Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Mula Tren Tagar Kabur Aja Dulu Ramai Digunakan, Mengapa?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Tren #KaburAjaDulu Disebut Jadi Simbol Kekecewaan Anak Muda
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Tren Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu ramai digunakan di media sosial dan menjadi pemberitaan beberapa hari terakhir.

Fenomena Kabur Aja Dulu dianggap sebagai bentuk kekecewaan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan keadilan di dalam negeri.

Kondisi tersebut diduga karena adanya sejumlah kebijakan pemerintah belakangan ini yang dinilai tidak berpihak pada masyarakat.

Lantas, bagaimana tren #KaburAjaDulu mucul dan mengapa ramai digunakan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sapaan Kritis ala Generasi Muda di Balik Tagar Kabur Saja Dulu


Dirangkum dari berbagai pemberitaan Kompas.com, berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang tren Kabur Aja Dulu

Apa itu tren tagar Kabur Aja Dulu?

Tren tagar Kabur Aja Dulu dianggap sebagai bentuk keinginan masyarakat untuk meninggalkan Indonesia demi bekerja atau melanjutkan studi di luar negeri.

Awalnya, tagar ini beredar masif di media sosial X dan banyak warganet menggunakan “#KaburAjaDulu” dalam cuitannya.

Tagar tersebut disertai dengan ajakan untuk para anak muda untuk mengambil pendidikan, bekerja, hingga sekadar tinggal di luar negeri.

Baca juga: Fenomena Kabur Aja Dulu dan Eskalasi Ketidakpercayaan Sosial

Tren Kabur Aja Dulu kemudian dikaitkan dengan sistem pendidikan di Tanah Air yang memiliki biaya mahal, rendahnya ketersediaan lapangan kerja, dan upah per bulan yang rendah.

Bahkan, menggunakan tagar tersebut warganet juga mengunggah informasi terkait kesempatan studi atau bekerja di luar negeri untuk "kabur" dari Indonesia.

Banyak warganet berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, les bahasa, serta pengalaman berkarier dan kisah hidup di luar negeri dengan menggunakan tagar Kabur Aja Dulu.

Baca juga: Kabur Aja Dulu: Refleksi Krisis Kepercayaan Publik pada Penyelenggara Negara

Apa tanggapan ahli mengenai tren Kabur Aja Dulu?

Sejumlah ahli juga memberikan komentar terkait tren #KaburAjaDulu yang ramai di media sosial belakangan ini.

Salah satunya dari Sosiolog UIN Walisongo Semarang, Nur Hasyim menyebut, tren Kabur Aja Dulu merupakan ekspresi kemarahan, keputusasaan, dan protes yang disampaikan publik melalui media sosial kepada pemerintah.

Hasyim menilai, kebijakan yang diambil pemerintah belakangan tidak berpihak pada masyarakat.

Baca juga: Warganet Serukan Tagar #KaburAjaDulu, Pengamat Ingatkan Ini jika Ingin Kabur ke Luar Negeri

Termasuk kebijakan yang menginstruksikan efisiensi anggaran yang berdampak pada sejumlah sektor penting, seperti pendidikan, energi, hingga penanganan bencana dan krisis iklim.

Hal ini kemudian membuat generasi muda kehilangan harapan untuk mencari penghidupan di Tanah Air, Indonesia.

Sejalan dengan itu, Sosiolog di Universitas Gadjah Mada (UGM) Oki Rahadianto Sutopo mengatakan, kemunculan tagar KaburAjaDulu adalah bentuk refleksivitas atas kesenjangan global yang terjadi dewasa ini.

Baca juga: Kabur Aja Dulu: Krisis Struktural atau Peluang Diaspora?

Menurutnya, anak muda mulai sadar mengenai kesenjangan global, terutama terkait kualitas hidup di berbagai negara yang bisa diketahui berkat kemajuan teknologi.

Kesenjangan global tersebut termasuk perbedaan jaminan kesehatan, kualitas pendidikan, kesempatan lapangan kerja, hingga kebebasan anak muda untuk berekspresi.

Bagaimana respons pemerintah terkait fenomena ini?

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli meyakini, tren Kabur Aja Dulu muncul bukan karena masyarakat benar-benar ingin kabur dari Indonesia, tetapi ingin mengambil kesempatan bekerja di luar negeri.

Yassierli mengaku tak masalah apabila WNI ingin bekerja di luar negeri lalu kembali ke Indonesia demi membangun negeri.

Yassierli menyadari bahwa tren tersebut merupakan tantangan bagi pemerintah, yang perlu menciptakan lapangan kerja yang baik bagi warganya sendiri.

Baca juga: Kabur Aja Dulu: Melawan Ketidakpastian di Indonesia

Sementara Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer justru mempersilakan WNI yang ingin berkarier di luar negeri untuk tidak perlu kembali ke Indonesia.

Dia tidak mau berkomentar lebih jauh mengenai tren tersebut dan hanya menekankan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan tidak memedulikan tagar atau seruan itu.

Di sisi lain, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menyatakan bahwa tren ini merupakan hal yang positif, asalkan mereka terlebih dahulu meningkatkan keterampilan dan kemampuannya.

 

(Sumber: Kompas.com/Adhyasta Dirgantara, Alinda Hardiantoro, Titis Anis Fauziyah, Nicholas Ryan Aditya, Erwina Rachmi Puspapertiwi | Editor: Ardito Ramadhan, Ahmad Naufal Dzulfaroh, Gloria Setyvani Putri, Inten Esti Pratiwi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi