.
"Bahkan, dalam beberapa kasus, semburan gas berbau belerang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia," kata Hadi.
Jika pengelolaannya tidak tepat, Bledug Kramesan juga bisa membahayakan bagi lingkungan masyarakat.
Meski demikian, Hadi memastikan, fenomena Bledug Kramesan dan Bledug Kuwu tidak membahayakan masyarakat sekitar.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.