KOMPAS.com - Fenomena langka berupa Bulan dan planet yang membentuk wajah tersenyum atau smiley face bakal menghiasi langit pada Jumat (25/4/2025).
Dikutip dari Live Science, fenomena tersebut adalah konjungsi rangkap tiga, ketika planet Venus, Saturnus, dan Bulan sabit akan tampak berdekatan di langit sebelum fajar.
Dua planet dan Bulan itu membentuk formasi segitiga sehingga seolah-olah terlihat seperti wajah tersenyum atau smiley face.
NASA mengatakan, masyarakat bisa menyaksikan fenomena tersebut dengan mata telanjang di dekat cakrawala timur sebelum Matahari terbit.
Selain Venus-Saturnus-Bulan, planet Merkurius juga akan terlihat di bawah ketiga benda langit itu. NASA mengungkapkan, Merkurius akan terlihat berkelip-kelip dan terlihat sangat rendah di langit.
Lantas, apakah fenomena smiley face dapat disaksikan di langit malam Indonesia?
Baca juga: Ada Fenomena Astronomi Smiley face pada 25 April, Apa Itu?
Penjelasan BRIN soal fenomena bulan tersenyum
Peneliti utama bidang astronomi BRIN Thomas Djamaluddin mengonfirmasi munculnya fenomena smiley face pada Jumat (25/4/2025).
Menurutnya, smiley face adalah konfigurasi Bulan sabit tua yang membentuk simbol senyuman, serta dua planet terang Venus dan Saturnus yang digambarkan sebagai simbol 2 mata di atas senyuman.
Meski demikian, Thomas mengatakan bahwa ketampakan fenomena itu bergantung tempat, terkait waktu, dan konfigurasinya.
Di Indonesia, fenomena tersebut bukan terjadi pada Jumat (25/4/2025), melainkan pada Sabtu (26/4/2025).
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Penyebab Rotasi Bumi Berubah dalam 2 Dekade Terakhir
"Di Indonesia konfigurasi Bulan sabit tua yang disertai Venus dan Saturnus di atasnya terlihat menjelang Matahari terbit pada 26 April, bukan 25 April," kata dia saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (23/4/2025).
Dia menjelaskan, smiley face pada 25 April 2025 hanya bisa dilihat di Eropa dan Amerika.
Selain itu, fenomena Bulan tersenyum di Indonesia juga akan berbeda dengan yang terjadi di negara lainnya, seperti Brasil.
"Di Indonesia, posisi Venus dan Saturnus jauh di atas bulan sabit, jadi sama sekali tidak menampakkan gambaran wajar tersenyum. Posisi "dua mata" (Venus dan Saturnus) relatif dekat gambar senyuman (bulan sabit tua) kalau diamati dari Brasil," jelas dia.
Baca juga: Misteri Kehidupan di Titan, Ilmuwan Deteksi Potensi Kehidupan Alien di Bulan Saturnus
Mengenal fenomena konjungsi rangkap tiga
Thomas menuturkan, konjungsi adalah benda langit berada pada posisi berdekatan.
Dalam hal konjungsi rangkap tiga, ada tiga benda langit yang berdekatan, yakni Bulan-Venus, Bulan-Saturnus, dan Venus-Saturnus.
Peristiwa ini merupakan akibat dari adanya gerakan orbit Bumi mengitari matahari.
Konjungsi terjadi ketika dua atau lebih obyek langit tampak sangat dekat satu sama lain pada langit malam.
"Venus berada lebih tinggi di atas cakrawala timur dengan Saturnus lebih rendah, dan Bulan sabit tipis sedikit lebih rendah dan sedikit lebih jauh ke utara," kata Duta Besar Tata Surya NASA, Brenda Culbertson, dikutip dari Live Science.
Fenomena ini dapat disaksikan di langit mana saja. Akan tetapi, Culbertson mengatakan bahwa penyelarasan akan terjadi sekitar pukul 05.30 pagi pada 25 April dan Matahari akan terbit sekitar satu jam kemudian.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.