KOMPAS.com - Dari sekian banyak danau di Bumi, terdapat sebuah danau yang paling mematikan di dunia.
Danau tersebut dijuluki sebagai danau paling mematikan di dunia karena mengandung begitu banyak limbah radioaktif.
Bahkan, tingkat bahayanya setara dengan bencana nuklir Chernobyl.
Chernobyl adalah nama kota di Ukraina dan juga nama dari sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang menjadi lokasi bencana nuklir terburuk dalam sejarah.
Danau paling mematikan di dunia mengandung tingkat radiasi yang tinggi yang menjadikan area ini sangat beracun.
Bahkan hanya dengan berada di dekat permukaannya selama beberapa menit saja sudah dapat menyebabkan kematian.
Lalu, seperti apakah danau paling mematikan di dunia ini?
Baca juga: Inilah Danau Tertua di Bumi yang Berusia 25 Juta Tahun, Apa Keunikannya?
Danau paling mematikan di dunia
Dilansir dari World Atlas, danau paling mematikan di dunia bernama Danau Karachay, yang juga disebut Karachaj atau Karachai, yang berada di wilayah Chelyabinsk, Rusia, di Pegunungan Ural Selatan dekat perbatasan Kazakhstan.
Nama danau ini berasal dari bahasa Turki "karachay" yang berarti "sungai hitam" atau "air hitam".
Danau ini dikenal sebagai salah satu lokasi paling tercemar di dunia akibat pembuangan senjata nuklir dan limbah radioaktif lainnya selama periode 1951 hingga 1953.
Awalnya, danau tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan limbah nuklir.
Kini danau tersebut telah ditutup dengan beton berongga dan difungsikan sebagai tempat penyimpanan limbah radioaktif permanen.
Kandungan radioaktif di dalamnya menimbulkan ancaman ekologis yang serius, mencemari udara serta tanah di sekitarnya.
Baca juga: Satu Keluarga di Tepi Danau Toba Terpenjara Parit, Diduga Masalah Warisan
Sejarah pencemaran danau
Mayak, yang berada di bagian utara wilayah Chelyabinsk dekat kota Ozyorsk dan Kyshym, merupakan salah satu instalasi nuklir terbesar di Rusia.
Kompleks pengolahan nuklir ini dibangun secara tertutup antara tahun 1946 hingga 1948, dan baru diketahui oleh masyarakat umum pada tahun 1990.
Akses publik ke kawasan ini baru dibuka pada tahun 1992 setelah Presiden Boris Yeltsin mengeluarkan surat keputusan.
Fasilitas ini berperan penting dalam program nuklir Uni Soviet dan menjadi tempat pertama di Rusia yang memproduksi plutonium.
Operasionalnya dijalankan dengan metode khas era Stalin, di bawah pengawasan Lavrenti Beria.
Stalin memiliki tujuan untuk memproduksi senjata nuklir dalam jumlah yang cukup guna menyaingi kekuatan nuklir Amerika Serikat pada masa itu.
Namun, kegiatan di fasilitas Mayak justru menjadi sumber utama kontaminasi radioaktif di wilayah utara Chelyabinsk dan kawasan Pegunungan Ural.
Baca juga: Pertama Kalinya dalam 50 Tahun, Danau Gurun Sahara yang Kering Kembali Terisi Air
Pencemaran ini disebabkan oleh keterbatasan teknologi nuklir, kurangnya pemahaman mengenai dampak bahan radioaktif terhadap lingkungan, serta ketiadaan sistem pembuangan limbah yang aman.
Faktor keselamatan dan kesehatan para pekerja seringkali diabaikan, bahkan tidak diperhitungkan sama sekali.
Pada bulan Oktober 1951, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Mayak mulai memanfaatkan Danau Karachay sebagai tempat pembuangan limbah radioaktif untuk mencegahnya masuk ke Sungai Techa.
Danau ini dipilih karena lokasinya yang lebih dekat dibandingkan Danau Kyzyltash, meskipun tidak cukup mampu menyediakan pendingin udara.
Hingga tahun 1957, limbah radioaktif tingkat tinggi disimpan di danau ini, sebelum kemudian dipindahkan kembali ke drum penyimpanan bawah tanah di fasilitas Mayak.
Sayangnya, drum tersebut mengalami ledakan, mencemari kawasan Mayak dan sekitarnya.
Pasca ledakan, pemerintah meningkatkan langkah pengamanan dan perluasan lokasi pembuangan limbah ke beberapa wilayah lain, termasuk tetap menggunakan Danau Karachay.
Pada dekade 1960-an, danau ini mulai mengalami penyusutan, mengecil dari 0,5 kilometer persegi pada tahun 1951 menjadi hanya 0,15 kilometer persegi pada tahun 1993.
Pada tahun 1968, angin menghamburkan lumpur yang kering dan sangat terkontaminasi dari dasar danau, menyebabkan debu radioaktif menyebar dan berdampak pada sekitar 500.000 penduduk.
Baca juga: Bencana Danau Nyos 1986 di Kamerun, 1.746 Orang Tewas Saat Tertidur
Kondisi terkini Danau Karachay
Dilansir dari Unilad (11/11/2024), seiring waktu, danau tersebut akhirnya ditutup dengan beton dan proyek ini rampung pada tahun 2015.
Meski secara fisik sudah tidak lagi berfungsi sebagai danau selama hampir sepuluh tahun, Danau Karachay masih tercatat dalam Guinness World Records sebagai "danau paling radioaktif yang pernah ada".
Tingkat radioaktivitas danau berasal dari udara dan lapisan lumpur yang terkontaminasi radioaktif di dasar danau.
Pengukuran oleh tim ilmuwan menunjukkan bahwa tanah di sekitar danau memiliki tingkat aktivitas radioaktif sebesar 740.000 megaBecquerel per kilogram.
Hanya dengan berdiri di tepiannya, seseorang dapat terpapar radiasi sebesar 5,6 Sievert per jam. Jumlah yang cukup tinggi untuk menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari satu jam.
Baca juga: Danau Tulare di AS Muncul Kembali Setelah Hilang 130 Tahun
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.