Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Djoko Tjandra yang Terseret Kasus Suap Harun Masiku

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Haryanti Puspa Sari
Pengusaha Djoko Tjandra (duduk di sebelah kanan) tiba di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (9/4/2025). Djoko Tjandra bakal diperiksa sebagai saksi terkait kasus Harun Masiku.
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Nama Djoko Tjandra mencuat dalam kasus dugaan suap terkait dugaan kasus suap pergantian antarwaktu anggota DPR RI 2019-2024.

Pengusaha tersebut memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi kasus dugaan suap yang menjerat eks anggota calon legislatif PDI-P Harun Masiku.

Baca juga: Sederet Kasus yang Ditangani Ferdy Sambo: Kopi Sianida, Djoko Tjandra, KM 50, hingga Kebakaran Gedung Kejagung

Setelah diperiksa selama 3,5 jam, Djoko Tjandra keluar dari Gedung Merah Putih KPK. Pada kesempatan itu, ia mengaku tidak kenal dengan Harun Masiku dan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ngobrol santai saja, enggak ada apa-apa. Saya tidak kenal sama sekali (Harun Masiku)," ujar Djoko pada Rabu (9/4/2024) seperti yang dilansir dari Kompas.com

Selain itu, ia membantah telah membantu Harun Masiku yang saat ini buron sejak 2020 lalu.

Lantas, siapakah sosok Djoko Tjandra yang kini tengah menjadi sorotan?

Kiprah bisnis Djoko Tjandra

Dilansir dari Harian Kompas, 7 Agustus 1999, Djoko Tjandra memiliki nama asli Djoko Sugiatro Tjandra alias Tjan Kok Hui yang berkaitan erat dengan Grup Mulia.

Bersama dengan Tjandra Bersaudara, Djoko mendirikan Grup Mulia pada 1970-an. 

Selain itu, Djoko pertama kali merintis bisnis perusahaan konstruksi fondasi dan tiang pancang Jaya Sumpiles Indonesia. 

Kemudian pada 1980-an, Tjandra Bersaudara bermitra Sudwikatmono serta bekerja sama dengan Prajogo Pangestu dan Mochtar Riyadi. Lewat kerja sama itu, mereka membesarkan Grup Mulia. 

Baca juga: Ditahan akibat Kasus Djoko Tjandra, Ini Profil Irjen Napoleon Bonaparte

Selanjutnya, Djoko bersama Eka Tjandranegara memilai usaha trading melalui PT Mulia Persada Gemilang pada 1984. 

Keduanya berhasil membawa perusahaan itu terus menanjak sehingga mampu berekspansi ke berbagai sektor usaha. Adapun bisnis yang mereka kuasai antara lain, industri glassware, properti, pembangunan dan pengelolaan gedung perkantoran, dan sebagainya. 

Tak sampai di sana saja, Grup Mulia pun mengembangkn bisnis ke Singapura dan Belanda. Menandai kiprah internasional mereka. 

Djoko mengambil alih tugas sebagai pelaksana Grup Mulia setelah peran Eka Tjandranegara mulai berkurang. 

Pribadi Djoko Tjandra

Selain dari sepak terjang bisnisnya, sosok Djoko Tjandra tak memilik banyak informasi yang bisa digali.

Dalam kehidupan pribadinya, Djoko adalah seorang ayah dari empat anak.

Pria yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat, itu bahkan sangat jarang muncul di halaman surat kabar atau majalah. 

Sebelum namanya muncul dalam kasus money politics BB mencuat pada 1990-an, foto-foto Djoko juga jarang dimuat di surat kabar. 

Berdasarkan penuturan orang terdekat, Djoko dikenal berani melakukan hal yang tidak biasa dilakukan pengembang lain. Ia berani menjual sendiri ruangan gedung-gedung perkantoran. 

Ketika pengembang lain memilih jalur yang cenderung aman menggunakan jasa perusahaan semacam Procon Indah (Jones Lang Wooton), Djoko mengandalkan perusahaan sendiri melalui PT Mulia Indoland. 

Berkaitan dengan gedung-gedung yang dibangun Grup Mulia, ia tidak pernah mengadakan jumpa pers atau publikasi berkaitan dengan dibukanya gedung-gedung yang dibangun Grup Mulia. 

Baca juga: Deretan Tersangka dalam Kasus Pelarian Djoko Tjandra...

Djoko disebut-sebut membuat bisnis Grup Mulia boleh dibilang tumbuh pesat. Apalagi, bisnis yang berada di sektor properti. 

Sebagai salah satu perusahaan pioneer, Grup Mulia terkenal dalam pengadaan gedung perkantoran di Jakarta. 

Adapun gedung-gedung terkenal besutan grup ini antara lain, Five Pillars Office Park, Lippo Life Building dan Kuningan Tower, Sampoerna Plaza, BRI II, Mulia Tower, Wisma Antara, Surabaya Tower, dan Mulia Center. 

Di bawah naungan Grup Mulia, terdapat 41 perusahaan dengan perkiraan total aset sebesar Rp 11,5 triliun pada tahun 1998. Mereka juga meraup sales turn-over pada tahun 1998 diperkirakan Rp 395 milyar. 

Meskipun demikian, masa kepemimpinan Djoko membuat perusahaan ini menanggung beban berat akibat terjadinya krisis ekonomi. 

Pada akhir 1990-an, Djoko terseret ke dalam kasus Bank Bali (BB) yang juga melibatkan PT Era Giat Prima (EGP) hingga menjadi buron.

Dari kasus ini, EGP mendapatkan hak pengalihan penagihan piutang BB di Bank Indonesia (BI).

Pada 2020 lalu, Djoko mengakhiri masa buron terkait kasus Bank Bali setelah sempat kabur ke Kuala Lumpur. Ia dijemput oleh aparat kepolisian di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Kamis (30/7/2020).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi