KOMPAS.com - PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) memberikan program pelatihan fiber optik untuk guru dan siswa di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Program ini dilakukan melalui kegiatan CSR Pendidikan TBIG pada 2024.
Head of CSR di PT TBIG, Fahmi Alatas mengatakan, program tersebut berangkat dari survei yang dilakukan pada 2015-2016.
Melalui survei itu, terungkap bahwa SMK swasta di Indonesia menghadapi tantangan serius, baik dari segi infrastruktur maupun penyerapan kerja.
"Dari segi infrastruktur, sekolah-sekolah vokasi ini memiliki keterbatasan infrastruktur yang cukup tinggi. Mungkin sekitar 80 persen sekolah yang kami survei tidak memiliki peralatan yang memadai untuk bidang yang kami ajarkan, misalnya fiber optik," terang dia, dalam pemaparan Journalism Fellowship (JFC) 2025 yang digelar Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Senin (14/4/2025).
Baca juga: Sudah Berubah 11 Kali, Kurikulum SMK Disebut Belum Penuhi Kebutuhan Dunia Kerja
Fahmi mengatakan, keterbatasan infrastruktur tersebut disebabkan karena biaya pengadaan alat dan mesin yang terbilang mahal.
Melihat hal itu, PT TBIG menginisiasi kegiatan CSR Pendidikan berupa program Kurikulum Unggulan.
Program tersebut ditujukan untuk guru dan siswa SMK agar bisa meningkatkan aksesbilitas dan kualitas pendidikan.
Hingga saat ini, sebanyak 1.211 siswa dari 31 sekolah SMK di 9 provinsi di Indonesia telah mengikuti kegiatan Kurikulum Unggulan dari TBIG.
Baca juga: Jepang jadi Favorit Tujuan Magang Siswa SMK, Peluang Karirnya Besar!
Program pelatihan diberikan secara gratis
Fahmi menerangkan, program Kurikulum Unggulan menawarkan pelatihan berupa praktik, serta teori tentang fiber optik dan FTTH dengan melibatkan tenaga ahli dari internal perusahaan.
Pada 2024, program ini juga memberikan peluang kerja kepada peserta program.
Tak hanya itu, PT TBIG juga memberikan program kunjungan industri yang memungkinkan siswa untuk melihat laboratorium FO-FTTH Rumah Belajar TBIG.
Di sana, siswa SMK dapat belajar menggunakan perangkat aktif secara langsung.
"Pelatihan ini kami berikan tidak dipungut biaya sama sekali," kata Fahmi.
Baca juga: Kisah Riza, Lulusan SMK Teknik Mesin bisa Magang di Jepang
Pada 2025, Fahmi memastikan, program tersebut tetap akan berlanjut melihat kebutuhan industri yang tinggi.
Minimal, dia berkata, siswa-siswa bisa diserap pada lini usaha PT TBIG.
"Untuk follow up program ini kita akan lanjutkan. Tahun ini juga masih berjalan dan seterusnya kita akan lanjutkan," ungkapnya,
Tahun ini, program Kurikulum Unggulan akan difokuskan untuk penyaluran siswa SMK. Bagi siswa yang gagal mengikuti pelatihan, akan diperbolehkan mengikuti pelatihan kembali pada batch berikutnya.
Baca juga: 1.500 Lulusan SMK Siap Berangkat Magang ke Jepang dan Jerman
Manfaat program pelatihan dan magang Kurikulum Unggulan
Dari 1.211 jumlah siswa yang menerima program Kurikulum Unggulan PT TBIG, hanya 83 siswa yang lolos dan berkenan untuk mengikuti program magang.
Dari jumlah tersebut, 50 persen atau 45 siswa berhasil mendapat pekerjaan di dunia kerja.
Salah satu siswa penerima program Kurikulum Unggulan PT TBIG adalah Fahri yang merupakan siswa dari SMK Setya Dharma Palembang. Dia mengaku sangat terbantu dengan program pelatihan magang yang diadakan PT TBIG.
Kini, siswa lulusan SMK itu telah bekerja sebagai karyawan di PT Cipta Jaya Sejahtera.
"Sangat terbantu karena saat ini mencari kerja itu sangat kompetitif sehingga kami sebagai siswa yang baru lulus juga terbantu," kata dia.
Baca juga: Sosok Fadly Alberto, Siswa SMK yang Juga Pemain Timnas U-17
Melalui program magang Kurikulum Unggulan PT TBIG, dia mengaku memiliki gambaran mengenai pekerjaan dan budaya bekerja di perusahaan, khususnya di bidang telekomunikasi.
Selain siswa, program Kurikulum Unggulan juga menawarkan pelatihan bagi guru-guru SMK, khususnya untuk jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Sebanyak 50 guru juga telah mengikuti program ini, salah satunya adalah guru SMKS 11 Maret Cikarang Barat, Andika Prawira.
Dia mengaku mendapat banyak pengetahuan baru terkait pembelajaran fiber optik, terutama dalam menyusun kurikulum yang relevan dengan kebutuhan kerja.
"Dampaknya sangat terasa karena dari kementerian pendidikan untuk kurikulum fiber optik belum dioptimalkan," kata dia.
Andika mengatakan, kurikulum SMK saat ini hanya mengulas teori dasar mengenai fiber optik yang dirangkum dalam satu bab.
Baca juga: Sekolah Rakyat Pakai Konsep Multi Entry Multi Exit, Apa Itu?
Ringkasan singkat itu dinilai tidak relevan dengan kebutuhan dunia kerja yang menginginkan lulusan SMK siap pakai untuk bekerja.
Oleh sebab itu, melalui pelatihan yang diadakan PT TBIG, guru-guru di SMKS 11 Maret Cikarang Barat mendapat pandangan baru, khususnya terkait pembelajaran fiber optik yang selaras dengan kebutuhan kerja.
"Dari kurikulum kami yang tadinya hanya mengikuti dari pemerintah, kita mulai melakukan penyatuan dengan perusahaan-perusahaan, terutama PT TBIG. Kita buat kurikulum khusus dan kita terapkan di sekolah kami," tutur Andika.
Selain pelatihan guru, SMKS 11 Maret Cikarang Barat juga mengirimkan 50 siswa untuk melakukan magang di PT TBIG. Dari 50 siswa yang ikut, 15 di antaranya diterima magang di perusahaan, baik itu di Tangerang, Bekasi, maupun Jakarta.
Dari program magang gagasan PT TBIG itu, sebanyak 3 siswa SMKS 11 Maret Cikarang Barat berhasil diserap di dunia kerja, yakni di salah satu mitra di PT TBIG.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.