Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia
Bergabung sejak: 18 Feb 2022

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

Review dan Outlook Industri ICT Indonesia 2025

Baca di App
Lihat Foto
dok. Shutterstock/LookerStudio
Ilustrasi talenta digital
Editor: Sandro Gatra

SECARA periodikal berkelanjutan, kami di Sharing Vision membuat survei terutama terkait respons masyarakat Indonesia atas layanan industri Information and Communication Technology (ICT) Indonesia.

Guna menghasilkan data representatif, responden yang kami cakup riset selalu di atas lebih dari 4.000 orang.

Pada 2022, survei menyasar 6.979 responden, 2023 sebanyak 10.155 responden, dan survei terakhir, 2024 sebesar 4.555 responden.

Kita mulai kupas hasil riset dari sektor eChannel. Sebanyak 92 persen responden telah menggunakan eMoney, angka yang cukup stabil dari tahun ke tahun dalam lima tahun terakhir.

Di antara pengguna eMoney, Gopay, ShopeePay dan OVO tetap sebagai top three.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simple dan efisien secara waktu menjadi alasan utama penggunaan eMoney. Sebagian besar responden menggunakannya untuk membayar hantaran makanan, transportasi daring, dan pembayaran lokapasar.

Adapun top-up eMoney terbanyak dilakukan melalui mobile banking (85 persen), yakni melalui top up fisik/offline seperti di minimarket, ATM, maupun melalui driver, hal yang tidak jauh berbeda dari riset tahun-tahun sebelumnya.

Kemudian, preferensi responden terhadap layanan eChannel dalam tiga tahun terakhir menunjukkan pola kestabilan atau tidak terlalu berubah.

Mobile banking tetap menjadi primadona, hampir 80 persen responden menyatakan mobile banking sebagai layanan bank paling aktif digunakan dan 63 persen responden menggunakan mobile banking lebih dari 10 kali per bulan.

Di sisi lain ATM, internet banking, dll digunakan pelanggan dengan preferensi yang kurang lebih konstan (stabil). Hal ini menunjukkan di satu sisi mobile banking adalah black hole berbagai layanan eChannel, di sisi lain adalah technodiversity.

Pun demikian, seperti survei dua tahun sebelumnya, lagi-lagi keluhan utamanya adalah layanan down dari tahun ke tahun, meskipun persentasenya terlihat mulai menurun.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masih terdapat cukup banyak keluhan di mana proses tidak berhasil, tapi saldo terpotong, bahkan ketika tidak melakukan transaksi.

Hal menarik lain adalah soal stagnansi bank digital. Sebanyak 42 persen responden pernah membuka rekening bank digital.

Meskipun mengalami peningkatan, angka ini tidak berbeda jauh jika dibandingkan data dua tahun lalu. Hal ini menunjukkan tren pertumbuhan pengguna bank digital sepertinya mulai melandai.

Sementara itu, era Less-Cash society tidak hanya didukung dengan penggunaan eMoney, tetapi juga penggunaan QR-Code untuk transaksi pembayaran yang semakin masif.

Sebanyak 92 persen responden pernah menggunakan QR Code untuk pembayaran, dan persentase ini terus meningkat.

Sejalan hal itu, transfer via BI-Fast kini telah menjadi pilihan utama ketika akan melakukan transfer antarbank.

Sementara itu, dari layanan e-commerce, kecenderungan masyarakat Indonesia semakin bergeser ke transaksi online kini seperti memasuki fase saturasi.

Meskipun terlihat beberapa item yang terus meningkat dalam preferensi pembelian online, seperti pembelian pulsa, kosmetik dan alat elektronik rumah tangga, tapi secara umum tidak terjadi lonjakan berarti.

Saat ditanya di mana mereka belanja, lebih dari 90 persen responden memilih berbelanja online di marketplace.

Namun demikian, jasa delivery online dan website toko online memiliki signifikansi yang tinggi. Shopee, Gojek, dan Tokopedia masih menjadi toko online favorit.

Beberapa yang lain seperti Traveloka masih kuat dalam online travel. Sementara Grab mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Responden juga menyebut bahwa transfer via virtual account menjadi metode pembayaran terfavorit.

Di sisi lain, belanja melalui media sosial tak lagi jadi kesukaan, trennya cenderung menurun. Ini terutama karena masyarakat kapok imbas banyaknya penipuan belanja di media sosial.

Terkait fintech, ada penurunan penggunaan fintech lending atau yang biasa dikenal dengan pinjaman online, yakni dari 13 persen responden pengguna menjadi 9 persen pada tahun lalu.

Sekalipun responden sepakat bahwa proses pengajuannya sangat mudah, tapi nilai bunga tinggi serta teror oleh debt collector menjadi kendala menurunnya penggunaan.

Sementara itu, 31 persen responden menyatakan pernah menggunakan layanan PayLater dan Shopee Paylater adalah yang paling banyak digunakan. Paylater banyak digunakan karena lebih fleksibel saat ada kebutuhan yang mendesak.

Hal yang patut jadi perhatian dari semuanya ini adalah judi online. Lebih dari 60 persen responden pernah mendapati iklan judi online, di mana iklan tersebut paling banyak ditemui oleh responden news online dan Instagram.

