KOMPAS.com - Hari ini empat tahun yang lalu, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2021).
Sebelum dipastikan jatuh, pesawat dilaporkan menghilang dari radar empat menit setelah landas, tepatnya pukul 14.40 WIB.
Pesawat kemudian ditemukan jatuh perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Jatuhnya SJ 182 menewaskan 50 penumpang dan 12 awak pesawat. Penumpang yang meninggal terdiri dari bayi, anak-anak, dan orang dewasa.
Lantas, seperti apa kronologi Sriwijaya Air SJ 182 jatuh.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Air Asia Jatuh di Selat Karimata, 162 Orang Tewas
Kronologi Sriwijaya Air SJ 182 jatuh
Merujuk pemberitaan Kompas.com, Minggu (10/1/2021), jarak waktu antara SJ 182 lepas landas hingga jatuh terbilang singkat.
Berikut detik-detik SJ 182 jatuh:
Pukul 14.36 WIBSJ 182 yang mengangkut 62 orang dijadwalkan lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 14.30 WIB.
Meski begitu, SJ 182 baru diberangkatkan pukul 14.36 WIB karena faktor cuaca buruk yang tidak memungkinkan pesawat lepas landas.
Pesawat dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat pada pukul 15.15 WIB.
Pukul 14.40 WIBPilot SJ 182 sempat melakukan kontak dengan petugas menara pengawas untuk diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki pukul 14.37 WIB.
Tiga menit setelah meminta izin, tepatnya pukul 14.40 WIB, SJ 182 hilang kontak dan tidak diketahui arah perjalannya.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 182 Jemaah Haji Indonesia Meninggal Usai Pesawat Jatuh di Sri Lanka
Pukul 14.55 WIBBadan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas langsung dikerahkan untuk mencari keberadan SJ 182 setelah menerima laporan pesawat hilang pada pukul 14.55 WIB.
Berdasarkan pencarian Basarnas, lokasi jatuhnya pesawat berjarak 11 mil dari Bandara Soekarno-Hatta, tepatnya di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang.
Berdasarkan pengakuan warga setempat kepada Basarnas, sempat terdengar suara dentuman sekitar pukul 15.00 WIB.
Ditemukan juga beberapa puing yang diduga berasal dari badan pesawat dan potongan tubuh manusia.
Baca juga: Menhub Korsel Nyatakan Siap Mundur Buntut Kecelakaan Jeju Air
Pukul 18.20 WIBKepala Seksi Pemerintahan dan Transit Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Surachman mengonfirmasi penemuan sejumlah barang yang diduga milik penumpang SJ 182.
Barang-barang yang ditemukan adalah pakaian, potongan kabel, dan rambut.
Surachman mengatakan, nelayan di Pulau Lancang sempat mendengar suara ledakan seperti petir bertepatan dengan momen hilangnya SJ 182.
Ada juga nelayan yang melihat pesawat jatuh ketika wilayah tersebut diguyur hujan deras.
“(Nelayan) sempat mendengar ledakan dua kali di bawah laut dan dia melihat pesawat jatuh, lagi hujan lebat. Menurut mereka sekitar pukul 2 siang (pesawat jatuh),” ujarnya dikutip dari Kompas.com, Sabtu (9/1/2021).
Baca juga: Kondisi 2 Korban Selamat Kecelakaan Jeju Air, Satu Diperkirakan Alami Kelumpuhan Total
Pukul 19.20 WIBTNI AL kemudian mengerahkan kapal perang dan Pasukan Katak di lokasi jatuhnya SJ 182 pukul 19.20 WIB.
Kapal yang dikerahkan berasal dari Komando Armada I dan Lantamal III, yani KRI Teluk Gilimanuk yang membawa Pasukan Katak, KRI Kurai, dan KRI Parang.
TNI turut mengerahkan KRI Teluk Cirebon, KRI Tjiptadi, KRI Cucut-866, KRI Tenggiri, dua sea rider Kopaska, dan dua kapal tuna, yakni TD Galunggung dan Malabar.
Pukul 19.50 WIBBasarnas menggelar konferensi pers pukul 19.50 WIB. Dalam pernyataannya, Basarnas menyebut, beberapa serpihan SJ 182 sudah ditemukan.
Namun, SJ 182 tidak memancarkan sinyal emergency location transmitter (ELT) ketika hilang kontak.
ELT adalah perangkat penentu lokasi pesawat yang merupakan bagian dari standar peralatan pada pesawat.
ELT dapat dinyalakan langsung oleh pilot atau bisa hidup apabila pesawat menghantam sesuatu.
Setelah konferensi pers, upaya pencarian terus dilakukan oleh Kementerian Perhubungan, TNI AL, TNI AU, dan Basarnas.
Baca juga: Polisi Korsel Selidiki Email Klaim Dalang Kecelakaan Jeju Air, Apa Isi Pesannya?
Minggu (10/1/2021)Dilansir dari laman resmi Kementerian Perhubungan, tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, Polri, dan Kementerian Perhubungan akhirnya menemukan lokasi jatuhnya SJ 182 pada Minggu (10/1/2021).
Marsekal Hadi Tjahjanto yang saat itu menjabat sebagai Panglima TNI langsung bertolak ke titik jatuhnya SJ 182 menggunakan Kapal KRI John Lie 358.
TNI bekerja sama dengan Basarnas kemudian berupaya menemukan seluruh korban, bagian pesawat, dan keberadaan kotak hitam (black box).
Setelah itu, satu per satu penumpang maupun awak pesawat SJ 182 ditemukan. Tidak ada yang selamat dalam peristiwa ini.
Korban yang pertama kali teridentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri adalah Okky Bisma.
Baca juga: Polisi Selidiki Komentar Warganet Korsel yang Hina Keluarga Korban Pesawat Jeju Air
Penyebab Sriwijaya Air SJ 182 jatuh
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Jumat (4/11/2022), SJ 182 jatuh setelah mengalami gangguan mesin.
Kasubkom KNKT Moda Penerbangan, Nurcahyo Utomo menjelaskan, gangguan tersebut dapat dilihat dari flight data recorder yang diunduh tim investigasi.
“Kita lihat bahwa pada saat climbing (pesawat naik) terjadi perubahan mode autopilot yang sebelumnya menggunakan flight management computer, berpindah menggunakan mode control panel,” jelasnya.
Nurcahyo mengatakan, perubahan tersebut tampaknya membutuhkan tenaga mesin yang lebih sedikit.
Jika membutuhkan tenaga lebih sedikit, normalnya auto-throttle akan menggerakkan kedua thrustlever untuk mundur mengurangi tenaga mesin.
Berdasarkan investigasi lanjutan yang dilakukan di AS dan Inggris, SJ 182 ternyata juga mengalami gangguan pada thrust lever kanan adalah gangguan sistem mekanikal.
Gangguan pada SJ 182 menyebabkan pesawat mengalami asimetri atau terjadi perbedaan tenaga mesin kanan dan kiri.
Kondisi tersebut terjadi karena adanya thrust lever sebelah kanan tidak berkurang tenaganya.
Baca juga: Fakta Terbaru Jeju Air Jatuh: Pesawat Sudah Terbang 13 Kali dalam 48 Jam, Dipakai untuk Carter
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.