SEBELUM Anda membaca naskah ini, saya mohon dimaafkan berhubung saya bukan umat Katolik, maka sangat mungkin saya menulis serta menggunakan terminologi khas Katolik secara keliru.
Di kolom agama KTP, tidak tertulis Katolik sebagai agama saya. Namun, saya sangat mengagumi dan menghormati pemimpin gereja Katolik yang berordo Jesuit, tapi memilih nama Fransiskus dari Asisi sebagai pendiri ordo Fransiskan.
Adalah Romo Frans Magnis Suseno yang pertama kali menyadarkan saya untuk memerhatikan Sri Paus Fransiskus dengan komentar “Dia seorang kelirumolog sejati“.
Kemudian melalui dukungan Romo Kardinal Ignatius Suharyo serta mahaguru kemanusiaan saya, Ignatius Sandyawan Sumardi dari kejauhan saya berupaya lebih dekat mengenal Sri Paus Fransiskus.
Sampai akhirnya saya beruntung dapat berjumpa, bahkan diberkati oleh Sri Paus Fransiskus tatkala beliau berkunjung ke Indonesia.
Memang sebelum menjadi Sri Paus, sang Uskup Agung Buenos Aires sudah tersohor sebagai tokoh reformis yang konsekuen dan konsisten melakukan koreksi terhadap kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan oleh gereja.
Sri Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik global dan Kepala Negara Vatikan.
Lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936, ia adalah Paus ke-266, menggantikan Paus Benediktus XVI, dan merupakan Paus pertama dari ordo Yesuit yang berasal dari benua Amerika.
Meski lahir di Buenos Aires, Jorge Mario Bergoglio adalah anak dari imigran Italia. Ayahnya, Mario Bergoglio, adalah seorang akuntan di perusahaan kereta api, sedangkan ibunya, Regina Sivori, adalah seorang ibu rumah tangga.
Bergoglio menyelesaikan pendidikan di bidang teknik kimia sebelum memutuskan untuk bergabung dengan imamat, memasuki Seminari Keuskupan Villa Devoto dan kemudian novisiat Serikat Yesus pada 11 Maret 1958.
Bergoglio terpilih sebagai Paus melalui Konklaf Kepausan pada 13 Maret 2013. Sebelumnya, sejak 1998 ia menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires kemudian pada 2001 diangkat sebagai Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II.
Menurut pendapat saya yang sudah barang tentu subyektif, Sri Paus Fransiskus memang merupakan seorang tokoh kelirumologi sejati yang gigih berkelanjutan mereformasi gereja Katolik demi kembali ke fitrah dasar ajaran utama Jesus Kristus, yaitu kasih-sayang.
Seperti Jesus Kristus dan Ibu Teresa, Sri Paus Fransiskus senantiasa berpihak ke kaum miskin, papa dan tertindas.
Sri Paus Fransiskus juga tegas menolak dogma keyakinan bahwa jalan ke surga hanya terbuka bagi mereka yang mengaku percaya kepada Jesus Kristus.
Gerbang surga dalam arti kebahagiaan senantiasa terbuka bagi setiap insan manusia yang mempersembahkan kasih sayang kepada sesama manusia, sesama mahluk hudup dan lingkungan alam masing-masing.
Pada hakikatnya, Sri Paus Fransiskus memang bukan hak monopoli umat Katolik, sebab beliau sudah menjadi hak milik seluruh umat manusia tanpa batasan agama, bangsa dan ras di planet bumi ini.
Requiem aeternam dona eis, Domine,
et lux perpetua luceat eis.
Te decet hymnus Deus, in Sion,
et tibi reddetur votum in Ierusalem.
Exaudi orationem meam;
ad te omnis caro veniet.
Requiem aeternam dona eis, Domine,
et lux perpetua luceat eis.