Hal ini berimbas pada rasa penasaran, mereka mencoba-coba, bahkan sejumlah responden menyatakan tetap menggunakan aplikasi judi online hingga saat ini.

Walaupun rata-rata uang taruhan kurang dari Rp 500.000/transaksi, tapi ada responden bertaruh sampai Rp 50 juta! Mereka menggunakan penghasilan pribadi dan tabungan sebagai sumber dana.

Merujuk riset kami tahun ini, simpulannya adalah sepertinya fully online life-style bukan preferensi responden.

Hanya sekitar 1/4 responden menggunakan internet lebih dari 8 jam sehari. Pandemi sudah berlalu, dan nampaknya masyarakat sedang bergerak ke new phygital life-style yang menyeimbangkan digital dan physical.

Maka, sebaiknya para player dan regulator bersiap menyambut new phygital life style. Fenomena koin jagat, tabungan emas dan lainnya memperkuat hipotesa ini.

Di sisi lain, mayoritas responden merasa bahwa aktivitas onlinenya meningkat. Media sosial, melihat video streaming dan belanja daring menjadi tiga primadona.

Sementara itu, dari sisi preferensi eChannel dan belanja online beberapa tahun terakhir, menunjukkan kestabilan.

Primadona eChannel adalah mobile banking, tapi berbagai channel lain tetap bertahan. Belanja daring untuk berbagai keperluan menunjukkan pola preferensi yang kurang lebih sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Catatan kecil, Live Sale menjadi tren karena otentifikasi produk terlihat, serta dipadu konten hiburan menjadi lebih menarik segalanya.

Beberapa poin di atas menunjukkan, digital dan phygital life-style membuka berbagai peluang baru dan potensi ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Banyak hal yang tadinya tidak mungkin atau tidak feasible menjadi mungkin atau feasible.

Di lain sisi, ada lima catatan sisi memprihatinkan dari perkembangan digital lifestyle di Indonesia berdasar survei terakhir ini.

Pertama, pinjol. Bunga tinggi, teror oleh debt collector, dan kualitas layanan IT yang kurang handal nampaknya menjadi permasalahan utama pinjol.

Kedua, kualitas layanan dan kehandalan layanan digital. Baik untuk eChannel, digital banking maupun eMoney, kehandalan sistem dan kualitas layanan masih menjadi masalah.

Layanan digital kurang reliable, down, aplikasi tidak bisa diakses, eMoney tidak terbaca, saldo terpotong secara tidak valid dan lain-lain masih dirasakan banyak responden dengan jumlah signifikan.

Ketiga, masih cukup banyak keluhan saat belanja online yang perlu mendapat perhatian regulator maupun player untuk ditindaklanjuti. Misalnya, barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dibeli.

Bila tidak ditindaklanjuti, hal ini dikhawatirkan mengganggu trust dan rasa aman pelanggan dalam berbelanja online dan pada gilirannya bisa menghambat perkembangan belanja daring.

Keempat, fraud digital dan cybersecurity. Mayoritas responden pernah menjadi sasaran penipuan daring. Bahkan di antara responden yang mengalami kerugian tersebut, hampir 40 persennya mengalami kerugian uang akibat penipuan digital.

Indonesia saat ini memasuki darurat cybersecurity dan digital fraud, baik oleh pelaku dalam negeri maupun pelaku global.

Kelima, judi online. Lebih dari 60 persen responden pernah melihat/mendapati iklan judi daring yang sebagian besar di web berita online dan Instagram.

Sebagian pernah mencoba dan sebagian hingga saat ini kadang masih melakukan judi online. Kebanyakan alat transaksinya adalah eWallet atau eMoney.

Oleh karena itu, peran aktif regulator, dunia akademik, sektor usaha, media massa, dan masyarakat (pentahelix) dibutuhkan untuk selalu melihat janji dan potensi kemajuan layanan dan life style digital ini tidak hanya dari sisi peluang dan potensi, namun juga dari sisi risiko.

Pentahelix perlu bahu membahu memitigasi lima risiko yang tadi telah disebutkan, baik dengan mengembangkan regulasi yang relevan dan bijak, menerapkan best practice dan standar teknologi yang handal, hemat, dan optimal.

Selanjutnya, pentahelix juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai para pengguna bahwa ada banyak risiko di balik kemajuan eksponensial teknologi.

Pembatasan dan penegakan hukum yang tegas dibutuhkan dalam meminimasi dampak fraud dan serangan cyber security, penyalahgunaan pinjol serta penyebaran judi online.

Tak ketinggalan, kebijakan pemilihan teknologi yang tidak menambah disparitas ekonomi dan memihak ke wong cilik mungkin juga perlu menjadi kajian sakti yang disepakati para pentahelix tersebut.

Mengutip Daron Acemoglu, pemenang hadiah Nobel Ekonomi 2024, “Agar teknologi tidak malahan menjadikan yang kaya semakin kaya, dan si papa semakin papa”.

Akhir kata, maju terus transformasi digital dan phygital Indonesia!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi