KOMPAS.com - Ilmuwan menemukan fakta terbaru yang mengguncang pemahaman lama mengenai asteroid Vesta.
Dilansir dari laman NASA, asteroid ialah benda berbatu yang berukuran lebih kecil dari planet dan mengorbit Matahari.
Sebelumnya, asteroid Vesta berada di zona abu-abu karena dianggap terlalu besar dan rumit sebagai asteroid biasa, tetapi tidak benar-benar memenuhi syarat sebagai planet sejati.
Dilansir dari Michigan State University, Senin (28/4/2025), penelitian terbaru dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, menunjukkan bahwa Vesta ternyata tidak memiliki lapisan-lapisan seperti bumi.
Pada awalnya, Vesta dianggap memiliki lapisan luar berupa kerak, tengah berupa mantel, dan juga bagian dalam berupa inti logam.
Namun ternyata, Vesta tidak memiliki inti logam yang besar. Bagian dalam asteroid ini malah terlihat hampir sama dari lapisan luar sampai ke tengah.
Lantas, bagaimana temuan penelitian mengenai asteroid Vesta selengkapnya?
Baca juga: NASA Ungkap Peluang Asteroid 2024 YR4 Tabrak Bulan pada 2032 Meningkat
Jalan penemuan fakta terbaru asteroid Vesta
Dilansir dari Earth, Selasa (29/4/2025), ilmuwan NASA menjalankan penelitian dengan melakukan kalibrasi ulang terhadap data gravitasi dan pencitraan dari misi Dawn dengan metode yang sudah disempurnakan.
Hasilnya, terungkap bahwa asteroid Vesta yang berdiameter selebar 500 kilometer, memiliki struktur internal yang hampir seragam, tanpa inti logam yang padat di pusatnya.
Ilmuwan Planet Universitas Negeri Michigan, Seth Jacobson, mengatakan, "tidak adanya inti sangat mengejutkan".
Perubahan temuan mengenai fakta ini didapatkan melalui momen inersia.
Momen inersia adalah cara untuk mengukur bagaimana berat (massa) sebuah benda tersebar di dalamnya, serta bagaimana hal itu mempengaruhi cara benda berputar di luar angkasa.
Kondisi ini layaknya atlet seluncur indah atau figure skater saat menarik tangannya ke dalam.
Pada keadaan itu, mereka berputar lebih cepat karena berat badannya terkumpul di tengah.
Lalu ketika membuka tangan, mereka berputar lebih lambat karena beratnya tersebar.
Putaran asteroid Vesta diandaikan seperti orang yang membuka tangan sehingga memiliki berat yang tersebar merata, bukan terkumpul di tengah karena memiliki inti pusat logam.
Dalam studi ini, Peneliti Utama, Ryan Park, beserta rekan-rekannya, memerlukan hampir 10 tahun untuk menyempurnakan data yang didapat dari gabungan dua informasi.
“Setelah hampir satu dekade menyempurnakan teknik kalibrasi dan pemrosesan kami, kami mencapai keselarasan yang luar biasa antara data radiometrik Deep Space Network milik Dawn dan data pencitraan di pesawat,” jelas Park.
Baca juga: NASA Teliti 4 Eksoplanet Terbentuk Serupa Jupiter dan Saturnus
Dua hipotesis mengenai asal-usul asteroid Vesta
Dari temuan ini, muncul dua hipotesis yang saling bersaing untuk menjelaskan bagaimana asal-usul asteroid Vesta yang sebenarnya.
Pertama, asteroid Vesta dimungkinkan mengalami diferensiasi yang membeku di tengah jalan.
Diferensiasi adalah proses ketika logam berat mencair sehingga tenggelam ke pusat dan silikat naik ke permukaan.
Dengan begitu, kemungkinan pertama ini menyebutkan bahwa Vesta merupakan evolusi planet yang tidak mencapai tahap akhir.
Namun skenario ini berbenturan dengan analisis laboratorium terhadap meteorit yang cocok dengan sidik jari spektral Vesta.
"Kami sangat yakin meteorit ini berasal dari Vesta," ujar Jacobson.
"Dan ini tidak menunjukkan bukti nyata adanya diferensiasi yang tidak lengkap," lanjutnya.
Baca juga: Pulang ke Bumi Usai Terjebak 9 Bulan di ISS, Ini Risiko Perubahan Fisik yang Intai 2 Astronot NASA
Sementara itu, kemungkinan kedua menyebutkan bahwa Vesta bukanlah sebuah planet yang gagal.
Melainkan, asteroid ini merupakan fragmen atau pecahan dari bagian awal tata surya yang kacau.
Jacobson pernah mengungkapkan gagasan ini secara informal beberapa tahun yang lalu.
Pada saat itu, dirinya menyatakan bahwa beberapa meteorit mungkin merupakan peninggalan dari benturan keras di antara planet-planet embrionik.
“Ide ini berubah dari saran yang agak konyol menjadi hipotesis yang sekarang kami tanggapi secara serius karena analisis ulang data misi NASA Dawn ini,” terang Jacobson.
Apabila kemungkinan ini benar, Vesta akan menjadi pecahan kerak purba yang terus bertambah di tempat lain hingga dapat hancur dan tidak bisa dikenali lagi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.