KOMPAS.com - Sebuah penelitian menunjukkan orang-orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan ultra-olahan atau ultra-processed food (UPF) mungkin berisiko lebih besar mengalami kematian dini.
Penelitian tersebut dilakukan di delapan negara, termasuk Australia, Inggris dan Amerika Serikat (AS).
UPF umumnya mengandung lebih dari lima bahan, banyak di antaranya tidak digunakan dalam masakan rumahan, seperti zat aditif, pemanis, dan bahan kimia yang berfungsi memperbaiki tekstur atau tampilan makanan.
Para ahli belum mengetahui komponen UPF apa yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Sejumlah bukti yang masih terbatas mengaitkan efek buruk makanan ultra-olahan berasal dari proses pengolahannya atau dari tingginya kadar lemak, garam, dan gula dalam produk-produk tersebut.
Lantas, apa saja makanan yang termasuk makanan ultra-olahan dan telah dikaitkan dengan risiko kematian dini?
Baca juga: Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi dan Dihindari Penderita Penyakit Ginjal
Makanan ultra-olahan yang dikaitkan dengan penyebab kematian dini
Daging olahan, biskuit, minuman bersoda, es krim, dan beberapa sereal sarapan adalah contoh UPF yang semakin banyak dijumpai dalam menu makanan di seluruh dunia.
Sebagaimana diberitakan BBC, Selasa (29/4/2025), meski belum ada definisi yang disepakati secara universal soal makanan ultra-olahan, klasifikasi NOVA telah sering dijadikan sebagai referensi.
Berikut adalah beberapa contoh makanan ultra-olahan:
- Kue, pastry, dan biskuit
- Keripik
- Roti supermarket
- Sosis, burger, hot dog
- Sup instan, mie, dan makanan penutup
- Nugget ayam
- Fillet/makanan olahan dari ikan
- Yoghurt buah dan minuman buah
- Margarin dan olesan
- Susu formula bayi
Baca juga: 9 Makanan Terbaik untuk Jaga Kesehatan Ginjal, Apa Saja?
Bahan buatan dalam makanan ultra-olahan jadi faktor utama
Para peneliti di balik riset yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine pada 28 April 2025, merujuk pada kajian sebelumnya untuk memperkirakan dampak asupan makanan ultra-olahan terhadap risiko kematian.
Meski sulit membuktikan bahwa makanan ultra-proses adalah penyebab tunggal, para peneliti menyimpulkan bahwa jenis makanan ini berkontribusi signifikan terhadap beban penyakit di banyak negara.
Studi ini tidak dapat membuktikan secara pasti bahwa UPF menyebabkan kematian dini karena jumlah makanan ultra-olahan dalam asupan orang-orang juga terkait dengan pola makan mereka secara keseluruhan, tingkat olahraga, gaya hidup yang lebih luas, dan tingkat kekayaan.
Semuanya juga berpengaruh terhadap kesehatan.
Studi tersebut merujuk pada berbagai survei yang melihat menu makanan dan data kematian dari delapan negara, yaitu Australia, Brasil, Kanada, Chili, Kolombia, Meksiko, UK, dan AS.
"Makanan ultra-olahan berdampak pada kesehatan karena mengalami perubahan signifikan selama proses industri dan mengandung berbagai bahan buatan, seperti pewarna, perisa, pemanis buatan, pengemulsi, serta beragam aditif dan zat tambahan tambahan lainnya," kata penulis utama studi, Dr Eduardo Augusto Fernandes Nilson dari Yayasan Oswaldo Cruz di Brasil.
Baca juga: 5 Makanan Sehari-hari yang Memicu Kanker Prostat, Apa Saja?
Hasil penelitian hubungan UPF dengan kematian dini
Dilansir dari The Guardian, Senin (28/4/2025), menurut perhitungan para penliti, pada 2018 terdapat 124.107 kematian dini akibat konsumsi makanan ultra-olahan di AS. Di UK jumlahnya hampir mencapai 17.781.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa di UK dan AS, tempat UPF menyumbang lebih dari setengah asupan kalori, 14 persen kematian dini dapat dikaitkan dengan bahaya yang ditimbulkan UPF.
Sementara itu, penelitian ini memperkirakan di negara-negara seperti Kolombia, Brasil, dan Chili, tempat asupan UPF jauh lebih rendah (kurang dari 20 persen dari asupan kalori), UPF terkait dengan sekitar 4-6persen kematian dini.
Para peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kematian dini meningkat secara signifikan seiring dengan meningkatnya proporsi UPF dalam total asupan seseorang.
Konsumsi UPF dalam jumlah tinggi dianggap dapat berdampak serius pada kesehatan.
Negara-negara dengan tingkat konsumsi UPF tertinggi juga mengalami angka kematian dini tertinggi.
Di Inggris, makanan ultra-olahan menyumbang 53,4 persen dari total asupan energi, berdasarkan Survei Diet dan Nutrisi Nasional tahun 2018–2019. Angka ini bahkan lebih tinggi di Amerika Serikat, yakni mencapai 54,5 persen.
Studi tersebut juga menyebutkan bahwa pemerintah harus memperbarui kampanye menu makanan mereka untuk membujuk orang agar mengurangi jenis makanan ulatra-olahan.
Tetapi, panel ahli khusus mengenai nutrisi pemerintah UK baru-baru ini mengatakan tidak ada bukti kuat tentang hubungan antara cara makanan diproses dan kesehatan yang buruk.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.