KOMPAS.com - Ramai di media sosial pembahasan mengenai bonus demografi penduduk Indonesia.
Hal itu berawal dari diunggahnya video Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam kanal Youtubenya yang menjelaskan tentang bonus demografi.
"Tentu banyak yang sudah mendengar tentang bonus demografi. Kondisi dimana lebih dari separuh penduduk suatu negara berada pada usia produktif," ujar Gibran.
"Ya, Indonesia akan mendapatkan puncak bonus demografi di tahun 2030 sampai tahun 2045," lanjutnya pada video dari kanal Youtube miliknya.
Gibran juga menjelaskan bahwa bonus demografi dapat menjadi peluang besar untuk mencetak generasi emas di Indonesia.
Polemik dan perdebatan mengenai bonus demografi terjadi di media sosial X. Mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan memberikan pendapatnya terkait hal ini.
"Bonus demografi bukan hadiah, tapi ujian yang menantang kita untuk menyiapkan manusia dan tidak sekadar mengagungkan angka," tulis Anies, dikutip dari KOMPAS.com, (22/4/2025)
Lantas, apa sebenarnya penjelasan dari bonus demografi?
Baca juga: Memaksimalisasi Bonus Demografi
Koreksi penjelasan bonus demografi
Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Dra. Omas Bulan Samosir, Ph.D. memberikan penjelasan kepada KOMPAS.com pada Selasa, (22/04/2025) mengenai bonus demografi.
“Bonus demografi dimulai dari adanya penurunan tingkat kelahiran,” ujar Omas.
Penurunan tingkat kelahiran terjadi karena pemerintah pada zaman dahulu menginisiasi adanya program pengendalian kependudukan.
Omas menjelaskan dengan mengutip data sensus penduduk milik Badan Pusat Statistik bahwa pada tahun 1971, angka fertilitas total di Indonesia mencapai 5 hingga 6 anak untuk setiap perempuan.
Sementara itu, pada tahun 2020, angka itu turun menjadi kelahiran 2 hingga 3 anak per perempuan.
“Akibatnya, pada masa ini, persentase usia muda (usia 0-14 tahun) yang menurun, dan persentase usia produktif (usia 15-64 tahun) dan tua (usia 65 tahun ke atas) naik,” ujar Omas.
“Namun, walau persentase usia muda menurun, jumlah absolutnya masih bertambah,” tambah Omas.
Baca juga: Exit Poll Litbang Kompas Pilkada Jakarta 2024, Begini Demografi Pemilih Dharma-Kun
Omas mengoreksi pernyataan yang disampaikan Wakil Presiden mengenai bonus demografi.
“Beberapa pendapat mengatakan bahwa bonus demografi terjadi jika angka ketergantungan berjumlah kurang dari 50 persen. Ini yang kemudian diartikan wapres bahwa bonus demografi adalah usia produktif yang lebih dari 50 persen, padahal itu tidak tepat,” tegas Omas.
“Lagi pula, dari jaman baheula, kelompok usia produktif selalu mendominasi. Hal itu disebabkan kelompok usia produktif memiliki 10 golongan umur," jelasnya.
Menurut data sensus penduduk, jika dilihat berdasarkan golongan, usia muda (0-14 tahun) itu hanya memiliki 3 golongan umur, yakni 0-4 tahun, 5-9 tahun, dan 10-14 tahun.
Sementara itu, usia produktif (15-64 tahun) bisa mencapai 10 golongan umur. Hal inilah yang menjadikan kelompok usia produktif selalu mendominasi.
Omas menjelaskan bahwa pengertian bonus demografi yang benar adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi yang disebabkan karena dinamika kependudukan.
Usia produktif yang meningkat merupakan kesempatan untuk mendorong pencapaian pembangunan dan mendorong adanya pertumbuhan.
"Namun, semua itu tidak otomatis. Kita harus membuat upaya-upaya agar itu semua tercapai,” pungkas Omas.
Baca juga: 100 Hari Kerja Prabowo-Gibran, Termasuk Program MBG Ada Peran Jokowi
Upaya apa saja yang seharusnya dilakukan pemerintah?
“Tiga hal yang harus dilakukan pemerintah kepada rakyatnya adalah; investasi pendidikan, investasi kesehatan, dan investasi ekonomi,” tegas Omas.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai tiga investasi utama yang harus dilakukan pemerintah agar dapat mengoptimalkan bonus demografi:
1. Investasi Pendidikan
Investasi pendidikan dapat dilakukan dengan memperkuat kualitas pendidikan dari usia dini hingga tinggi.
Omas mengatakan bahwa generasi muda harus difasilitasi, bukan hanya dalam bidang akademik, tetapi juga olahraga, seni, musik, dan lainnya.
“Kita semua tahu bahwa anak remaja memiliki potensi yang maksimal, dari segi waktu, tenaga, kecerdasan, dan talenta. Orang-orang seperti ini harus difasilitasi oleh pemerintah,” jelasnya.
Omas mengatakan bahwa fasilitas untuk guru dan sekolah juga harus dimaksimalkan sebaik mungkin.
Baca juga: Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Diskon Listrik 50 Persen Tak Diperpanjang meski Masyarakat Antusias
2. Investasi Kesehatan
Kesehatan harus dijaga sejak dini, bahkan sejak perempuan ataupun calon ibu belum menikah. Gizi yang baik akan menghasilkan anak-anak yang cerdas dan siap bersaing.
Omas menjelaskan bahwa kesehatan bukan hanya ada di saat ini, tetapi juga saat anak masih bayi, masih dalam kandungan, bahkan kesehatan sejak dari sang ibu belum menikah.
Jika gizi sang ibu cukup, maka bayi yang dilahirkannya akan cerdas dan dapat berprestasi di sekolah, serta lulus dan bekerja dengan baik.
“Program bina balita, bina remaja, hingga tempat penitipan anak yang aman dan tersertifikasi sangat dibutuhkan agar perempuan juga bisa bekerja tanpa khawatir,” tambah Omas.
3. Investasi Ekonomi
Omas juga menyinggung banyak masyarakat yang masih menganggur karena sulitnya mencari kerja.
“Harus diberikan fasilitas untuk meningkatkan potensi mereka. Ada banyak kesempatan pekerjaan yang bisa diberikan supaya menghasilkan uang yang dapat mendukung pertumbuhan,” jelas Omas.
Ia menambahkan bahwa potensi membuka investasi dari luar negeri ke dalam negeri juga harus ditingkatkan.
Jika investor mau berinvestasi, maka banyak lapangan pekerjaan akan terbuka.
"Untuk pertanian, fasilitasi bibit dan ajari proses penanaman hingga pemasarannya. Alih-alih seperti itu, pemerintah malah terkadang membiarkan tengkulak," jelas Omas.
Selain itu, Omas juga mengatakan bahwa judi online harus segera diatasi.
Baca juga: Mengapa Video Monolog Gibran Menerima Sentimen Negatif?
“Negara tidak usah khawatir, selama negara ada di pihak penduduk, penduduk juga akan do well. Mereka juga akan mendukung untuk memaksimalkan potensi bonus demografi,” ungkap Omas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.