KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab gempa Thailand dan Myanmar berkekuatan magnitudo (M) 7,7.
Gempa tersebut sebenarnya terjadi di wilayah Mandalay, Myanmar pada Jumat (28/3/2025) pukul 13.20 waktu setempat.
Hasil analisis BMKG menunjukkan, episenter gempa terletak pada koordinat 21,76 derajat lintang utara dan 95,83 derajat bujur timur dengan kedalaman 10 kilometer.
Baca juga: Gempa Guncang Myanmar dan Thailand, Bagaimana Kabar WNI di Sana?
Meski berpusat di Myanmar, getaran gempa dirasakan sampai Thailand hingga menyebabkan gedung yang sedang dibangun mendadak runtuh.
Video yang beredar di media sosial X juga menunjukkan, bangunan pencakar langit di Thailand tampak bergoyang saat gempa terjadi.
Berdasarkan laporan kantor berita Associated Press, Jumat (28/3/2025), gempa tersebut menyebabkan 140 orang tewas di Myanmar dan enam orang tewas di Thailand.
Baca juga: Detik-detik Bangunan Bertingkat di Bangkok Runtuh Usai Gempa Guncang Thailand dan Myanmar
Apa penyebab gempa Thailand-Myanmar?
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa Thailand-Myanmar merupakan jenis gempa dangkal.
Penyebab gempa tersebut adalah aktivitas sesar besar Sagaing dengan mekanisme gempa mendatar atau strike-slip.
Sesar Sagaing adalah sesar geser yang membentang di Myanmar dari utara ke selatan dengan panjang sekitar 1.200 kilometer.
“Sesar ini sangat aktif secara tektonik dan menjadi salah satu sumber gempa potensial di wilayah tersebut,” ujar Daryono dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu (29/3/2025).
Baca juga: Kisah Gempa Tohoku M 9,0, Picu Tsunami 40 Meter, Tewaskan 19.747 Orang
Ia menjelaskan, ada beberapa kota yang dilalui sesar Sagaing, yakni Mandalay, Sagaing, Naypyidaw, Bago, dan Yangon.
Karena sesar tersebut membentang di sejumlah kota, Daryono menilai, keberadaan patahan ini memberikan risiko yang besar.
“Sesar Sagaing memiliki mekanisme geser menganan (dextral strike-slip) dengan laju pergeseran cukup signifikan sekitar 18–22 mm per tahun,” jelas Daryono.
Daryono menambahkan, sesar Sagaing merupakan bagian dari sistem tektonik yang membatasi Lempeng India dan Lempeng Sunda.
Karena alasan itulah, sesar Sagaing memiliki aktivitas seismik yang sangat signifikan.
Baca juga: Indonesia Kerap Diguncang Gempa, Kenali Tas Siaga Bencana sebagai Mitigasi
Sesar tersebut juga beberapa kali memicu gempa besar dan menyebabkan kerusakan signifikan.
Gempa besar akibat aktivitas sesar Sagaing pernah terjadi pada 1931 (M 7,5) 1946 (M 7,3 dan M 7,7) 1956 (M 7,0) 2012: (M 6,8), dan 2025 (M 7,7).
Berdasarkan catatan tersebut, gempa Thailand-Myanmar M 7,7 menjadi yang terbesar sejak 2012 dengan kekuatan M 6,8.
“Dampak gempa bumi kuat Mw 7,6 (M 7,7, red) di negara Myanmar ini menyebabkan kerusakan di Myanmar dan Thailand. Laporan sementara beberapa bangunan bertingkat roboh atau ambruk,” ungkap Daryono.
“Guncangan gempa ini diestimasi dengan skala intensitas maksimal VIII-IX MMI (kerusakan berat),” tambahnya.
Baca juga: Gempa M 7,7 Guncang Myanmar, Getaran Terasa hingga Thailand
Kenapa Bangkok, Thailand ikut terdampak gempa Myanmar?
Daryono menjelaskan, getaran gempa Myanmar dapat dirasakan hingga ibu kota Thailand, Bangkok karena efek vibrasi periode panjang atau long vibration period.
Fenomena tersebut membuat gelombang gempa yang sumbernya jauh akan direspon oleh tanah lunak.
Endapan sedimen tanah lunak tebal di Bangkok dapat merespons gempa dari jauh hingga membentuk resonansi yang mengancam gedung-gedung tinggi.
“Contoh pada tahun 1985, terjadi gempa dahsyat di zona subduksi Cocos berkekuatan M 8,1 yang berpusat di pantai Michoacan, Meksiko,” terang Daryono.
Baca juga: Peringatan Tsunami Untuk Puerto Rico dan Kepulaian Virgin Dicabut Usai Gempa M 7,6 di Laut Karibia
“Meskipun jarak episentrum gempa ke kota Meksiko adalah 350 km, kerusakan hebat terjadi di Mexico City, sebagian besar dari 9.500 korban jiwa meninggal terjadi di Mexico City yang dibangun di kawasan rawa purba yang direklamasi,” lanjutnya.
Daryono menambahkan, getaran gempa Bangkok bisa memicu kerusakan yang signifikan karena efek direktivitas.
Efek direktivitas adalah efek yang terjadi ketika energi gempa terfokus dalam satu arah.
“Efek ini dapat terjadi pada gempa bumi. Semakin tinggi direktivitas, semakin terkonsentrasi energi dalam satu arah,” kata Daryono.
Apakah gempa Thailand berdampak ke Indonesia?
Daryono mengatakan, gempa di Thailand dan Myanmar tidak mempengaruhi kegempaan di Wilayah Indonesia.
Indonesia tidak merasakan dampak gempa tersebut karena sumber gempanya berbeda.
Selain itu, jarak zona gempa yang mengguncang Thailand dan Myanmar juga sangat jauh dari Indonesia.
“Medan tegangan gempa tersebut hasil akumulasi dari segmen sesar Sagaing sendiri,” imbuh Daryono.
“Gempa tidak saling picu dan tidak ada rambatan kecuali gempa susulan yang sangat terkait sesar yang aktif tersebut,” tambahnya.
Baca juga: Analisis Gempa M 5,2 Banten, Dipicu Aktivitas Subduksi Lempeng Indo-Australia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.