KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia mengenal istilah ngabuburit yang identik dengan bulan Ramadhan.
Tradisi ngabuburit merujuk pada aktivitas menunggu waktu berbuka puasa, baik memburu takjil, berkumpul bersama keluarga atau teman, dan mengaji atau tadarus di rumah maupun masjid.
Ngabuburit merupakan sebuah tradisi yang umum dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Lantas, bagaimana asal-usul ngabuburit?
Baca juga: Makan Gorengan Saat Buka Puasa, Berapa Jumlah Amannya?
Asal-usul ngabuburit
Sastrawan Sunda sekaligus penulis dan pendiri Rumah Baca Buku Sunda (RBSS), Mamat Sasmita mengungkapkan, kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda.
Dia menjelaskan, ngabuburit diambil dari kata dasar "burit" yang dalam Kamus Sunda Lembaga Basa & Sastra tahun 1995 berarti waktu di penghujung hari atau maghrib.
"Terus ditambahi imbuhan 'nga' dan 'bu' yang jadi kata kerja, sehingga artinya melakukan atau menunggu waktu maghrib," papar Mamat kepada Kompas.com, Selasa (4/3/2025).
Ngabuburit juga berasal dari kalimat "ngalantung ngadagoan burit", yang berarti bersantai sambil menunggu sore, biasanya di bulan puasa.
Sementara, menurut Kamus Bahasa Sunda Danadibrata tahun 2006, ngabuburit diartikan sebagai kegiatan menghabiskan waktu menunggu maghrib sambil jalan-jalan.
"Jadi beda arti 'burit' dalam bahasa Indonesia dan Melayu," kata Mamat.
Baca juga: Bagaimana Hukum Tidur Seharian Saat Puasa Ramadhan?
Ngabuburit dalam tradisi Sunda
Sebagaimana yang tertulis dalam kamus, orang Sunda kala itu kebanyakan mengisi waktu sambil menunggu berbuka dengan jalan-jalan ke luar rumah.
"Ngabuburit biasanya jalan-jalan saja atau bermain yang tidak terlalu menguras tenaga dan tidak terlalu lama," ungkapnya.
Senada, dosen Program Studi Sastra Sunda Universitas Padjajaran (Unpad), Teddi Muhtadin mengatakan, orang Sunda dulu mengenal ngabuburit dengan berjalan-jalan di sore hari.
"Biasanya orangtua mengajak kita ngabuburit supaya melupakan keluh kesah karena lapar dan dahaga sampai waktu buka," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Selasa.
Namun, seiring perkembangan zaman, kegiatan ngabuburit semakin beragam, seperti mengisi waktu dengan membaca Al Quran atau mengkaji ilmu agama.
Teddi, yang juga tergabung dalam Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Undip menambahkan, kegiatan ngabuburit ini hanya ada pada saat Ramadhan.
"Konteksnya puasa, (istilah ngabuburit) hanya dipakai saat Ramadhan," tuturnya.
Baca juga: Kenapa Orang Sunda Biasa Minum Teh Tawar dan Orang Jawa Minum Teh Manis? Ini Kata Pakar
Dikenal secara nasional
Kini, istilah ngabuburit sudah dikenal secara luas dan tidak hanya di Sunda saja.
Mamat berpendapat, kata tersebut menjadi populer lantaran dalam bahasa Indonesia belum ada istilah serupa yang memiliki arti menghabiskan waktu menunggu magrib.
"Menurut saya, tidak ada kata yang bisa mewakili dalam bahasa Indonesia seperti kata itu," ujarnya.
Ditambah pengaruh media radio dan televisi, serta kemunculan internet pada tahun 2000-an, membuat kata ini semakin dikenal luas.
"Setelah ada kemunculan internet saya kira booming-nya saat itu. Dulu radio dan TV juga, tapi zaman itu siaran TV nasional jadi tidak terlalu menebitkan berita daerah, lebih banyak di radio," pungkasnya.
Baca juga: Apakah Menghirup Inhaler Bisa Batalkan Puasa? Ini Kata MUI
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.