KOMPAS.com - Kalender Jawa adalah sistem pananggalan yang yang digunakan oleh masyarakat Jawa.
Secara umum masyarakat Indonesia mengenal dua sistem pananggalan, yakni Kalender Masehi dan Kalender Hijriah.
Penggunaan Kalender Hijriah di Indonesia karena mayoritas penduduknya beragama Islam.
Baca juga: Ada 10 Hari Hilang dari Kalender pada Oktober 1582, Apa yang Terjadi?
Namun, masyarakat Jawa juga masih menggunakan Kalender Jawa selain dua sistem kalender tersebut.
Kalender Jawa diketahui telah lama digunakan oleh masyarakat Jawa, sejak zaman Kesultanan Mataram Islam.
Di masa lalu, Kalender Jawa digunakan sebagai patokan penyelenggaraan upacara-upacara adat kerajaan.
Dan sampai saat ini, sistem penanggalan tersebut masih digunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan tradisi dan budaya.
Baca juga: Kalender 2025 Sama Persis dengan Kalender 1975, Apa Penyebabnya?
Sejarah kalender Jawa
Awalnya, masyarakat Jawa menggunakan sistem penanggalan yang disebut Kalender Saka-Hindu, yang menjadikan putaran matahari sebagai patokan.
Masuknya pengaruh Islam ke Nusantara memengaruhi sistem penanggalan Jawa yang dikenal dengan Kalender Jawa Islam.
Dilansir dari Kompas.com (9/1/2022), kalender Jawa Islam ditetapkan pada masa Mataram Islam, di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645), yang merupakan raja ketiga Kerajaan Mataram Islam.
Baca juga: Kalender Libur dan Cuti Bersama 2025 Sesuai SKB 3 Menteri
Perubahan sistem Kalender Saka menjadi Kalender Jawa Islam dilakukan untuk menyelaraskan penanggalan dengan hari besar Islam.
Sebab Kalender Saka menggunakan sistem putaran matahari (solar) berbeda dengan penanggalan Hijriyah yang menggunakan putaran bulan (lunar).
Penggunaan Kalender Saka membuat perayaan adat keraton yang bernapas Islam tidak bisa selaras dengan perayaan hari besar Islam karena perbedaan sistem penanggalan.
Baca juga: 50 Link Download Kalender 2025 Lengkap dengan Tanggal Merah
Sebagai raja yang memeluk Islam, Sultan Agung menghendaki agar perayaan adat keraton bisa selaras dengan perayaan hari besar Islam.
Dari sini muncul gagasan untuk membuat sistem penanggalan baru yang memadukan kalender Saka dengan Hijriyah.
Sistem penanggalan baru ini yang kemudian dikenal dengan Kalender Jawa Islam atau Kalender Sultan Agungan.
Sistem penanggalan Jawa yang baru ini secara angka tahun tetap meneruskan tahun Saka. Namun sistem perhitungannya diubah kepada perhitungan berdasarkan putaran bulan.
Baca juga: Kalender Tertua di Dunia Catat Jejak Komet yang Picu Peradaban Manusia
Siklus hari dan bulan dalam Kalender Jawa
Kalender Jawa memiliki siklus hari (dina) yang masih dipakai sampai saat ini, seperti saptawara, pancawara, dan sadwara.
Mengutip lama Kompas.com (11/9/2924), Saptawara atau padinan adalah siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari seperti pada kalender Masehi, yaitu
- Ngahad (Dite)
- Senen (Soma)
- Selasa (Anggara)
- Rebo (Buda)
- Kemis (Respati)
- Jemuwah (Sukra)
- Setu (Tumpak).
Baca juga: Kalender Musim Buah di Indonesia Sepanjang Tahun, Bulan Ini Musim Apa?
Sementara pancawara adalah adalah siklus mingguan yang terdiri dari lima hari, yaitu Kliwon (Kasih), Legi (Manis), Pahing (Jenar), Pon (Palguna), dan Wage (Cemengan).
Selanjutnya sadwara atau paringkelan adalah adalah siklus mingguan yang terdiri dari enam hari, yaitu Tungle, Aryang, Warungkung, Paningron, Uwas, dan Mawulu.
Kalender Jawa juga memiliki siklus bulan (sasi). Hari tiap bulan dalam Kalender Jawa berselang-seling, yaitu antara 30 dan 29 hari.
Baca juga: Mengenal 12 Shio dalam Kalender China, Berikut Asal-usul dan Maknanya
Nama bulan dalam Kalender Jawa merupakan serapan dari bahasa Arab yang disesuaikan dengan pengucapan orang Jawa, yaitu:
- Bulan 1: Sura
- Bulan 2: Sapar
- Bulan 3: Mulud
- Bulan 4: Bakdamulud
- Bulan 5: Jumadilawal
- Bulan 6: Jumadilakhir
- Bulan 7: Rejeb
- Bulan 8: Ruwah (Arwah, Sabun)
- Bulan 9: Pasa (Puwasa, Siyam, ramelan)
- Bulan 10: Sawal
- Bulan 11: Dulkangidah (Sela, Apit)
- Bulan 12 : Besar
Demikian sejarah awal mula lahirnya Kalender Jawa atau Kalender Jawa Islam.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.