Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Seblak Makanan Tidak Sehat? Ini Penjelasan Para Ahli...

Baca di App
Lihat Foto
DOK. SAJIAN SEDAP/VIRNY APRILIYANTY
Ilustrasi seblak. Seblak memang enak, tapi apakah sering mengonsumsinya berisiko bagi kesehatan? Temukan jawaban dan tips sehat menikmatinya dalam artikel ini.
|
Editor: Shintaloka Pradita Sicca

KOMPAS.com - Seblak, camilan khas Sunda yang kini populer di berbagai kalangan, terutama para penggemar makanan pedas.

Makanan ini terbuat dari kerupuk yang direbus, kemudian ditambah dengan bahan-bahan, seperti telur, sayuran, mie, bakso, jamur, atau ceker ayam, yang disajikan dengan bumbu kencur, cabai, dan penyedap rasa.

Meski banyak penggemarnya, seblak sering disebut sebagai makanan yang kurang menyehatkan.

Masalah itu semakin menjadi perhatian setelah pada awal tahun ini muncul kasus sejumlah remaja di Karawang mengalami anemia, yang diduga akibat konsumsi seblak berlebihan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, apakah seblak benar-benar makanan yang tidak sehat? Berikut penjelasan dari para dokter.

Baca juga: Hobi Makan Seblak Bisa Sebabkan Anemia, Ahli Gizi Jelaskan Kaitannya

Risiko kesehatan akibat makan seblak berlebihan

Dokter Spesialis Gizi Klinis, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi, Sp.GK, menjelaskan bahwa seblak berisiko menjadi makanan tidak sehat, terutama karena bahan utamanya kerupuk, yang termasuk makanan olahan tepung bersifat karbohidrat sederhana.

“Seblak juga mengandung lemak tinggi. Bumbunya pun sangat menyengat,” ujar Nurul saat dihubungi Kompas.com pada Sabtu (26/4/2025).

Menurut Nurul, makan seblak yang terlalu sering bisa meningkatkan risiko gangguan pencernaan, seperti gastritis dan radang usus.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar tidak makan seblak terlalu sering.

“Seblak sebaiknya dikonsumsi sejarang mungkin, dan lebih baik memilih makanan lain yang lebih sehat,” tambahnya.

Baca juga: Mengapa Burger Disebut Makanan Tidak Sehat padahal Berisi Daging dan Sayuran? Ini Penjelasannya

Seblak bisa diolah menjadi makanan lebih sehat

Health Management Specialist dari Kompas Gramedia dr. Santi juga mengungkapkan bahwa seblak cenderung kurang sehat, terutama karena komposisi nutrisinya yang tidak seimbang.

“Seblak lebih didominasi oleh karbohidrat, dengan kandungan protein, lemak sehat, dan sayuran yang sangat sedikit,” jelas Santi kepada Kompas.com pada Sabtu (26/4/2025).

Ia menambahkan bahwa jika seblak dijadikan sebagai menu utama setiap hari, seseorang berisiko kekurangan sejumlah nutrisi penting, yang bisa berimbas pada kesehatan tubuh.

Meski begitu, Santi menekankan bahwa makanan tidak sehat ini dapat diolah menjadi lebih sehat, jika disiapkan dengan tepat.

“Seblak sering dianggap tidak sehat, namun itu semua tergantung cara penyajian dan bahan-bahan yang digunakan,” ungkapnya.

Bahan-bahan utama dalam bumbu seblak, seperti kencur, bawang putih, bawang merah, dan cabai, menurut Santi, sebenarnya memiliki manfaat kesehatan tertentu.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Buka Peluang Seblak Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Apa Syaratnya?

Cara bijak untuk makan seblak lebih sehat, menurut Santi adalah dengan tidak menggunakan garam, penyedap rasa, dan cabai berlebihan.

Selain itu, Santi menyarankan untuk lebih menambahkan protein, seperti daging ayam, telur, udang, dan lainnya, serta aneka sayur.

“Hindari dan batasi penambahan bakso, sosis, dan sebagainya yang temasuk makanan olahan,” tandasnya.

“Ini untuk menjaga agar asupan zat gizi harian tercukupi,” terangnya.

Santi juga menambahkan, bahwa setiap orang perlu memastikan proses pengolahan dan penyajian makanan ini terjamin kebersihannya.

Meski begitu, Santi menegaskan bahwa makan seblak sebaiknya hanya sesekali sebagai camilan.

“Dikonsumsi sebagai makanan rekreasi, bukan sebagai makanan pokok,” pungkasnya.

Baca juga: Ramai soal Makan Gorengan dan Junk Food Picu Kista Ovarium, Ini Penjelasan Dokter

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi