Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Jadi Penyakit yang Mengintai Gen Z, Apa Itu Kanker Kolorektal?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/TORWAISTUDIO
Gejala kanker kolorektal.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Sejumlah pemberitaan menyebut bahwa kasus kanker kolorektal pada kelompok usia muda, termasuk gen Z, mengalami peningkatan signifikan.

Meskipun secara statistik, kelompok usia 20-an dan 30-an memiliki kemungkinan yang jauh lebih kecil terkena kanker kolorektal dibandingkan usia 50 tahun ke atas, tetapi kasus-kasus pada kelompok usia tersebut meningkat.

Baca juga: FDA Tarik 6 Merek Skincare yang Berpotensi Picu Kanker, Ada La Roche-Posay


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari laman Kompas.tv (7/3/2025), kanker kolorektal pada orang dewasa berusia di bawah 55 tahun meningkat dari 11 persen (1 dari 10) pada 1995 menjadi 20 persen atau dialami 1 dari 5 orang pada 2019.

Menurut laporan International Agency for Research on Cancer (IARC) pada 2022, ada sekitar 25 ribu kasus kanker kolorektal yang teridentifikasi.

dari jumlah tersebut, sekitar 1.400 pasien kanker kolorektal berusia di bawah 40 tahun, 968 berusia 30-39 tahun. Sementara pada usia 20 hingga 29 tahun, sebanyak 446 kasus.

Baca juga: Ilmuwan Korsel Klaim Temukan Teknologi yang Ubah Sel Kanker Jadi Sel Normal

Apa itu kanker kolorektal?

Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang menyerang usus besar (kolon) atau rektum. Kanker ini merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum di seluruh dunia.

Kanker ini juga umum disebut sebagai kanker usus besar atau kanker rektum, tergantung di mana kanker ini bermula.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker kolorektal merupakan kanker ketiga paling umum di dunia, mencakup sekitar 10 persen dari seluruh kasus kanker dan merupakan penyebab kematian terkait kanker kedua di seluruh dunia.

Baca juga: Jenis Ubi yang Bisa Bantu Mencegah Penyakit Jantung dan Kanker, Apa Itu?

Risiko kanker kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia. Sebagian besar kasus menyerang orang berusia di atas 50 tahun.

Gejala umum kanker kolorektal meliputi diare, sembelit, darah dalam tinja, nyeri perut, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan, dan kadar zat besi rendah.

Banyak orang tidak merasakan gejala pada tahap awal penyakit ini. Sering kali baru didiagnosis pada stadium lanjut.

Baca juga: Disebut Dapat Menyebabkan Kanker Serviks, Apa Itu HPV?

Kanker ini dapat menyebabkan kerusakan serius bahkan kematian. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk deteksi dini.

Risiko kanker kolorektal dapat dikurangi dengan mengonsumsi makanan sehat, tetap aktif secara fisik, tidak merokok, dan membatasi alkohol.

Faktor penyebab kanker kolorektal pada usia muda

Dilansir dari laman Kompas.com (18/4/2023), kanker kolorektal atau kanker usus besar menunjukkan tren yang mengkhawatirkan karena mulai menyerang kelompok usia lebih muda.

Dokter Ahli Onkologi Medis Parkway Cancer Centre, Singapura Wong Siew Wei mengatakan, risiko kanker kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia namun juga bisa menyerang anak muda.

Kanker ini bisa terjadi seiring dengan faktor gaya hidup yang tidak sehat, stres berlebih, obesitas, dan faktor genetik.

Baca juga: Ramai soal Kerang Dara Bisa Menyerap Logam Berat dan Picu Kanker, Ini Penjelasan Pakar

Selain itu pola makan yang tidak sehat, merokok dan minuman beralkohol juga menjadi faktor karena menyebabkan perubahan microbiome pada usus.

Di sisi lain, mengutip laman Institut Pertanian Bogor, Dosen Fakultas Kedokteran IPB Sulpiana menyebut, kanker kolorektal bisa disebabkan faktor genetik maupun faktor gaya hidup yang tidak sehat.

Faktor genetik dapat berperan dalam terjadinya kanker kolorektal, terutama pada individu yang memiliki riwayat keluarga pengidap kanker.

Baca juga: Kasus Kanker Paru di Kelompok Non-perokok Meningkat, Apa Penyebabnya?

Selain itu, ia menambahkan, gaya hidup yang tidak sehat, juga berkontribusi signifikan dalam meningkatkan risiko kanker kolorektal pada usia muda.

Hal itu termasuk kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang tidak seimbang. Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal dan kesehatan usus.

Sulfiana menekankan pentingnya menerapkan pola makan sehat, meningkatkan konsumsi buah, sayuran, dan makanan tinggi serat, serta mengurangi asupan daging merah dan makanan olahan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi