KOMPAS.com - Kekerasan berbasis gender di ranah online (KBGO) tengah menjadi pembicaraan ramai di media sosial.
Pembahasan mengenai KBGO berawal dari penulis novel bestseller Ika Natassa dihina oleh warganet berinisial WR karena belum menikah.
Menanggapi hinaan tersebut, ia meminta agar WR tersebut datang ke rumahnya secara langsung untuk minta maaf kepada orang tua sang penulis.
Baca juga: Korban Kekerasan Seksual: Terperangkap dalam Jejak Digital
Cara Ika Natassa mengatasi hinaan yang dilayangkan terhadap dirinya ternyata menuai beragam respons dari warganet baik di X maupun Instagram.
Namanya pun menjadi trending topic di X seiring dengan pembahasan KBGO.
Pendapat warganet terbelah, sebagian menganggap Ika melakukan "abuse of power" atau penyalagunaan kekuasaan karena telah bertukar kontak dengan atasan WR.
Namun, banyak juga warganet berpendapat bahwa Ika Natassa hanya merespons hinaan "mandul" yang sudah masuk ke ranah KBGO karena membawa fungsi reproduksi sebagai perempuan.
Mengenai KBGO, ternyata situasi ini kerap dialami perempuan ketika menggunakan media sosial. Lantas, apa itu KBGO dan bagaimana cara menghindarinya?
Apa itu KBGO?
Istilah KBGO berkaitan dengan Kekerasan Berbasis Gender (KBG), yang menurut Komisioner Tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) adalah kekerasan langsung pada seseorang berdasarkan gender atau jenis kelaminnya.
Situasi tersebut menyebabkan bahaya berupa penderitaan baik secara fisik, mental atau seksual.
Berdasarkan panduan (2020) yang diterbitkan Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), tindakan ini sama seperti kekerasan di dunia nyata berdasarkan identitas gender dalam penggunaan media sosial.
Baca juga: Viral, Video Penumpang Commuter Line Diduga Alami Kekerasan di Stasiun Rawa Buntu, Ini Penyebabnya
Adapun aktivitas yang termasuk tindak KBGO dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu
- Pelanggaran privasi
- Pengawasan dan pemantauan
- Perusakan reputasi/kredibilitas
- Pelecehan yang dapat disertai dengan pelecehan secara langsung
- Ancaman dan kkekerasan langsung
- Serangan yang ditargetkan ke komunitas tertentu.
Dalam kasus Ika Natassa, WR diduga melakukan KBGO karena menyerang penulis tersebut dengan sebutan "mandul", "sebatang kara" hingga "tidak punya keluarga" karena pendapatnya soal pernikahan di era sekarang amatlah berat jika tidak dibarengi dengan kekayaan.
Kata-kata itu menuai keberatan dari Ika karena dia mempunyai keluarga dan orang tua yang masih hidup.
Merunut dari panduan tersebut, ucapan hinaan yang dilontarkan kepada seseorang di media sosial termasuk KBGO merusak reputasi atau kredibilitas yang bersangkutan.
Aktivitas merusak reputasi seseorang dalam panduan tersebut meliputi perbuatan, "Membuat komentar atau postingan yang bernada menyerang, meremehkan, atau lainnya yang palsu dengan maksud mencoreng reputasi seseorang (termasuk pencemaran nama baik)."
Pada kasus lain, KBGO bisa lebih parah karena bisa berbentuk pelecehan, pengancaman, manipulasi data hingga pemerasan.
Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan Republik Indonesia yang diterbitkan pada 7 Maret 2025, angka KBGO di Indonesia naik 40,8 persen pada 2024 dibanding tahun sebelumnya.
Baca juga: Catcalling: Kekerasan Seksual yang Dinormalisasi sebagai Candaan
Dengan angka yang meningkat dalam kurun waktu tersebut, bagaimana cara untuk menghindari KBGO?
Dalam panduan Awas KBGO, seseorang dianjurkan untuk melindungi privasi dengan tidak mengumbar data-data pribadi saat bermain media sosial.
"Di dunia maya, data pribadi seperti ini sangat dianjurkan untuk tidak diumbar, terutama oleh diri sendiri saat menggunakan menggunakan media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dll) atau aplikasi percakapan (WhatsApp, Line, Telegram) dan lainnya," bunyi anjuran tersebut.
Tips menjaga privasi agar terhindar dari KBGO
Untuk melindungi privasi saat menggunakan media sosial, ada beberapa langkah yang bisa diikuti seperti:
Pisahkan akun pribadi dengan akun publikSeseorang bisa menggunakan lebih dari satu akun dan memisahkan kegunaannnya.
Misalnya, akun publik untuk mengunggah hal-hal yang bisa dikonsumsi orang banyak atau bersifat profesional tanpa.
Sedangkan akun pribadi digunakan untuk berbagi tentang kehidupan seperti pendapat pribadi hingga curhat.
Cek dan atur ulang pengaturan privasiSesuaikan pengaturan privasi dengan kenyamanan diri, sejauh apa bisa berbagi data dengan pihak lain.
Tidak semua aplikasi yang ada di ponsel harus terhubung dengan data-data di dalamnya.
Baca juga: Perempuan Vs Kekerasan Siber
Ciptakan password yang kuat dan nyalakan verifikasi loginCara ini bisa digunakan untuk menghindari peretasan dengan membuat password kuat dan menyalakan beberapa langkah untuk login ke ke akun media sosial.
Saat ini, sudah ada teknologi 2-Step Verification atau 2-Factor Authentication yang disarankan untuk penggunaan email pribadi.
Jangan sembarang percaya aplikasi pihak ketigaTidak semua kuis di media sosial seperti Facebook dan X yang harus masuk ke suatu link bisa diikuti.
Dengan cara ini, pihak ketiga bisa masuk ke akun media sosial sehingga disarankan untuk hati-hati.
Hindari berbagi lokasi pada waktu nyata (real time location sharing)Kurangi penggunaan lokasi secara real time ketika mengunggah sesuatu agar mengurangi risiko ditandai orang yang berniat jahat.
Selain itu, mengunggah sesuatu belakangan saat sudah pergi dari lokasi tersebut juga bisa menghindari tindak kejahatan.
Berhati-hati dengan URL yang dipendekkanCobalah untuk tidak langsung masuk ke dalam link URL yang dipendekkan, apalagi jika dikirim oleh akun mencurigakan.
Link tersebut bisa mengarah ke situis-situs berbahaya yang berpotensi mencuri data pengguna.
Baca juga: Darurat Kekerasan Digital terhadap Pers
Lakukan data detoxKini sudah ada teknologi untuk data detoks yang disusun Tactical Tech dan Mozilla untuk mengecek keberadaan data diri pribadi di internet.
Cobalah melakukan data detox agar dapat menjadi pribadi yang lebih mempunyai kendali atas data diri di ranah online dengan mengakses https://datadetox.myshadow.org.
Jaga kerahasiaan pin atau password pada ponsel atau laptop pribadiKarena pelaku KGBO atau KBG di dunia nyata berasal dari orang terdekat, perlu menjaga password untuk tetap rahasia dan tidak digunakan orang lain.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.