KOMPAS.com - Makan daging ayam pada dasarnya tidak berdampak buruk bagi tubuh manusia.
Sebab, daging ayam kaya akan nutrisi penting dan merupakan sumber protein tinggi yang mendukung kesehatan tubuh.
Namun, baru-baru ini terdapat sebuah penelitian yang mengaitkan rutinitas makan daging putih, termasuk ayam dan unggas lain, dengan risiko kematian.
Sekelompok tim peneliti dari Institut Gastroenterologi Nasional di Italia menemukan adanya kaitan antara konsumsi daging unggas secara rutin dengan peningkatan risiko kematian dini.
Penelitian tersebut mengungkap adanya potensi munculnya kanker saluran pencernaan jika terlalu sering mengonsumsi daging ayam.
Lalu, bagaimana makan daging ayam secara rutin bisa dikaitkan dengan risiko kematian?
Baca juga: 11 Bahan Rumahan untuk Bersihkan Noda Kuning Bekas Opor Ayam Lebaran
Risiko kematian 27 persen lebih tinggi
Dilansir dari Medical Express, Kamis (24/4/2025), dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nutrients pada 17 April 2025, tim peneliti dari Institut Gastroenterologi Nasional di Italia menganalisis data kesehatan dari 4.869 orang dewasa yang tinggal di Italia selama kurun waktu 20 tahun.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara serta pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis.
Setiap peserta juga diminta mengisi kuesioner mengenai pola makan, gaya hidup, tekanan darah, riwayat kesehatan, serta tinggi dan berat badan.
Salah satu aspek yang diteliti adalah frekuensi konsumsi daging dan unggas, serta tingkat kejadian kanker saluran pencernaan dan kematian yang terkait dengannya.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang mengonsumsi lebih dari 300 gram daging unggas per minggu memiliki tingkat kejadian kanker saluran pencernaan yang lebih tinggi, serta risiko kematian dini yang terkait dengan penyakit tersebut.
Mereka mencatat bahwa risiko kematian pada kelompok ini 27 persen lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengonsumsi unggas sebanyak 100 gram per minggu atau kurang.
Baca juga: Bolehkah Penderita Hipertensi dan Kolesterol Tinggi Makan Opor Ayam? Ini Saran Dokter
Kemungkinan penyebab daging ayam bisa picu kanker
Menanggapi penelitian tersebut, Lauren Manaker, ahli diet-gizi di South Carolina mengatakan, memang ada studi observasi yang menunjukkan bahwa mengonsumsi ayam melebihi jumlah tertentu dapat dikaitkan dengan efek kesehatan negatif dan potensi peningkatan risiko kondisi kesehatan tertentu.
"Seperti halnya makanan apapun, keseimbangan adalah kunci pola makan yang sehat, termasuk mengonsumsi ayam," jelasnya.
Kendati demikian, ia mengkritik bahwa penelitian tersebut tidak mengamati bagaimana ayam tersebut disajikan.
Sebab, menurutnya, proses penyajian dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan.
"Makanan yang digoreng, misalnya, sering dikaitkan dengan efek kesehatan yang negatif karena kandungan lemak dan kalorinya yang tinggi," jelasnya.
Senada, Donald Hensrud, direktur Program Hidup Sehat di Mayo Clinic, menekankan pentingnya memperhatikan kadar lemak jenuh saat memilih jenis daging.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa daging merah terutama yang telah diproses, dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi dibandingkan daging putih.
“Daging merah umumnya mengandung lebih banyak lemak jenuh dibandingkan daging unggas atau daging putih,” ujarnya,
Baca juga: TNI Sebut Ada Dugaan Setoran Judi Sabung Ayam ke Polisi Usai Penembakan di Lampung
Penelitian mengabaikan proses penyajian
Selain kurangnya informasi tentang bagaimana ayam diolah, para peneliti juga mengakui beberapa keterbatasan lain dalam penelitian tersebut.
Salah satu batasan penting dalam penelitian ini adalah bahwa pola makan peserta dilaporkan sendiri, dan penelitian tersebut tidak mempertimbangkan faktor aktivitas fisik.
Hal ini dianggap sebagai titik kelemahan, mengingat penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan risiko kematian secara umum maupun kematian akibat penyebab tertentu.
"Sangat penting untuk memperhatikan pola makan secara keseluruhan," kata Manakar.
Tim peneliti menyadari bahwa temuan mereka masih memerlukan penelitian lanjutan untuk dapat dipahami secara lebih menyeluruh.
Mereka belum dapat memastikan apakah peningkatan angka kematian yang terkait dengan konsumsi unggas disebabkan langsung oleh daging unggas itu sendiri, atau karena metode memasaknya seperti digoreng, dilapisi tepung roti, atau penggunaan bumbu tertentu.
Selain itu, meskipun penelitian ini telah mempertimbangkan berbagai faktor kesehatan dan gaya hidup, terdapat batasan penting, yaitu tidak adanya pengukuran terhadap aktivitas fisik peserta, termasuk jenis dan frekuensi olahraga yang dilakukan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.