DALAM agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik), kematian memiliki makna istimewa. Kematian Yesus di kayu salib yang pada zaman itu adalah bentuk kematian yang paling hina menjadi penuh kemuliaan.
Peristiwa salib di bukit Kalvari diimani oleh orang-orang Kristen sebagai puncak penebusan Tuhan bagi umat manusia.
Setelah wafat di kayu salib, Yesus bangkit dari kematian tiga hari kemudian sebagaimana telah ia sampaikan sebelumnya kepada para muridnya. Itulah Paskah, peristiwa kemenangan Yesus atas kematian dosa dan menjadi dasar iman Kristen.
Paskah adalah puncak perayaan dalam tahun liturgi Gereja. Puncak iman Kristen sejatinya adalah Paskah, bukan Natal yang pestanya terasa lebih semarak di tengah masyarakat.
Umat Kristen di seluruh dunia baru saja menjalani rangkaian perayaan Paskah pada minggu lalu. Dimulai sejak Minggu Palma (13/4/2025), Kamis Putih (17/4/2025), Jumat Agung (18/4/2025), Sabtu Suci (19/4/2025), dan Minggu Paskah (20/4/2025).
Revisi liturgi dan iman Gereja kepada Kristus yang bangkit
Sepertinya bukan kebetulan jika Paus Fransiskus meninggal dunia satu hari setelah perayaan Paskah. Senin, 21 April 2025, satu hari setelah perayaan Paskah, Kardinal Kevin Farrell, Carmelongo Vatikan (Kepala Rumahtangga Negara Vatikan), menyampaikan kabar duka:
"Saudara-saudari terkasih, dengan dukacita yang mendalam saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus. Pada pukul 7.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa.”
Ini bukan kabar yang sepenuhnya mengejutkan. Usianya sangat sepuh, 88 tahun. Ia menduduki tahta Petrus selama 12 tahun, sejak usia 76 tahun saat ia terpilih menggantikan Paus Benediktus XVI pada 13 Maret 2013.
Sejak 14 Februari, ia dirawat di rumah sakit karena pneumonia ganda. Setelah 38 hari dirawat, dokter memperbolehkan ia pulang. Di hari Paskah, ia sempat muncul di lapangan Santo Petrus menyapa orang-orang yang berkumpul di sana.
Berpulang dalam suasana Paskah adalah kematian yang ia inginkan. Kematian yang mencerminkan iman akan Yesus yang bangkit. Paus Fransiskus ingin prosesi pemakamannya berlangsung secara lebih sederhana dibanding pemakaman paus-paus sebelumnya.
Dalam autobiografinya “Hope” yang diterbitkan pada 14 Januari 2025, ia bicara tentang kematiannya. Ia mengaku menginginkan pemakaman yang sederhana dan penuh martabat, seperti umat Katolik biasa. Untuk itu, ia melakukan sejumlah revisi dalam tata liturgi upacara pemakaman paus.
"Upacara pemakaman selama ini terasa berlebihan. Jadi, aku sudah berbicara dengan petugas seremonial untuk membuatnya lebih sederhana," ungkapnya.
Uskup Agung Diego Ravelli, Pemimpin Upacara Liturgi Kepausan, menjelaskan, revisi liturgi ini dilakukan atas permintaan langsung Paus Fransiskus.
"Beliau ingin beberapa ritus disederhanakan agar pemakaman Paus sebagai Uskup Roma lebih mencerminkan iman Gereja kepada Kristus yang bangkit," ujar Ravelli.
Selain itu, lanjut dia, Paus ingin menegaskan bahwa pemakaman seorang Paus harus menampilkan sosoknya sebagai gembala dan murid Kristus, bukan sebagai penguasa duniawi, meski faktanya ia adalah kepala negara.
Tahun lalu, tepatnya 29 April 2024, Paus Fransiskus mengesahkan liturgi pemakaman paus yang ia sederhanakan. Vatikan mengumumkan perubahan ini dalam edisi terbaru buku Ordo Exsequiarum Romani Pontificis (Ritus Pemakaman Paus).
Buku liturgi ini merupakan pembaruan dari edisi pertama yang disetujui oleh Santo Yohanes Paulus II pada 1998.
Buku ini secara resmi diterbitkan tahun 2000, tetapi baru digunakan saat Paus Yohanes Paulus II wafat pada 2005. Versi modifikasi juga diterapkan saat Paus Benediktus XVI meninggal pada 31 Desember 2022.
Salah satu perubahan penting adalah cara jenazah Paus dipamerkan untuk penghormatan publik di Basilika Santo Petrus sebelum upacara pemakaman.
Sebelumnya jenazah diletakkan di atas catafalque (sebuah panggung khusus), kini jenazah akan langsung ditempatkan di dalam peti mati yang tetap terbuka hingga malam sebelum pemakaman.
Menurut aturan baru, jenazah Paus akan ditempatkan dalam peti kayu berlapis seng. Cukup itu saja. Tanpa lapisan lain.
Tradisi sebelumnya, jenazah Paus ditempatkan dalam peti kayu cemara, yang kemudian dimasukkan ke dalam peti timah, lalu ditutup dengan peti kayu ketiga.
Fransiskus, Gereja untuk orang miskin
Kardinal Jorge Mario Bergoglio, Uskup Agung Buenos Aires, terpilih menjadi menjadi paus ke-266 Gereja Katolik pada 13 Maret 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri. Angka 13 ternyata bukan angka sial sebagaimana diyakini banyak orang.
Pada hari itu, tanggal 13 menghadirkan sosok yang amat istimewa bagi gereja Katolik. Sebab, Paus terpilih menyandang banyak atribut sebagai “yang pertama”.
Ia adalah paus pertama dari luar Eropa dalam 1200 tahun terakhir. Paus pertama dari benua Amerika Latin. Paus pertama dari Argentina. Paus pertama dari Ordo Serikat Jesus. Dan, Paus pertama yang mengenakan nama Fransiskus.
Pemilihan nama kepausannya, yaitu Fransiskus pun istimewa. Meskipun ia seorang Jesuit, pernah menjabat sebagai pemimpin provinsi (provinsial) Argentina, ia sengaja dan dengan sadar memilih nama Fransiskus sebagai nama kepausannya yang merujuk pada Santo Fransiskus Assisi pendiri kelompok religius OFM (Ordo Fratrum Minorum).
Serikat Jesus (SJ) dan Ordo Fratrum Minorum (OFM) adalah dua kelompok religius yang amat besar dan berpengaruh dalam Gereja Katolik.
Di sini menariknya, alih-alih memilih nama Ignatius yang adalah pendiri Ordo Serikat Jesus, ia malah memilih nama Fransiskus yang merujuk pada Santo Fransiskus Assisi, pendiri OFM.
Fransiskus yang dipilihnya juga tidak merujuk pada Fransiskus Xaverius, co-founder Ordo Serikat Jesus yang pernah datang ke kepulauan Maluku untuk menyebarkan agama Katolik.
Kardinal Jorge Mario Bergoglio sadar betul banyak orang pasti bertanya-tanya kenapa ia memilih nama Fransiskus, padahal ia seorang Jesuit.
Ia mengisahkan alasannya kepada wartawan, Sabtu, 16 Maret 2013, beberapa hari setelah terpilih sebagai paus, seperti dikutip catholicherald.co.uk.
Selama konklaf ia duduk di sebelah Uskup Agung Emeritus Sao Paolo dan Prefek Emeritus Kongregasi untuk Klerus, Kardinal Claudio Hummes, yang adalah teman baiknya.
Ketika penghitungan suara konklaf mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan terpilih menjadi paus, Kardinal Hummes memeluk dan menciumnya sambil berbisik, “Jangan lupakan orang miskin.”
“Kata-kata itu muncul dalam benak saya: orang miskin, orang miskin. Kemudian, saat memikirkan orang miskin, saya langsung teringat Fransiskus dari Assisi. Kemudian saya teringat semua perang, saat suara masih dihitung, hingga akhir. Fransiskus juga seorang pencinta perdamaian,” tutur Paus Fransiskus.
Ia melanjutkan, “Begitulah nama itu muncul di hati saya: Fransiskus dari Assisi. Bagi saya, dia adalah manusia kemiskinan, manusia perdamaian, manusia yang mencintai dan melindungi ciptaan; saat ini kita tidak memiliki hubungan yang baik dengan ciptaan, bukan? Dia adalah manusia yang memberi kita semangat perdamaian ini, manusia miskin... Betapa saya menginginkan Gereja yang miskin dan untuk orang miskin!”
Istilah “Gereja kaum miskin” pertama kali dimunculkan Paus Yohanes XXIII dalam ensiklik “Gaudium et Spes” (Kegembiraan dan Harapan) pada 1965.
Menurut Paus Fransiskus, orang-orang miskin mempunyai banyak hal untuk diajarkan kepada kita. Orang miskin bukan sekadar objek uluran tangan karitatif, tapi juga guru tempat kita mendapatkan intuisi iman (“sensus fidei”) tentang karya keselamatan Kristus. Kita perlu membiarkan diri kita dievangelisasi oleh mereka.
Spiritualitas Amerika Latin di Jantung Gereja Eropa
Terpilihnya Kardinal Bergoglio sebagai paus pertama dari Argentina dan paus pertama dari Amerika Latin dipandang sebagai babak baru perjalanan sejarah Gereja. Gereja berani untuk keluar kandang, tidak lagi eropasentris.
Sejak abad ke-4, ketika agama Kristen diterima sebagai agama resmi Kerajaaan Romawi, kekristenan memang berkembang dan mengakar kuat di budaya Eropa.
Selama berabad-abad segala tradisi dan budaya Gereja Katolik identik dengan Eropa karena paus-paus sebelumnya selalu berasal dari Eropa, utamanya Italia.
Paus sebelum Fransiskus, yaitu Benediktus XVI memang bukan dari Italia, tapi Jerman, Eropa. Paus sebelumnya lagi, Yohanes Paulus II, juga bukan dari Italia, tapi Polandia, Eropa lagi.
Latar belakang Kardinal Bergoglio yang berasal dari negara di Amerika Latin memberi pengaruh signifikan dalam visi penggembalaannya.
Gereja-gereja Katolik di Amerika Latin telah lama menggulati spiritualitas “Gereja kaum miskin” dalam tradisi Medellin, Puebla, dan Santo Domingo.
Ketiganya merupakan nama tempat berlangsungnya Konferensi Wali Gereja Amerika Latin (CELAM). CELAM seperti KWI di Indonesia, Konferensi Waligereja Indonesia.
Rapat para uskup Amerika Latin ini digelar sebagai tindak lanjut dari Konsili Vatikan Kedua (1962-1965) yang disesuaikan secara kreatif dengan konteks Amerika Latin.
Konferensi pertama berlangsung di Medellin, Kolombia, tahun 1968. Disusul konferensi di Puebla de los Angeles, Meksiko, tahun 1979, dan konferensi Santo Domingo, Republik Dominika, tahun 1992.
Secara singkat, ketiga konferensi ini menegaskan arah keberpihakan Gereja Katolik di Amerika Latin terhadap kaum miskin.
Pribadi yang sederhana
Spiritualitas Fransiskus yang sederhana dan peduli pada kaum miskin tercermin terang benderang dalam perilaku dan gaya hidupnya.
Sejak dulu ia memang dikenal sebagai pastor yang sederhana dan dekat dengan orang-orang miskin. Jiwanya memang terpanggil untuk berada di tengah umatnya.
Sebagai kardinal Buenos Aires, ia tinggal di apartemen sederhana dan pergi ke mana-mana naik kendaraan umum. Ia senang keluar masuk perkampungan miskin, mengunjungi mereka, menyapa mereka, dan memberi penghiburan kepada mereka.
Ia juga memilih menelepon sendiri ketika harus menghubungi seseorang. Ia menjadi dekat dengan masyarakat Buenos Aires karena kerap makan bersama orang-orang lain di kafetaria.
Setelah terpilih menjadi Paus, perilaku bersahaja itu tidak berubah. Setelah konklaf yang memilihnya menjadi paus, ia mengepak barang-barangnya sendiri dan membayar biaya penginapan di biara tempatnya menginap.
Itulah kenapa ketika terpilih menjadi paus, ia merasa tidak cocok tinggal di Istana Apostolik yang megah. Ia memilih tinggal di apartemen Santa Martha, kediaman para kardinal selama mengikuti konklaf.
Dengan begitu, ia melanggar tradisi yang telah berusia lebih dari satu abad. Istana Apostolik Vatikan telah menjadi kediaman resmi para paus sejak abad ke-17.
”Saya tidak bisa hidup tanpa orang-orang," kata dia menjelaskan pilihannya dalam sebuah kesempatan wawancara.
