Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Konsumsi Jangka Panjang Obat Pereda Nyeri Picu Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Guru Besar UGM

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY/JAN
Konsumsi obat pereda nyeri jangka panjang bisa menyebabkan gagal ginjal. Kenali gejalanya.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Unggahan video yang menyebutkan efek samping konsumsi obat pereda nyeri atau obat analgesik dalam jangka panjang, ramai di media sosial.

Video tersebut diunggah di akun TikTok @ban******** pada Sabtu (12/4/2025).

Dalam unggahannya, pemilik akun menuliskan salah satu efek minum obat analgesik jangka panjang yaitu bisa menyebabkan gagal ginjal.

Ia juga menyebutkan beberapa jenis obat analgesik yang berbahaya bagi ginjal, salah satunya golongan Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen.

"Akibat Minum obat analgesik Dalam Jangka panjang, bisa menyebabkan Gagal Ginjal," tulisnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagai informasi, analgesik merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, yang juga disebut sebagai painkiller.

Obat ini biasanya digunakan untuk meredakan gejala nyeri otot, sakit gigi, sakit kepala, radang sendi, nyeri karena cedera, atau perawatan pascaoperasi.

Lantas, benarkah konsumsi obat analgesik atau pereda nyeri dalam jangka panjang bisa menyebabkan gagal ginjal?

Baca juga: Benarkah Paracetamol Bisa Sebabkan Kerusakan Hati dan Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Guru Besar UGM


Efek samping konsumsi obat pereda nyeri

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Zullies Ikawati mengatakan, penggunaan analgesik atau obat pereda nyeri dalam jangka panjang, meskipun tidak berlebihan dan sesuai dosis, tetap memiliki potensi efek samping.

Menurut Zullies, efek samping dari obat pereda nyeri ini bisa terjadi terutama jika digunakan secara terus-menerus tanpa pemantauan medis.

Efeknya bisa berbeda, tergantung jenis analgesik yang digunakan, terutama antara paracetamol (acetaminophen) dan NSAID seperti ibuprofen, diclofenac, atau naproxen.

Ia menjelaskan, paracetamol bekerja terutama di sistem saraf pusat untuk menurunkan ambang nyeri dan menurunkan demam. Namun, obat ini tidak memiliki efek antiinflamasi kuat seperti NSAID.

"Efek samping jangka panjangnya lebih ke arah kerusakan hati (hepatotoksisitas) sebagai risiko utama," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (17/4/2025).

Efek samping ini terjadi terutama jika dikonsumsi dalam dosis tinggi (>4 gram/hari) atau dikombinasikan dengan alkohol atau obat hepatotoksik lainnya.

Namun, kata Zullies, pada dosis terapeutik dan tidak melebihi anjuran, risiko ini relatif rendah.

Baca juga: 7 Risiko Minum Obat Asam Lambung Antasida Terlalu Sering, Apa Saja?

"Sementara itu, risiko kerusakan ginjal dari konsumsi paracetamol lebih rendah dibandingkan NSAID, tetapi risikonya tidak nol," kata dia.

Beberapa studi menunjukkan, konsumsi paracetamol jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis, terutama jika disertai faktor risiko lain seperti dehidrasi, hipertensi, atau penggunaan bersamaan dengan NSAID.

Gejala awal kerusakan ginjal yang disebabkan oleh konsumsi paracetamol jangka panjang dapat berupa:

  • Kelelahan
  • Mual ringan
  • Urine berwarna gelap (pada gangguan hati)
  • Penurunan frekuensi buang air kecil (pada gangguan ginjal)
  • Nyeri pada perut kanan atas (hati).

Sementara itu, untuk obat golongan NSAID seperti ibuprofen, naproxen, diclofenac, meloxicam, memiliki efek yang berbeda.

"Obat NSAID bekerja menghambat enzim COX (cyclooxygenase) yang berperan dalam pembentukan prostaglandin, yaitu zat yang menyebabkan nyeri, demam, dan peradangan," kata Zullies.

"Namun, prostaglandin juga penting untuk perlindungan lambung dan fungsi ginjal. Karena itu, penghambatan terhadap sintesis prostaglandin dapat berdampak pada lambung dan ginjal," tambahnya.

Baca juga: Ketahui Efek Samping Minum Paracetamol Berlebihan, Apa Saja?

Efek samping jangka panjang obat pereda nyeri

Lebih lanjut Zullies mengungkapkan, efek samping jangka panjang dari penggunaan NSAID bisa terjadi pada lambung, yaitu gastritis, tukak lambung, dan perdarahan saluran cerna.

Selain itu, NSAID juga dapat mengganggu aliran darah ke ginjal dengan menghambat prostaglandin, dengan menurunkan filtrasi ginjal.

"Sehingga, NSAID dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal kronik, nefritis interstisial, bahkan gagal ginjal akut, terutama pada lansia atau pasien dengan gangguan ginjal, hipertensi, atau dehidrasi," jelas Zullies.

Ia menambahkan, ada pula efek ke kardiovaskular, terutama untuk antiiflamasi jenis diklofenak dan celecoxib. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke pada penggunaan lama.

Adapun gejala awal gangguan akibat NSAID dalam jangka panjang adalah sebagai berikut:

  • Nyeri ulu hati
  • Mual
  • Muntah hitam (darah)
  • Feses berwarna hitam (melena).
  • Bengkak pada tungkai atau kaki (retensi cairan akibat gangguan ginjal)
  • Tekanan darah naik
  • Penurunan jumlah urine
  • Rasa lelah berlebih.

Baca juga: Tanda-tanda Seseorang Menderita Batu Ginjal, Bisa Dilihat dari Urine

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi