KOMPAS.com- Juwita (23), seorang jurnalis di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), ditemukan tewas di tangan oknum TNI AL berinisial J. Kisah Juwita menambah daftar panjang kasus femisida di Indonesia.
Dikutip dari lama resmi KBBI, femisida berarti pembunuhan perempuan oleh laki-laki yang didasari kebencian terhadap perempuan.
Dilansir dari Kompas.com (12/5/2024), Komnas Perempuan mengartikan femisida sebagai pembunuhan terhadap perempuan karena gender atau jenis kelaminnya, sebagai akibat eskalasi (pertambahan) kekerasan berbasis gender sebelumnya.
Direktur Rifka Annisa WCC, Indiah Wahyu Andari menyatakan bahwa kejadian yang menimpa Juwita merupakan suatu bentuk femisida.
"Kasus Juwita itu masuk ke dalam femisida. Jenisnya Intimate Femicide atau kalau bahasa Indonesianya Femisida Intim," kata Indiah saat dihubungi Kompas.com (5/4/2025).
Indiah menerangkan bahwa femisida intim merupakan pembunuhan perempuan oleh pasangan atau mantan pasangan, ataupun anggota keluarga seperti ayah dan anak.
Dalam berbagai relasi intim, baik itu pernikahan, pacaran, atau hubungan tanpa status, perempuan rentan menjadi target hanya karena dia perempuan.
Selain femisida intim, terdapat banyak jenis femisida yang lainnya.
Baca juga: Perempuan Dibunuh Mantan Kekasih dengan Kloset, Komnas: Superioritas Maskulin Mendorong Femisida
Lantas, apa saja bentuk-bentuk femisida?
Jenis femisida
Indiah menjelaskan bahwa femisida merupakan bentuk paling ekstrem kekerasan terhadap perempuan dan memiliki bentuk yang beragam. Berikut beberapa bentuk femisida yang dipaparkan Indiah.
- Intimate femicide atau femisida intim
Pembunuhan perempuan yang dilakukan oleh pasangan atau mantan pasangan, atau oleh anggota keluarga
- Non-intimate femicide atau femisida non-intim
Pembentuhan perempuan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak ada hubungan dengan korban, biasanya melibatkan sexual femicide atau serial killing.
Di banyak kasus serial pembunuhan perempuan, biasanya motivasinya misoginis, yakni kebencian terhadap perempuan.
- Pembunuhan atas nama "kehormatan"
Disebabkan oleh perilaku perempuan yang dianggap menyimpang.
Biasanya pembunuhan dilakukan oleh anggota keluarga laki², seperti ayah, kakak, paman, dsb.
- Pembunuhan perempuan karena orientasi seksualnya yang dianggap menyimpang (lesbian, biseksual, transgender)
- Pembunuhan bayi perempuan atau janin perempuan, biasanya di budaya-budaya yang lebih menginginkan anak laki-laki.
- Female genital mutilation/sunat perempuan, yakni praktik yang merugikan kesehatan perempuan
- Pembunuhan dengan alasan mahar, misalnya karena terlalu mahal, lantas dibunuh atau dipaksa bunuh diri oleh pihak mempelai laki-laki.
- Pembunuhan perempuan berkaitan dengan kriminalitas teroganisir, seperti gangster, jaringan trafficking, narkorba, atau penyelundupan senjata.
- Pembunuhan dengan target perempuan dalam konflik bersenjata.
Baca juga: Catcalling: Kekerasan Seksual yang Dinormalisasi sebagai Candaan
Kasus femisida intim di Indonesia
Jenis femisida intim merupakan bentuk femisida yang paling tinggi di Indonesia menurut pantauan Komnas Perempuan tahun 2020 hingga 2023.
Hal ini berarti pembunuhan terhadap perempuan seringkali dilakukan oleh orang-orang terdekatnya, yaitu suami, mantan suami, pacar, maupun mantan pacar.
Kasus femisida yang dialami Juwita juga termasuk ke dalam bentuk femisida intim karena oknum TNI tersebut disebutkan sebagai pasangannya.
Dikutip dari Kompas.com (28/3/2025), kakak kandung Juwita, Praja Ardinata mengatakan bahwa korban dan pelaku memiliki hubungan dekat dan sudah mempersiapkan pernikahan pada Mei 2025 mendatang.
Selain kasus femisida yang terjadi pada Juwita, terdapat beberapa kasus femisida intim yang terjadi di Indonesia sepanjang 2024.
Kasus suami tikam istri saat live karaokeDilansir dari Kompas.com (8/11/2024), seorang perempuan bernama Hertalita Simajuntak, ditikam oleh suaminya, Agus Herbin, saat sedang berkaraoke yang disiarkan langsung di Facebook pada Sabtu (2/11/2024).
Pada sat itu, Hertalita sedang berkaraoke lagu rohani dengan beberapa keluarganya. Pada sekitar pukul 21.00 WIB, Agus pulang dan langsung mengambil pisau serta menikam istrinya sebanyak 5 kali.
Agus memberikan keterangan bahwa ia menikam istrinya dengan motif sakit hati dan cemburu. Sebab, korban mengeluarkan kata-kata yang membuat tersangka sakit hati selama satu tahun pernikahan yang tidak harmonis.
Selain itu, korban cemburu karena sang istri disebutkan oleh temannya berboncengan dengan mantan suaminya , walaupun tidak pernah melihat secara langsung.
Kasus femisida yang dialami Hertalita ini didasari oleh dominasi dan keinginan laki-laki mengontrol pasangannya yang berujung pada tindakan sadis.
Baca juga: Perempuan Vs Kekerasan Siber
Kisah istri dibakar suami di PapuaDilansir dari Kompas.com (22/12/2024), Elis Agustina Yotha meninggal pada Senin (16/12/2024) setelah 15 hari dirawat karena disiram minyak tanah dan dibakar suaminya, Serka MM.
Motif dari pembunuhan ini adalah karena Serka MM mencari kabel charger dan Elis tidak mengetahui letak barang tersebut.
Perlu dicatat bahwa Serka MM yang merupakan anggota TNI ini memiliki tempramen yang tinggi dan sudah beberapa kali melakukan tindakan KDRT terhadap Elis.
Kekejaman yang dilakukan suami Elis dilakukan di depan anaknya yang pertama.
Orang tua Elis, Barbalina pernah menyarankan agar anaknya bercerai saja. Namun, Serka MM mengancam akan membunuh Elis bila bercerai. Selain itu, hukum agama juga tidak memperbolehkan perceraian.
Femisida yang dialami Elis juga didasari dominasi dan kontrol laki-laki terhadap perempuan hingga berujung keji.
Kasus femisida yang lainnyaDilansir dari Kompas.com (11/5/2024), seorang istri berinisial RT dibunuh suaminya yang berinisial RL karena mengigau pada Jumat (3/5/2024).
RT naik pitam karena istrinya mengigau dan mengucapkan "jangan pergi kerja di Bolsel".
RT pun mengambil pisau di dapur dan menikam istrinya.
Selain itu, terdapat kasus Tarsum yang memong-motong istrinya dan menawarkan dagingnya ke tetangganya.
Peristiwa ini terjadi di Dusun Sindangjaya, Desa Cisontrol, Kecamatan Rancah, Ciamis, Jawa Barat pada Jumat (3/5/2024).
Kasus-kasus femisida intim yang terjadi ini memiliki pola kemiripan satu sama lain, yang melibatkan sakit hati dan kecemburuan laki-laki terhadap pasangan perempuan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.