KOMPAS.com - Kebanyakan orang dianjurkan mengurangi konsumsi garam untuk mengatasi hipertensi. Namun, ternyata, tidak selalu demikian.
Beberapa dokter mengungkapkan bahwa dalam kondisi tertentu, mengurangi konsumsi garam justru berdampak negatif pada tekanan darah.
Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia dr. Santi, menjelaskan bahwa ada situasi khusus yang dikenal sebagai inverse salt sensitivity.
Baca juga: Bolehkah Penderita Hipertensi Minum Kopi Pagi?
Dalam kasus ini, penderita hipertensi justru mengalami peningkatan tekanan darah setelah mengurangi konsumsi garam.
“Iya enggak perlu (mengurangi konsumsi garam), karena kalau dikurangi malah tensinya naik,” kata Santi kepada Kompas.com pada Jumat (25/4/2025).
Namun, sensitivitas garam terbalik ini jarnag terjadi di dunia, termasuk Indonesia.
Ia menambahkan, sekitar 10 persen atau 1 dari 10 orang penderita hipertensi mengalami fenomena langka ini.
Gejala utama sensitivitas garam terbalik ini adalah tekanan darah naik sekitar 5 poin saat mengurangi konsumsi garam secara signifikan.
Baca juga: Apakah Mengurangi Garam Saja Cukup untuk Menurunkan Hipertensi? Ini Penjelasan Dokter…
Mengatasi hipertensi pada kasus inverse salt sensitivity
Penanganan kasus sensitivitas garam terbalik hampir mirip dengan perawatan untuk tekanan darah tinggi pada umumnya.
Menurut Santi, cara mengatasi hipertensi langka ini dilakukan dengan tetap harus menjaga gaya hidup sehat.
“Makan makanan yang sehat, olahraga, hidup aktif, cukup tidur, dan kelola stres dengan bijak,” ujarnya.
Lebih baik lagi, ia mengatakan, penderita dengan sensitivitas garam terbalik ini melakukan konsultasi khusus dengan dokter gizi untuk mendapatkan pola makan yang sesuai.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Decsa Medika Hertanto, Sp.PD kemudian menerangkan agar pasien dengan kondisi langka ini mengonsumsi garam dalam jumlah terbatas seperti orang normal.
“Konsumsi garamnya seperti orang normal,” ujar Decsa kepada Kompas.com pada Jumat (25/4/2025).
Merujuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), batas konsumsi garam yang aman untuk orang dewasa secara umum adalah maksimal 2.000 miligram (mg) per hari.
Baca juga: 8 Tanda Hipertensi yang Bisa Dilihat di Pagi Hari, Apa Saja?
Diagnosis inverse salt sensitivity
Decsa menambahkan, untuk memastikan apakah seseorang mengalami inverse salt sensitivity, diperlukan berbagai pemeriksaan medis khusus.
“Harus melalui trial diet, pemeriksaan renin, urine natrium, ABP (Ambulatory Blood Pressure Monitoring) 24 jam,” terangnya.
Namun, rangkaian tes ini tidak termasuk dalam layanan BPJS dan biayanya cukup tinggi, sehingga kasus ini sangat jarang terdeteksi di Indonesia.
“Butuh banyak pemeriksaan dan relatif mahal,” ungkapnya.
Karena alasan tersebut, inverse salt sensitivity jarang diketahui dan umumnya penderita menjalani pola pengobatan hipertensi standar, kecuali jika ada indikasi kuat berdasarkan evaluasi klinis dokter.
Baca juga: Sudah Kena Stroke, Haruskah Obat Hipertensi Diminum Seumur Hidup? Ini Penjelasan Dokter…
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.