KOMPAS.com - India dan Pakistan telah terlibat konflik sejak 1947. Namun, situasi antara dua negara semakin memanas akhir-akhir ini.
Ketegangan pun meningkat setelah terjadi peristiwa penembakan di Kashmir, wilayah yang diperebutkan oleh dua negara.
Baca juga: Siapa Pelaku Penembakan yang Menewaskan 26 Orang di India?
Setelah hari-hari berlalu, kedua negara masih menjadi perhatian internasional hingga dikhawatirkan akan memicu perang nuklir.
Berikut gambaran konflik India dan Pakistan dalam beberapa hari terakhir.
Konflik memanas usai penembakan di Kashmir
Pada 22 April 2025 lalu, peristiwa penembakan telah menewaskan 26 wisatawan di Kashmir. Sebagian besar korban kala itu adalah warga India.
Setelah dituding sebagai dalang penembakan itu, pihak Pakistan telah memberikan bantahan.
Kemudian, kepolisian India merilis daftar pencarian orang anggota kelompok Lashkar-e-Taiba, yang ditetapkan PBB sebagai organisasi.
Polisi setempat memburu dua warga Pakistan dan seorang warga India yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Selain itu, India juga menahan banyak orang untuk mencari hubungan siapa saja dengan para pelaku penembakan.
Sejak peristiwa penembakan itu terjadi, kedua negara terlibat baku tembak, saling melontarkan sindiran diplomatik, mengusir warga negara dan menutup perbatasan.
Baca juga: Penembakan di Kashmir Tewaskan 26 Turis, Berikut 5 Faktanya
Pakistan tembak jatuh drone India
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (1/5/2025), wilayah Kashmir kembali bergejolak usai tentara Pakistan dilaporkan menembak drone pengintai India.
Stasiun radio milik pemerintah Pakistan melaporkan bahwa tentara mereka menembak pesawat nirawak dari India.
Adapun alasan pasukan Pakistan melakukannya karena drone tersebut melanggar wilayah udara.
Berdasarkan laporan radio tersebut, mereka mengklaim bahwa drone India itu berusaha mengintai sepanjang garis kontrol atau LoC di Sektor Manawar, Bhimber, Kashmir.
Meskipun demikian, stasiun radio tidak merinci kapan penembakan drone itu terjadi.
Sedangkan dari sisi India, militer negara tersebut menyatakan bahwa kedua negara sedang baku tembak di sepanjang LoC selama lima malam berturut-turut.
Respons negara lain tentang konflik India-Pakistan
India dan Pakistan telah lama terlibat konflik. Sengketa mereka terhadap wilayah Kashmir telah membuat penduduknya terbagi menjadi dua kubu.
Apalagi, kelompok separatis di Kashmir yang dikuasai India telah aktif memberontak sejak 1989 silam. Mereka bermaksud memisahkan diri dan bergabung dengan Pakistan.
Kepada Pakistan dan India, PBB mendesak kedua negara itu sebisa mungkin menahan diri untuk tidak melancarkan aksi militer.
Kemudian, China yang berbatasan dengan India dan Pakistan juga menyuarakan hal yang sama pada Selasa (29/5/2025).
"Baik India maupun Pakistan merupakan negara penting di Asia Selatan. Hidup berdampingan secara harmonis sangat penting bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan kawasan," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun.
Baca juga: Ledakan Bom Bunuh Diri di Stasiun Kereta Pakistan, 25 Orang Tewas
Selain itu, negara-negara Arab pun ikut mengulurkan tangan dalam upaya perdamaian.
Iran juga telah menawarkan diri untuk menjadi penengah konflik kedua negara. Sedangkan Arab Saudi mengaku sedang berusaha menekan eskalasi lebih lanjut.
Potensi perang nuklir meningkat
Sebagai buntut penembakan di Kashmir, ketegangan politis India dan Pakistan semakin meningkat.
Kedua negara kini berada di ambang perang, seperti yang disampaikan Menteri Informasi Attaullah Tarar melalui media sosial X pada Rabu (30/4/2025).
Tarar mengungkap kemungkinan bahwa India akan melancarkan serangan militer dalam 24 hingga 36 jam sejak unggahan itu dibuat.
Mereka mengjlaim telah mengantongi informasi intelejen kredibel mengenai serangan itu.
Dengan ketegangan yang semakin meningkat, muncul kekhawatiran potensi perang nuklir pecah.
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (1/5/2025), baik Pakistan maupun India memiliki hampir 200 hulu ledak nuklir.
Berdasarkan data Arms Control Association, India tercatat memiliki 172 hulu ledak nuklir. Sedangkan Pakistan sekitar 170 hulu ledak nuklir.
Terkait potensi munculnya serangan, India telah memiliki kebijakan "tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu" sejak 1998.
Baca juga: Kronologi Bom Bunuh Diri di Stasiun Quetta Pakistan, Tewaskan 26 Orang
Dengan demikian, India hanya akan menggunakan senjata itu sebagai balasan. Namun, mereka sedang mempertimbangkan kebijakan itu dalam beberapa tahun terakhir.
Berbeda dengan India, Pakistan tidak menerapkan kebijakan serupa.
Dengan jumlah hulu ledak nuklir yang hampir sama, India dan Pakistan memiliki kekuatan seimbang.
Sehingga muncul kekhawatiran dari dunia internasional bahwa kedua negara itu akan menggunakan senjata nuklir di tengah konflik yang berkepanjangan.
(Sumber: Kompas.com/Danur Lambang Pristiandaru | Editor: Danur Lambang Pristiandaru)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.