KOMPAS.com - Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia, Emil Salim menjadi sorotan usai Presiden Prabowo Subianto berkunjung ke kediamannya di Jakarta, Rabu (22/1/2025).
Sebab, Prabowo tampak serius mencatat pesan-pesan yang tengah diberikan oleh mantan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) tersebut.
Usai kunjungan tersebut, Prabowo menyampaikan mengenai pesan yang diterimanya, di mana sebagian besar menekankan pentingnya orientasi pengabdian pejabat negara kepada kepentingan rakyat dan negara.
"Inti yang saya kira saya tangkap dari beliau, beliau ingatkan, bahwa seorang menteri adalah seorang pejabat negara, berarti orientasi pengabdiannya adalah negara," ujarnya, dikutip dari Antara, Kamis (23/1/2025).
"Saya tadi pagi kebetulan berjumpa dengan Profesor Emil Salim, seorang senior, usianya 94 tahun, berkali-kali jadi menteri. Beliau menyampaikan pesan-pesan, menyampaikan harapan-harapan, dan menyampaikan apa-apa yang beliau jadikan pegangan beliau," tambahnya.
Lantas, siapa itu Emil Salim?
Baca juga: Mengenal Roosminnie Roza Salim, Istri Emil Salim yang Telah Berpulang
Profil Emil Salim
Emil Salim adalah pria kelahiran 8 Juni 1930 di Lahat, Sumatera Selatan.
Ia menjadi tokoh senior yang menjabat di pemerintahan dan tokoh dari tiga zaman yang masih aktif berkarier hingga saat ini.
Pria berusia 94 tahun ini merupakan lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) pada 1957.
Pada 1961, Emil mendapatkan gelarnya sebagai Master of Arts di Universitas California, Berkeley, AS.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan doktornya dan meraih gelar PhD in Economics di universitas yang sama pada 1963.
Baca juga: Simak Bagaimana Mengatur Keuangan Saat Pandemi menurut Prof Emil Salim
Karier Emil Salim di pemerintahan
Setelah kembali ke Indonesia, Emil aktif di dunia akademis dan pemerintahan. Saat itu, ia bergabung dengan Universitas Indonesia sebagai dosen di Fakultas Ekonomi.
Adapun, peran Emil dalam pemerintahan bermula saat ia ditunjuk menjadi salah satu menteri dalam kabinet Presiden Soeharto.
Pada 1971, Emil diangkat sebagai Menteri Negara untuk Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara oleh Presiden Soeharto.
Posisi ini memberikan Emil pengalaman untuk menangani isu-isu birokrasi di Indonesia.
Saat itu, Emil merangkap posisi sebagai Wakil Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 1971-1973.
Tak hanya sekali menjadi menteri, Emil bahkan menjadi menteri Indonesia yang paling lama menjabat berturut-turut.
Di Kabinet Soeharto, jabatan terakhir yang diemban Emil Salim adalah Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup pada 1993.
Meski demikian, berakhirnya rezim Soeharto pada 1998, bukanlah menjadi akhir dari perjalanan karier Emil di pemerintahan.
Pasalnya, dia kembali ditunjuk menjadi Ketua Dewan Ekonomi Nasional oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 1999.
Selanjutnya, pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Emil juga menempati posisi yang sama. Bahkan periode berikutnya, ia menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden hingga 2014.
Dikutip dari Kompas.id, berikut beberapa jabatan yang pernah diemban Emil Salim:
- Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara/Wakil Ketua Bappenas pada 1971-1973.
- Ketua Tim Koordinasi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional pada 1972-1973.
- Menteri Perhubungan pada 1973-1978.
- Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup pada 1978-1983.
- Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada 1983-1993.
- Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1893.
- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden pada 2007-2009.
- Ketua Dewan Pertimbangan Presiden pada 2010-2014.
- Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dari 2021-sekarang.
Selain itu, Emil juga pendiri Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati).
Kehati merupakan organisasi non-pemerintah yang bergerak di bidang pelestarian keanekaragaman hayati dan didirikan pada 12 Januari 1994.
Penghargaan yang diraih Emil Salim
Berikut beberapa penghargaan yang pernah diterima Emil Salim:
- Bintang Mahaputra Adipradana (1973)
- Golden ARK (Commandeur) of Netherland (1982)
- Paul Gety Award, AS (1990)
- Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture VII (2007)
- The Midori Prize for Biodiversity (2010)
- Humanitarian Achievement Award (2016).