Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Terlalu Sering Rebahan Bisa Menyebabkan Jantung Bengkak? Berikut Penjelasan Dokter

Baca di App
Lihat Foto
TikTok
Tangkapan layar unggahan warganet yang menyebut terlalu sering rebahan bisa menyebabkan jantung bengkak.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Unggahan yang menyebutkan terlalu sering rebahan atau berbaring dengan posisi tengkurap bisa menyebabkan jantung bengkak, ramai di media sosial.

Informasi tersebut dimuat dan dibagikan di akun TikTok @biar***** pada (11/3/2025).

Dalam unggahannya, pemilik akun bahkan menyertakan foto rontgen yang menunjukkan adanya pembengkakan di jantung seseorang. 

"Ngeri!! Beginilah Gambar Jantung Yang Bengkak Akibat Terlalu Sering Rebahan Atau Mageran," tulis pengunggah.

Dikutip dari Clevelandclinic, jantung bengkak atau kardiomegali adalah kondisi ketika jantung membesar melebihi ukuran normalnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi ini dapat mengganggu fungsi jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

Adapun jantung yang membesar mungkin bersifat sementara atau permanen, tergantung pada penyebabnya. Selain itu, kondisi ini bisa terjadi pada seluruh jantung atau hanya sebagian saja.

Hingga Sabtu (22/3/2025) unggahan tersebut sudah dikomentari sebanyak 5260 warganet dan dibagikan lebih dari 81.800 kali.

Lantas, benarkah rebahan bisa menyebabkan jantung bengkak?

Baca juga: Duduk Kelamaan Memicu Sakit Jantung, Tak Bisa Dicegah dengan Olahraga


Terlalu sering rebahan menyebabkan jantung bengkak?

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS EMC Alam Sutera, Tangerang Selatan, Berlian Idriansyah Idris tak membenarkan informasi yang menyatakan terlalu sering rebahan bisa menyebabkan jantung bengkak.

Berlian justru mengatakan, orang yang kurang gerak atau memiliki gaya hidup kurang aktif lebih rentan mengalami penyakit jantung koroner (PJK).

"Tidak benar jantung bengkak karena terlalu sering rebahan," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (20/3/2025).

"Namun, orang yang mageran, atau gaya hidupnya tidak aktif rentan terkena penyakit jantung koroner yang bisa menyebabkan serangan jantung," tambahnya.

Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung yang terjadi ketika pembuluh darah arteri koroner tersumbat atau menyempit. Kondisi ini bisa menyebabkan serangan jantung yang berakibat fatal.

Berlin menambahkan, ketika seseorang mengalami penyakit jantung koroner, maka jantung mereka bisa mengalami pembengkakan lantaran ototnya melemah.

"Pasca serangan, jantung bisa mengalami pembengkakan karena kelemahan pada otot jantung menyebabkan ruang jantung melebar. Ini yang menyebabkan pembengkakan," jelasnya.

Selain penyakit jantung koroner, jantung bengkak juga bisa disebabkan karena penyakit apa pun yang membuat jantung bekerja lebih keras.

Penyebab jantung bengkak lainnya meliputi:

  • Anemia
  • Kehamilan
  • Rheumatoid arthritis
  • Aritmia
  • Sarkoidosis
  • Kardiomiopati
  • Penyakit jantung bawaan
  • Penyakit jantung hipertensi
  • Gagal ginjal
  • Infeksi virus yang menyebabkan miokarditis
  • Penyakit katup jantung
  • Hipertiroidisme
  • Hipotiroidisme
  • Penyakit paru-paru seperti COPD dan hipertensi paru.

Dalam beberapa kasus, atlet akan mengalami pembesaran jantung hanya karena aktivitas yang berulang, dilansir dari Clevelandclinic.

Dalam hal ini, fungsi jantung akan normal (atau bahkan lebih baik dari biasanya) meskipun pembesarannya.

Baca juga: Pria Australia Jadi Orang Pertama di Dunia yang Berhasil Implan Jantung Buatan Total

Gejala pembengkakan jantung

Pada beberapa orang, jantung bengkak tidak menimbulkan tanda atau gejala, dikutip dari Mayo Clinic.

Meski demikian, sebagian orang mungkin memiliki tanda-tanda dan gejala kardiomegali sebagai berikut:

  • Sesak napas, terutama saat berbaring
  • Nyeri dada
  • Bangun dengan sesak napas
  • Irama jantung tidak teratur (aritmia)
  • Pembengkakan (edema) di perut atau di kaki
  • Ketidaknyamanan di area lain di tubuh bagian atas, termasuk satu atau kedua lengan, punggung, leher, rahang, atau perut.

Selain itu, ada pula beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan pembesaran jantung, meliputi:

1. Riwayat keluarga penyakit otot jantung (kardiomiopati)

Beberapa jenis kardiomiopati diturunkan dalam keluarga atau genetik. Penyakit ini dapat menyebabkan jantung melemah dan tidak mampu memompa darah dengan baik.

2. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi dapat memicu pembengkakan pada jantung,

Pasalnya, tekanan darah tinggi membuat jantung harus memompa lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Ketegangan tersebut dapat menyebabkan otot jantung membesar dan menjadi lemah.

3. Penyakit jantung

Masalah apa pun yang memengaruhi jantung, termasuk cacat jantung bawaan atau penyakit katup jantung, dapat menyebabkan pembesaran jantung.

Penting untuk mengikuti gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mengelola penyakit jantung.

Baca juga: Tanda Jantung dalam Kondisi Sehat dan Tidak Sehat, Kenali Bedanya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi