KOMPAS.com - Seorang pengusaha dan sejarawan Inggris mengeklaim telah berhasil mengungkap identitas pembunuh berantai Jack the Ripper.
Sebagai informasi, Jack the Ripper adalah salah satu pembunuh berantai paling terkenal yang meneror dan memutilasi beberapa wanita di London pada tahun 1888.
Kasus ini terkenal sebagai pembunuhan yang belum terpecahkan karena sosok sang pelaku masih misterius.
Namun, sejarawan benama Russel Edwards mengatakan bahwa nama asli Jack the Ripper adalah Aaron Kosminski, seorang imigran asal Polandia yang bekerja sebagai tukang cukur di London dan meninggal di rumah sakit jiwa pada 1919.
Dilansir dari Newsweek, Jumat, dia menjelaskan, Aaron Kosminski masih berusia 23 tahun saat melakukan aksinya dan sempat menjadi tersangka. Fakta ini ditemukannya dalam memorandum tahun 1894 yang ditulis oleh Asisten Kepala Polisi Metropolitan London, Sir Melville.
Lantas, bagaimana identitas Jack the Ripper bisa terungkap?
Baca juga: 5 Pembunuh Berantai Paling Kejam di Muka Bumi
Perjalanan menemukan identitas Jack the Ripper
Dikutip dari National Geographic Indonesia, perjalanan menemukan identitas sang pembunuh berantai dimulai pada 2007.
Kala itu, Edwards membeli sebuah selendang dari pelelangan. Selendang itu merupakan milik salah satu korban bernama Catherine Eddowes yang ditemukan di lokasi pembunuhan.
Kondisi selendang itu tampak berbintik yang diklaim sebagai jejak darah dan air mani milik si Jack the Ripper.
Berbekal jejak tersebut, Edwards mulai menyelidiki indentitas si pembunuh dengan melakukan tes genetik dibantu oleh seorang ahli biokimia dari Liverpool John Mores University, Jari Louhelainen.
Hasilnya analisis menunjukkan Aaron Kosminski sebagai pelaku. Sayangnya, hasil tersebut tidak dipublikasikan dan hanya dilaporkan dalam buku yang ditulis Edwards berjudul Naming Jack the Ripper yang terbit pada 2014.
Sayangnya temuan tersebut mendapat kritikan dari bebagai kalangan. Beberapa pendapat mengatakan, butuh lebih banyak tinjauan dari para ahli lainnya. Sebab, hanya ada sedikit rincian teknis tentang analisis sampel genetik dari selendang itu.
Baca juga: Kisah Werner Theodor Otto Forssmann, Lakukan Prosedur Kateterisasi ke Jantungnya Sendiri
Penelitian kedua mengungkap Jack the Ripper
Meski menuai banyak kritik, Edwards pantang menyerah dan terus melanjutkan penyelidikan untuk membuktikan bahwa Kosminski adalah sang pelaku.
Dikutip dari Vice, Jumat (14/2/2025), penyelidikan kedua ini dilakukan melalui analisis genetik yang lebih mutakhir dengan membandingkan fragmen DNA mitokondria, yakni bagian DNA yang hanya diwariskan dari satu ibu.
Untuk itu, Edwards meminta bantuan cicit perempuan dari kakak Kosminski yang masih hidup agar memberikan sampel DNA kepadanya sebagai bahan analisis.
DNA tersebut lalu dia berikan kepada Jari Louhelainen untuk dicocokkan dengan jejak darah dan air mani di selendang Catherine Eddowes.
Hasilnya, menurut Edwards, mengonfirmasi 100 persen bahwa pelaku pembunuhan berantai adalah Kosminski.
Kali ini, hasil penelitian tersebut dipublikasikan secara resmi dalam Journal of Forensic Sciences pada 2019 dengan judul "Forensic Investigation of a Shawl Linked to the 'Jack the Ripper' Murders".
Meski misteri disebut sudah terpecahkan, tetapi studi DNA yang kedua kalinya ini lagi-lagi diragukan oleh beberapa pihak.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa DNA mitokondria dari selendang korban bisa jadi bukan milik Konsminski, tetapi dari ribuan orang yang tinggal di London saat itu.
Menurut para ahli, hasil penelitian itu belum cukup kuat karena ada kemungkinan selendang telah terkontaminasi karena berusia lebih dari 100 tahun.
Baca juga: 5 Pembunuh Berantai Perempuan Paling Terkenal
Korban menuntut keadilan
Kendati diragukan oleh sejumlah kalangan, Karen Miller, keluarga dari Catherine Eddowes mengatakan setidaknya temuan ini memberikan titik terang baginya.
Menurutnya, dengan mengetahui nama asli pelaku, pengadilan mungkin akan mempertimbangkannya sebagai bukti dan ini merupakan bentuk keadilan bagi para korban.
"Kami memiliki bukti melalui penyelidikan ini untuk menyebut nama pelakunya secara sah," kata Miller.
Dia mengatakan, pihaknya juga telah menghubungi Pengadilan Tinggi Inggris untuk membuka kembali kasus pembunuhan di masa lalu.
"Kami sekarang sudah mengetahui namanya dan kami telah menempatkan pembunuhnya di tempat kejadian perkara. Sekarang kami ingin agar hal itu menjadi pengetahuan umum dan diterima oleh pengadilan," tambah Edwards, secara terpisah.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Eksekusi Mati Pembunuh Berantai Ted Bundy
Kasus Jack the Ripper
Dilansir dari BBC, Jack the Ripper diyakini telah membunuh setidaknya lima wanita dalam waktu yang berdekatan pada tahun 1888 di daerah Whitechapel, London.
Korban pertama adalah Mary Ann Nicholls yang ditemukan tewas pada 31 Agustus, lalu Annie Chapman pada 8 September.
Selanjutnya, Elizabeth Stride dan Catherine Eddoweson yang ditemukan pada 30 September, serta Mary Jane Kelly pada 9 November.
Ada berbagai spekulasi mengenai identitas Jack the Ripper, mulai dokter hingga tukang daging. Teori ini disimpulkan berdasarkan barang bukti yang digunakannya untuk menghabisi para korban.
Bahkan, ada teori yang mengaitkan pembunuhan tersebut dengan cucu Ratu Victoria, Pangeran Albert Victor, meskipun tidak ada bukti yang kuat.
Nama Jack the Ripper sendiri diketahui berawal dari surat yang dikirim ke sebuah kantor berita di London yang diklaim berasal dari pelaku pembunuhan Whitechapel.
Surat itu ditulis dengan tinta merah dan ditandatangani oleh seseorang bernama "Jack the Ripper".
Baca juga: Perjalanan Kasus Pembunuhan Berantai Wowon dkk di Bekasi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.