KOMPAS.com - Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat meminta pemerintah untuk menjelaskan penunjukkan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai utusan khusus guna menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Sabtu (26/4/2025).
Jokowi ditunjuk sebagai utusan khusus setelah Presiden Prabowo Subianto berhalangan hadir di pemakaman Paus Fransiskus.
Menurut Cecep, hal tersebut perlu dijelaskan karena Prabowo memilih Jokowi, bukan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Baca juga: Keputusan Jokowi sebagai Presiden Tetap Sah walau Ijazahnya Terbukti Palsu, Ini Penjelasan Mahfud MD
Ia memandang penunjukkan Jokowi sebagai utusan khusus sebagai tanda bahwa eks Wali Kota Solo ini masih memiliki jaringan internasional dan soft power yang dapat dimanfaatkan oleh Prabowo.
Di sisi lain, posisi Jokowi sebagai utusan khusus juga dipandang sebagai capital symbolic meski secara struktural ia sudah tidak menjabat sebagai RI-1.
“Bisa jadi mantan kepala negara tetap dianggap sebagai bagian dari institusi,” ujar Cecep kepada Kompas.com, Kamis (24/4/2025).
Baca juga: Buktikan Ijazah Asli, Kenapa Jokowi Larang Wartawan Foto Dokumen Aslinya?
Jokowi dinilai punya masih punya pengaruh
Cecep juga memandang, Prabowo memilih Jokowi sebagai utusan khusus karena eks Gubernur DKI Jakarta 2012-2014 ini masih memiliki hubungan baik dengan tokoh maupun negara tertentu.
Dalam konteks tersebut, Jokowi pernah menjamu Paus Fransiskus ketika berkunjung ke Indonesia pada September 2024.
Pada saat itu, Jokowi yang masih menjabat sebagai Presiden ke-7 RI menggelar pertemuan dengan Paus di Istana Kepresidenan dan Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta sebelum misa akbar.
“Prabowo itu menunjuk Jokowi sebagai utusan khusus untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus, jika benar ya sepenuhnya adalah praktik diplomasi,” jelas Cecep.
Baca juga: Pemerintah Ungkap Alasan Jokowi dan SBY Jadi Dewan Pengarah Danantara
“Lazim terjadi (di luar negeri) presiden pernah menunjuk wakil presiden atau mantan presiden untuk menghadiri acara kenegaraan luar negeri, Penunjukan ini sifatnya ad hoc disertai mandat terbatas,” tambahnya.
Cecep juga memandang, kehadiran Jokowi mewakili Prabowo di pemakaman Paus bukan menunjukan jabatan resminya, tapi relasi personal atau pengalaman maupun status kenegaraan yang masih luas secara simbolik.
“Kemudian yang terakhir, ini saya pikir pertimbangan politik, Ini langkah yang bisa dibaca sebagai strategi transisi halus dari Jokowi ke pemerintahan Prabowo,” ungkapnya.
Baca juga: Kenapa Pihak Jokowi Tak Mau Tunjukkan Ijazah Asli?
Prabowo masih beri “panggung” untuk Jokowi
Lebih lanjut, Cecep juga berpendapat bahwa Prabowo masih memberikan "panggung" kepada Jokowi untuk tampil ke publik.
Ada beberapa alasan yang mendorong Prabowo memberikan ruang kepada Jokowi supaya tetap tampil.
Salah satunya Prabowo merasa ia bisa memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 karena peran Jokowi.
Cecep juga menyebutkan, Prabowo sadar dengan kehadiran Jokowi di hadapan publik bisa memperlihatkan kesinambungan atau menghindari kesan kekuasaan yang terpecah.
Baca juga: Sebut Berhasil Karena Didukung Presiden ke-7 RI, Prabowo Teriakkan Hidup Jokowi!
“Nah, ini dari sisi pemerintahan contohnya adalah legitimasi tambahan atau surplus legitimasi yang diperoleh Prabowo dengan memberikan panggung kepada Jokowi, termasuk stabilitas transisi,” kata Cecep.
“Prabowo tahu dia bisa menang dibantu Jokowi akhirnya bisa jadi untuk mengelola basis Jokowi. Kita tahu Jokowi punya Projo, relawan, Jokowi punya basis tersendiri di luar PDI Perjuangan di akar rumput dan Prabowo tidak ingin kehilangan dukungan,” tambahnya.
Di luar konteks menjaga kesinambungan, Cecep menilai, Prabowo masih memberi panggung untuk Jokowi sebagai konsolidasi menuju Pilpres 2029.
Ada dua kemungkinan yang terjadi dalam beberapa tahun ke depan, yakni Prabowo bisa saja mencalonkan diri sebagai presiden untuk yang kedua kalinya atau ia membesarkan sosok Gibran.
Baca juga: Jokowi dan SBY Masuk Jajaran Pengurus Danantara, Apa Tugasnya?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.