Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Anak-anak di China Diikutkan Kamp Militer hingga Orangtua Tak Tega...

Baca di App
Lihat Foto
VCG via Sixth Tone
Seorang anak di China berlatih melompati lingkaran api di perkemahan musim panas di Kabupaten Shibing, provinsi Guizhou, Juli 2022.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Di China, sempat ada tren yang berkembang di kalangan orangtua untuk mengirimkan anak-anak mereka yang dinilai nakal atau manja ke perkemahan atau kamp "pembentukan karakter".

Dilansir dari Sixth Tone, kamp bernuansa militer tersebut salah satunya terletak di pedesaan Kota Nianjing di bagian timur.

Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman hidup di lingkungan militer selama seminggu bagi anak-anak berusia 9-12 tahun.

Setiap hari, anak-anak peserta kamp akan diminta bangun pagi, membersihkan kamar, lalu mengikuti berbagai kegiatan fisik, seperti latihan halang rintang, pendakian panjang, dan pertandingan tinju.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Program "pembangunan karakter" ini disebut cukup populer di kalangan keluarga kelas menengah sejak 2018.

Baca juga: Duduk Perkara Dedi Mulyadi Copot Kepala SMAN 6 Depok Usai Nekat Gelar Study Tour

Risiko yang dialami peserta kamp

Kamp "pembentukan karakter" di China disebut memiliki rutinitas agenda yang cukup ketat dan keras.

Seorang ibu di China, Fang Qingqing, bahkan pernah mendapat laporan bahwa anaknya yang berusia 12 tahun mengalami retak tulang.

Fang menceritakan, pada hari kedua kamp, putranya diminta untuk memanjat tembok setinggi empat meter tanpa sabuk pengaman.

Sebelum mencapai puncak, anaknya jatuh dan menyebabkan tulang kering dan tulang betisnya retak.

"Ia akhirnya dirawat di rumah sakit selama tiga bulan, dan harus absen dari sekolah selama dua bulan," ucap Fang.

"Kecelakaan itu tidak menimbulkan luka permanen, tetapi pengalaman itu membuat kami terguncang," lanjut dia.

Tindakan keras

Selain itu, beberapa tindakan keras juga digambarkan pada kamp pelatihan militer untuk anak-anak ini.

Baca juga: Profil Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan, Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat 2025-2030

Dilansir dari Global Times, beberapa orangtua mengakui bahwa kamp "pendidikan karakter" bernuasa militer menyajikan kegiatan latihan fisik dan mental yang cukup keras terhadap anak-anak.

Sebagian orangtua tidak tega melihat anaknya dimarahi atau dibentak demi penguatan fisik dan mental.

"Putri saya mengirimi pesan teks pada hari kedua kamp. Ia mengatakan bahwa dirinya merasa tersiksa karena harus berolahraga di hari-hari dengan suhu 35 derajat celsius," ujar salah satu orangtua, Feng Yu.

Namun, orangtua tersebut berpesan kepada anaknya untuk tetap kuat sampai program kamp selesai.

"Saya sangat yakin bahwa semakin banyak rasa sakit yang dia tanggung, maka semakin banyak kemajuan pribadi yang akan dia capai," ujar Feng.

Ia berharap anaknya dapat menjadi orang yang lebih kuat untuk bekal masa depannya kelak.

Menurut Feng, adanya kamp "pendidikan karakter" beruansa militer di China tersebut dapat membantu mengatasi anak-anak yang cenderung nakal ataupun manja, yang berpotensi bisa berbuat seenaknya.

Baca juga: Survei Litbang Kompas Pilkada Jabar 2024: “Iket” Kepala Dedi Mulyadi Dulang Elektabilitas

Kini pendidikan karakter bergaya militer sudah tidak relevan

Seiring perjalanan waktu, pelaksanaan program "pendidikan karakter" bernuansa militer di China tidak lepas dari kritik.

Sebagaimana diberitakan Reuters pada Oktober 2021, Pemerintah China bahkan telah mengatur kebijakan agar para orangtua mendisiplinkan anak-anak mereka tidak dengan cara kekerasan.

Orangtua atau wali yang kedapatan mendisiplinkan anaknya dengan kekerasan diancam bisa mengikuti program bimbingan pendidikan keluarga.

"Ada banyak alasan mengapa remaja berperilaku buruk. Kurang atau tidak memadainya pendidikan keluarga menjadi penyebab utamanya," kata Zang Tiewei, juru bicara Komisi Urusan Legislatif di bawah Kongres Rakyat Nasional (NPC).

Komite Tetap NPC meminta orangtua mengatur waktu istirahat, bermain, dan berolahraga untuk anak-anak mereka.

Selain itu, pemerintah juga meminta pihak sekolah untuk mengurangi PR dan melarang kursus bimbel memaksa anak-anak belajar di akhir pekan dan hari libur. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak stres akibat beban akademis yang berat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi