KOMPAS.com - Obesitas atau kegemukan merupakan suatu gangguan kesehatan kronis yang memiliki banyak faktor penyebab dan dapat mengurangi kualitas hidup penderitanya.
Walaupun terkesan remeh karena seperti "kelebihan berat badan" saja, kondisi ini dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Karena itu, penyakit ini perlu disadari agar ditangani sesegera mungkin dan mencegah terjadinya berbagai risiko penyakit kronis tadi.
Walaupun begitu, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah mengalami obesitas.
Obesitas umumnya dapat diukur dengan menghitung body mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT).
Selain itu, terdapat alternatif cara untuk mengetahui obesitas yaitu dengan mengenali peringatan-peringatan yang diberikan tubuh.
Berikut peringatan yang diberikan tubuh saat mengalami obesitas!
Baca juga: Benarkah Obesitas Sentral Diukur dari Lingkar Perut? Ini Kata Dokter
Peringatan yang diberikan tubuh saat mengalami obesitas
Ketika seseorang mengalami obesitas, dirinya akan mengalami perubahan kondisi tubuh.
Berikut peringatan yang diberikan tubuh saat mengalami obesitas seperti yang dilansir dari berbagai sumber.
- Memiliki lingkar pinggang lebih dari 90 cm (laki-laki) atau 80 cm (perempuan)
Dilansir dari laman Kemenkes (21/11/2023), ukuran lingkar pinggang seseorang bisa menjadi peringatan kondisi obesitas sentral atau abdominal.
Jenis obesitas disebabkan oleh kumpulan lemak berlebih yang terdapat di daerah perut atau abdomen.
Batasan obesitas sentral adalah ukuran lingkar pinggang yang dapat dihitung menggunakan pita ukur.
Laki-laki yang memiliki lingkar pinggang 90 cm atau lebih dan perempuan dengan lingkar pinggang 80 cm atau lebih dapat digolongkan sebagai penderita obesitas jenis ini.
- Sering mendengkur
Sulit tidur dengan nyenyak dan sering mendengkur dapat menjadi kondisi sleep apnea.
Sleep apnea adalah kondisi ketika pernapasan menjadi berhenti dan mulai kembali saat tidur secara berulang kali.
Gangguan ini dapat menyebabkan tubuh kesulitan mengambil oksigen dan merasa lelah secara ekstrem saat terbangun.
Kondisi ini dapat disebabkan karena simpanan lemak di sekitar leher yang memungkinkan menyempitnya jalan napas sehingga pernapasan menjadi dangkal.
- Sering mengalami GERD
Perubahan berat badan dapat menyebabkan seseorang sering mengalami GERD.
GERD adalah kondisi ketika asam lambung naik ke kerongkongan atau esofagus.
Penelitian yang diterbitkan Karger pada 2021 menyebutkan bahwa 1/3 orang yang kelebihan berat badan mengalami penyakit gastroesophageal reflux (GERD).
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan perkembangan GERD.
GERD memiliki gejala, meliputi bersendawa, mual, rasa pahit di mulut, hingga sakit perut.
Baca juga: Hindari Obesitas dengan Tidak Lakukan Emotional Eating, Apa Itu?
- Mengalami sesak napas
Mirip dengan kebiasaan mendengkur, seseorang yang mengalami obesitas juga dapat mengalami sesak napas.
Hal ini disebabkan oleh timbunan lemak di dalam dan di sekitar dada.
Karena itu, orang yang mengalami obesitas dapat sulit bernapas dengan benar ketika berbaring karena diafragma tidak bisa bergerak bebas.
- Merasakan nyeri sendi
Dilansir dari Kompas.com, obesitas merupakan faktor risiko osteoartritis, yaitu jenis artritis yang paling umum.
Osteoartritis merupakan sejenis kelainan yang menyebabkan kerusakan sendi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, serta penurunan kualitas hidup.
Kelebihan berat badan dapat menyebabkan nyeri sendi ini karena obesitas dapat membuat persendian membawa beban ekstra dan mengalami lebih banyak tekanan.
Apabila seseorang mengalami sakit pinggul, lutut, atau punggung secara kronis, dapat dimungkinkan bahwa dirinya mengalami gangguan berat badan.
- Mengalami kelelahan kronis
Selanjutnya, obesitas dapat menyebabkan kelelahan kronis karena lemak berlebih dapat memberikan tekanan tambahan pada organ tubuh, termasuk paru-paru.
Karena itu, seseorang yang mengalami kelelahan kronis saat melakukan tugas sederhana dapat dimungkinkan memiliki masalah berat badan.
Tugas sederhana yang dimaksud adalah seperti mengingkat sepatu atau membersihkan kamar.
Baca juga: Berapa Batas Berat Badan Seekor Kucing Dikatakan Obesitas? Ini Kata Dokter Hewan
- Kaki membengkak
Dilansir dari Kompas.com, obesitas juga dapat menyebabkan pembengkakan di kaki karena tekanan pada sistem vena.
Peredaraan vena adalan sistem yang mengangkut darah ke seluruh tubuh, contohnya dari kaki dan tungkai lalu kembali ke jantung.
Kelebihan berat badan dapat menyebabkan pembuluh darah ini berhenti bekerja dengan baik.
Dengan begitu, terjadilah pembengkakan di area tersebut.
Seseorang dengan obesitas juga cenderung memiliki varises atau gumpalan darah.
"Mereka kemungkinan menahan cairan, karena tekanan darah tinggi. Itu bahkan bisa menjadi tanda awal gagal jantung," kata Direktur Maryland Bariatric Center di Mercy Hospital Baltimore, Kuldeep Singh.
- Depresi
Penelitian oleh Diseases pada tahun 2020 menemukan bahwa obesitas juga meningkatkan risiko depresi.
Di sisi lain, kondisi depresi juga membawa risiko obesitas yang lebih tinggi.
Artinya, beberapa upaya menurunkan berat badan dapat menyebabkan depresi yang lebih buruk apabila gagal.
Akibatnya, mereka yang obesitas dimungkinkan mengalami kesulitan dalam berhubungan sosial sehingga memiliki harga diri yang rendah.
Sebaliknya, seseorang yang depresi juga biasanya mengatasi keadaannya dengan cara yang dapat meningkatkan risiko obesitas, misalnya pesta makan dan minum, serta memperburuk depresi yang dimiliki.
(Sumber: Kompas.com/Bestari Kumala Dewi, Irawan Sapto Adhi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.