KOMPAS.com - Ada beragam wujud pola makan salah yang perlu dihindari selama puasa Ramadhan.
Jika terus dilakukan, pola makan tersebut malah bisa menganggu aktivitas ibadah sehari-hari.
dr. Edi Hidayat Sp.PD, FINASIM, AIFO-K, FISQua memperingatkan, pola makan yang salah dapat membahayakan kesehatan masyarakat saat menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci.
Baca juga: Alasan Buka Puasa Tak Boleh Langsung Makan Gorengan Menurut Dokter
Lantas, apa saja wujud pola makan salah yang dimaksud?
Makan terlalu banyak
Dokter spesialis penyakit dalam di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh itu menyebut, salah satu wujud pola makan yang salah saat puasa, yakni makan berlebihan saat berbuka puasa maupun sahur.
Ia pun mengingatkan, kebiasaan makan berlebihan perlu dihindari karena bisa memicu hyperglycemia spike.
"Hyperglycemia spike adalah lonjakan gula darah mendadak dalam tubuh,” terang Edi, dikutip dari Antara.
Selanjutnya, kondisi lonjakan gula darah ini bisa mengakibatkan kelelahan pankreas untuk menurunkan kadar gula darah, yang akhirnya menyebabkan mengantuk dan badan menjadi lemas selesai berbuka.
Langsung makan banyak saat perut kosong
Edi kemudian memperingatkan, pola makan yang salah berupa langsung makan banyak saat perut kosong juga bisa mengakibatkan gangguan lambung.
“Pada perut yang kosong tiba-tiba diisi penuh, menyebabkan kembung, dan makanan bisa keluar lagi ke kerongkongan atau sering disebut penyakit Gerd,” terangnya.
Adapun cara berbuka yang disarankan adalah mengikuti sunnah nabi, yakni dengan mengonsumsi kurma satu biji atau 3 biji dan diawali minum air terlebih dahulu.
Edi menyebut, makan makanan harus bertahap untuk menjaga agar lambung bisa menampung jumlah makanan yang masuk dan mencegah kenaikan gula mendadak.
“Allah SWT sudah mengingatkan kita dalam Surah Al-A’raf ayat 31, 'Jangan berlebihan dalam makan dan minum, karena Allah tidak menyukai orang yang berlebihan',” katanya.
Baca juga: Alasan Tak Boleh Langsung Minum Teh Saat Buka Puasa Menurut Dokter
Minum minuman manis terlalu banyak
Edi menambahkan, makan dan minum minuman manis terlalu banyak saat berbuka puasa juga tidak baik bagi tubuh.
Sebab, hal itu bisa menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang bisa memicu terjadinya diabetes melitus.
Menurut dia, minuman manis bisa berefek memperberat kerja pankreas untuk menurunkan kadar gula.
“Apabila kondisi ini terjadi berulang bisa mengakibatkan terjadinya resistensi insulin dalam tubuh,” ucapnya.
Resistensi insulin adalag kondisi di mana sel-sel dalam tubuh tidak lagi bekerja dengan baik sehingga pankreas akan menghasilkan insulin lebih banyak lagi untuk menurunkan kadar gula yang tinggi.
Resistensi insulin bisa menimbulkan gemuk atau obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung atau stroke.
Jika ingin minuman manis, Edi menyatakan agar dapat memilih jus buah tanpa gula atau sedikit gula.
Tidur setelah sahur atau buka puasa
Selain itu, hal lainnya yang membahayakan umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan yaitu tidur setelah sahur atau berbuka puasa.
Ia menerangkan, kondisi setelah makan langsung tidur dapat mengakibatkan gangguan pada lambung.
Pasalnya, pada saat makanan terlalu banyak di dalam lambung, makanan tersebut dapat mengakibatkan naik ke tenggorokan dan menyebabkan nyeri di dada dan ulu hati.
Kondisi ini diakibatkan oleh gravitasi yang tidak membantu perut menahan makanan dan asam lambung naik ke atas.
Baca juga: Benarkah Tidur Setelah Sahur Bisa Memicu Kanker?
Melewatkan sahur
Selain itu, tidak makan sahur saat akan menjalankan ibadah puasa juga dapat membahayakan kesehatan seseorang.
Ia mengatakan, banyak orang tidak sahur dengan alasan ngantuk atau untuk menurunkan berat badan. Padahal, sahur bukan sekadar makan, melainkan juga untuk membantu pemenuhan energi agar kuat menjalani puasa.
Individu yang yang tidak makan sahur akan cenderung terjadi hipoglikemia atau kadar gula darah di otak menurun yang menyebabkan kelemahan, pusing, sulit berkonsentrasi, bahkan pingsan dalam kondisi ekstrem.
“Jadi sahur itu penting agar tubuh mendapatkan suplai energi yang cukup untuk beraktivitas,” jelas Edi.