Ia juga bercerita, ada seorang profesor bertanya padanya, mengapa ia tidak tinggal di istana apostolik. Paus menjawab, “Dengarkan saya, profesor, hal ini karena alasan kejiwaan.”
Kecenderungannya untuk menghindari protokol yang terlalu formal dan memilih interaksi langsung dengan orang-orang juga menunjukkan sisi ke-Fransiskan-nan dalam kehidupannya.
Paus sering terlihat berbaur dengan orang-orang biasa selama audiensi umum, memeluk anak-anak, dan menyapa para penyandang disabilitas dengan hangat.
Sikap ini sangat kontras dengan citra tradisional seorang Paus yang terpisah dari umatnya oleh protokol dan upacara yang kaku.
Selain itu, perhatian Paus Fransiskus terhadap orang miskin dan terpinggirkan adalah cerminan nyata dari spiritualitas Fransiskan. Ia sering menegaskan bahwa Gereja harus menjadi "Gereja yang miskin dan untuk orang miskin."
Hal ini tercermin dalam kunjungannya ke daerah-daerah miskin di seluruh dunia, serta dalam pernyataan-pernyataan publiknya yang menyerukan perhatian dan tindakan nyata terhadap isu-isu kemiskinan, ketidaksetaraan, dan keadilan sosial.
Dalam kunjungannya ke Indonesia pada 3-6 September 2024, kita menyaksikan kesederhanaannya itu. Ia memilih naik mobil Toyota Innova Zenix yang jalan pelan-pelan dan menyapa orang-orang yang menyambutnya di pinggir jalan.
Dari jendela mobil yang terbuka kita melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya adalah Casio seharga Rp 124.000.
Doamu untukku
Rabu, 13 Maret 2013, saat ia muncul di balkon Basilika Santo Petrus untuk pertama kalinya diperkenalkan sebagai paus baru kepada ratusan ribu umat yang berkumpul di lapangan Santo Petrus, sebelum memberikan berkat “urbi et orbi”, kepada kota Roma dan dunia, ia menyampaikan satu permintaan.
Biasanya, setelah mengucapkan sepatah dua patah kata, seorang paus akan langsung merentangkan tangannya dan memberikan berkat “urbi et orbi”.
Tapi, kali ini berbeda.
“Aku meminta bantuanmu,” kata Paus Fransiskus. Ia lantas membungkuk dengan sikap rendah hati.
“Mari berdoa, dalam diam, doa ini: doamu untukku.”
Ini adalah pertama kali seorang paus meminta semua orang untuk mendoakannya sebelum ia memberikan berkat pertama.
Ratusan ribu orang yang berkumpul hari itu pun menundukkan kepala. Diam. Keheningan menguasai lapangan Santo Petrus. Paus menundukkan kepala serendah-rendahnya. Setelah beberapa saat, barulah ia memberikan berkatnya kepada kota Roma dan dunia, “urbi et orbi”.
Senin, 21 April 2025, ia menghembuskan napas terakhirnya. Ia pernah berwasiat soal tempat pemakamannya.
Dalam wawancara tahun 2023 dengan lembaga penyiaran Televisi Meksiko N+, Paus Fransiskus juga mengungkapkan bahwa ia ingin dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di kota Roma, bukan di gua-gua di bawah Basilika Santo Petrus, Vatikan, tempat sebagian besar paus dimakamkan.
Hal itu juga ia tegaskan dalam autobiografinya “Hope”.
"Aku ingin berada di ruangan tempat mereka menyimpan lilin-lilin, dekat dengan Regina della Pace (Ratu Damai), yang selalu menjadi tempatku mencari perlindungan," ujarnya.
Sejak hari pertama terpilih menjadi Paus, Fransiskus memang menunjukkan devosi yang besar kepada Bunda Maria. Ia langsung pergi berdoa di hadapan ikon Salus Populi Romani (Pelindung Umat Roma) di Basilika Santa Maria Maggiore. Tak terhitung ia berdoa di tempat itu.
Basilika Santa Maria Maggiore memiliki keistimewaan. Selain didedikasikan kepada Bunda Maria, Basilika itu juga tempat bersemayam relikui palungan, simbol otentik kesederhanaan Yesus, Tuhan yang menjadi manusia, lahir di kandang domba, di palungan.
Selamat jalan Bapa Fransiskus. Bahagia bersama para kudus di surga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.