KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti menyampaikan, lagu anak kini tak lagi banyak diminati oleh anak-anak.
Menurutnya, anak-anak saat ini justru lebih banyak menyanyikan lagu dewasa.
Hal tersebut dikhawatirkan berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak di Tanah Air.
"Lagu anak memiliki peran strategis dalam dunia pendidikan, khususnya dalam membentuk karakter serta mengembangkan kecerdasan anak usia dini," kata dia, dikutip dari Kompas.com, Senin (3/2/2025).
Dia menjelaskan, lagu anak bukan hanya menawarkan hiburan, tetapi juga menyediakan pembelajaran bagi anak-anak untuk memahami konsep dengan cara yang menyenangkan.
Sayangnya, popularitas lagu anak di Indonesia kini tidak semasif tahun 2000-an.
Lantas, mengapa anak kini lebih gemar menyanyikan lagu dewasa?
Baca juga: Mengenang AT Mahmud, Pencipta Lagu Anak yang Jadi Google Doodle Hari Ini
Mengapa lagu anak tak banyak diminati?
Psikolog dan dosen Fakultas Unika Soegijapratna Semarang, Christine Wibowo menyampaikan, turunnya minat untuk mendengarkan lagu anak disebabkan karena produksinya mulai berkurang.
Menurutnya, lagu anak-anak di zaman dulu juga kurang relevan bagi anak-anak generasi Alpha (kelahiran 2010-2024).
"Anak-anak sekarang mengikuti lagu-lagu yang jadul udah enggak senang ya. Iramanya mungkin terlalu gampang dan maknanya juga kurang," kata Cristine saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/2/2025).
Dia menuturkan, generasi alpha saat ini tumbuh lebih dewasa dibanding anak-anak generasi milenial dengan usia yang sama.
Baca juga: Sedih karena Mendengar Lagu? Ini Penyebabnya
Hal tersebut dikarenakan pengaruh media sosial dan pendidikan terhadap pola pikir generasi alpha.
"Anak-anak sekarang lebih dewasa cara berpikirnya, jadi kalau disuruh nyanyi lagu-lagu anak yang jadul, terlalu sederhana," jelas dia.
Selain faktor kedewasaan, Christine berpendapat, anak-anak zaman sekarang lebih pintar sehingga akan cepat bosan jika mendengar lagu dengan nada yang sederhana.
Bintang cilik yang semakin sedikit juga membuat anak-anak kurang meminati lagu anak. Hal ini berkaitan dengan faktor psikologis anak yang umumnya memiliki idola.
"Anak sekarang pasti enggak suka lagu anak-anak karena idola mereka pasti anak remaja ya. Sangat jarang anak kecil sekarang mengidolakan anak kecil," ujarnya.
Di satu sisi, produksi lagu dewasa justru semakin masif dengan menawarkan keragaman nada, irama, musik, lirik, hingga emosi yang disampaikan.
Lagu dewasa pengaruhi perkembangan psikologis anak
Senada, psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal juga berpendapat, kelangkaan jumlah lagu anak berpengaruh terhadap menurunnya minat anak.
"Sehingga anak-anak sangat kurang dan sulit mendapatkan lagu-lagu sesuai usianya," kata dia, saat dihubungi terpisah, Senin.
Danti menambahkan, fenomena ini diperkuat dengan penggunaan media sosial yang sangat terbuka, bahkan bagi anak-anak.
Tanpa pengawasan orangtua, anak-anak kini leluasa untuk menikmati penyebaran dan distribusi lagu-lagu dewasa yang tidak sesuai dengan usianya.
Dia khawatir, hal tersebut dapat memengaruhi proses tumbuh kembang psikologis anak.
Pasalnya, kebanyakan lagu-lagu dewasa saat ini menceritakan tentang hubungan orang dewasa, seperti pacaran, perselingkuhan, dan banyak masalah percintaan lainnya.
Menurutnya, lirik lagu tersebut belum sepenuhnya dimengerti oleh anak-anak, sehingga bisa memberikan dampak buruk bagi psikologisnya.
"Sebut saja seperti kata 'cium', 'peluk', 'hamil duluan', dan banyak lainnya akan memberikan pemahaman salah yang akan berdampak bagi moral anak," tutupnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.