Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Orang Sunda Biasa Minum Teh Tawar dan Orang Jawa Minum Teh Manis? Ini Kata Pakar

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Nathan Dumlao
Mengapa orang Sunda minum teh tawar, sedangkan orang Jawa minum teh manis?
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Kebiasaan minum teh orang Sunda dan Jawa belakang ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan di media sosial.

Kedua suku ini disebut memiliki selera yang berbeda. Orang Sunda umumnya minum teh tanpa tambahan gula alias tawar. Sebaliknya, orang Jawa mengenal teh dengan cita rasa yang manis.

Melalui akun Instagramnya, Rabu (5/2/2025), spesialis teh Indonesia, Oza Sudewo mengungkapkan perbedaan selera minum teh ini tercipta sejak zaman Hindia Belanda.

Kala itu, Belanda menjadikan Jawa Barat sebagai pusat perkebunan teh, sedangkan Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi sentra perkebunan tebu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lu tinggal di daerah yang isinya perkebunan teh, tentu lo akan bisa mendapatkan akses teh yang lebih baik. Karena mendapat kualitas yang lebuh baik, lo akan menikmati (teh) lebih apa adanya tanpa perlu tambahan apapun," jelasnya.

Lantas, seperti apa asal usul perbedaan budaya minum teh orang Sunda dan orang Jawa?

Baca juga: Ramai soal Bandara di Malaysia Pasang Wayang di Papan Selamat Datang, dari Mana Asal Wayang?


Kebiasaan "ngeteh" sudah ada sebelum zaman Hindia Belanda

Guru Besar Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Bani Sudardi punya pandangan lain.

Menuruntnya, perbedaan selera minum teh orang Sunda dengan orang Jawa tercipta jauh sebelum kedatangan Belanda di Indonesia.

"Itu sebagai pandangan saya menghargai, tapi sebetulnya ada pandangan yang berbeda. Menurut saya, itu bisa dilacak jauh sebelum kedatangan Belanda," kata Bani, kepada Kompas.com, Kamis (6/2/2025).

Dia menjelaskan, minum teh adalah tradisi asli China yang kemudian dibawa ke Nusantara, baik di Jawa Barat maupun Jawa Timur dan Jawa Tengah setidaknya sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Kala itu, orang China mulai banyak yang bermukim di sekitar Istana Majapahit atau di pelabuhan. Bahkan, ada sejarah yang menyebutkan bahwa sebagian dari mereka ikut membangun kerajaan kesultanan di Jawa Barat.

"Artinya, jauh sebelum kedatangan Belanda suda ada, datang orang China ke Pulau Jawa, dan di antaranya memperkenalkan tradisi minum teh," lanjut Bani.

Baca juga: Menengok Tradisi Minum Teh di Jepang, Inggris, China, dan Indonesia

Pengaruh kebiasaan masyarakat setempat

Dia memaparkan, orang China pada zaman itu minum teh tanpa menambahkan gula alias tawar dan dikonsumsi saat masih panas serta dalam jumlah yang sedikit, hanya segelas kecil laiknya meminum minuman alkohol.

Nah, tradisi minum teh dari China ini lalu diadopsi oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan kebiasaan dan tata nilai budaya setempat.

"Misalnya, ada teh yang diberi susu karena daerah tersebut sentra susu atau diberi es. Lalu, ada juga teh yang diberi gula," terang Bani.

Di Jawa Barat sendiri, sambungnya, tradisi itu diterima dengan tidak begitu banyak penyesuaian.

Orang Sunda saat itu minum teh seperti budaya asli China, yaitu pahit tanpa pemanis apapun.

"Tapi tehnya banyak airnya, cenderung tidak kental karena kebiasaan orang Sunda. Kalau aslinya (tradisi China), minum teh itu hanya satu gelas kecil," imbuhnya.

Baca juga: Menurut Penelitian, Peminum Teh Memiliki Peluang Hidup Lebih Lama

Pengaruh tata nilai budaya Jawa

Berbeda dengan Sunda, kebiasaan masyarakat Jawa minum teh manis dipengaruhi oleh tata nilai budaya.

Bani mengungkapkan, dalam budaya Jawa, minuman yang tidak manis dianggap sebagai minuman yang "tidak bergengsi". Sebab, rasa manis merupakan simbol dari kemakmuran, kesuksesan, dan kemuliaan.

"Ini adalah salah satu tata nilai Jawa. Orang Jawa itu malu kalau menyajikan teh dalam keadaan pahit," ucapnya.

Selain itu, hal ini juga ada hubungannya dengan sejarah Sumpah Amukti Palapa yang diikrarkan oleh panglima perang dan mahapatih (perdana menteri) Majapahit, Gajah Mada.

Melalui sumpah tersebut, Gajah Mada tidak akan makan palapa atau pantang bersenang-senang sebelum berhasil menyatukan Nusantara.

"Dia tidak akan menunjukkan atau menikmati kesenangan (amukti) dengan minum atau makan buah kelapa, yang dimaksud adalah gula jawa. Ini makanya muncul gula kelapa yang dalam tradisi Jawa itu simbol kemakmuran, gengsi," ujar Bani.

Dia menambahkan, gula pasir yang kini banyak digunakan sebagai pemanis teh, sebetunya merupakan hal yang tabu dalam tradisi Jawa dulu.

"Tapi dalam perkembangannya, orang Jawa kemudian menggunakan gula pasir dari tebu untuk memaniskan teh," imbuhnya.

Baca juga: Tips Minum Teh agar Mendapatkan Manfaatnya secara Utuh

Jawa memproduksi banyak gula

Sementara itu, menurut pakar kuliner Indonesia, William Wongso, saat zaman Hindia Belanda, Jawa memproduksi banyak gula karena merupakan pusat pabrik tebu.

Kuantitas gula yang melimpah, ujarnya, mendorong pemerintah Hindia Belanda mendorong masyarakat setempat mengonsumsi pemanis ini.

"Ya, kalau kebun teh banyak di Jawa Barat, tapi memang di Jawa Tengah banyak pabrik tebu. Mungkin pihak Belanda menganjurkan mengonsumsi gula ke segala macam, termasuk kalau minum teh," jelasnya, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Kamis.

William mengatakan, Belanda memiliki pengaruh dalam membentuk cita rasa kuliner di Nusantara.

Misalnya, di Maluku yang pada zaman itu merupakan daerah penghasil rempah sekaligus pusat perdagangan rempah di dunia. Namun, menurutnya, kini masakan di Maluku justru tidak memakai rempah.

"Maluku penghasil rempah, tapi orang Maluku kan dipaksa jadi pekerja kasar (saat zaman Hindia Belanda) untuk memanen rempah, yang kemudian diborong Belanda, sehingga sekarang Maluku itu masakannya enggak pakai rempah," ungkap William.

Baca juga: Dianggap Kelas Rakyat, Es Teh Justru Jadi Minuman Paling Populer Nomor 3 Dunia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi