KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia (Persero) dikabarkan telah menghentikan operasional 15 pesawatnya karena kesulitan membayar biaya perawatan.
Disebutkan pula, beberapa pemasok dari maskapai tersebut juga meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan tenaga kerja karena kekhawatiran atas situasi keuangan Garuda.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (2/5/2025), sebagian besar pesawat yang dihentikan dioperasikan oleh unit berbiaya rendah Garuda, PT Citilink.
"PT Garuda Indonesia memiliki sedikitnya 15 pesawat yang dikandangkan karena kesulitan membayar biaya perawatan, menurut orang-orang yang mengetahui masalah ini, sebuah pertanda bahwa rencana kebangkitan maskapai ini mungkin gagal," tulis Bloomberg.
Berdasarkan data terbaru, Garuda Indonesia memiliki 66 pesawat yang beroperasi dan 14 pesawat yang disimpan.
Lantas, benarkah Garuda Indonesia menghentikan operasional 15 pesawatnya lantaran kesulitan membayar biaya perawatan?
Baca juga: Ban Pesawat Garuda Indonesia Lepas Saat Mendarat di Bandara Tanjung Pinang
Penjelasan Garuda Indonesia
Direktur Teknik Garuda Indonesia, Rahmat Hanafi mengatakan, Garuda Indonesia Group terus mendorong optimalisasi kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global.
Optimalisasi ini khususnya pada dinamika rantai pasok suku cadang pesawat yang kini melanda hampir sebagian besar pelaku industri transportasi udara dunia.
Berkenaan dengan upaya optimalisasi kapasitas produksi tersebut, saat ini terdapat 1 armada Garuda Indonesia dan 14 armada Citilink yang tengah menunggu percepatan penjadwalan perawatan rutin berupa proses heavy maintenance atau perawatan berat.
"Heavy maintenance ini termasuk penggantian suku cadang, untuk kembali siap beroperasi," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (6/5/2025).
Rahmat menyampaikan, keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa tidak dapat dipungkiri kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan.
Baca juga: Viral, Video Penumpang Merokok Elektrik di Dalam Pesawat, Garuda Indonesia Angkat Bicara
Kondisi ini menyebabkan pelaksanaan heavy maintenance Garuda Indonesia membutuhkan waktu yang lebih panjang.
"Dapat kami sampaikan pula bahwa proses heavy maintenance sendiri diperlukan guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang tetap terjaga untuk pesawat yang akan dioperasikan," jelas Rahmat.
Sejalan dengan langkah optimalisasi armada tersebut, Garuda Indonesia sejak akhir 2024 telah mendatangkan empat armada narrow body yakni Boeing 737-800NG (PK-GUF dan PK-GUG), sementara itu dua lainnya (PK-GUH dan PK-GUI) mulai beroperasi pada kuartal II 2025.
Rahmat menuturkan, langkah ini sejalan dengan pemulihan permintaan dan peningkatan trafik penumpang pasca pandemi serta pertumbuhan sektor pariwisata nasional.
"Optimalisasi kapasitas produksi ini yang ke depannya akan terus kami selaraskan dengan outlook kinerja Perusahaan sesuai dengan pertumbuhan demand pasar, guna memastikan penguatan landasan kinerja usaha dapat senantiasa terjaga secara berkelanjutan," kata Rahmat.
"Garuda Indonesia optimis dapat terus bertransformasi menjadi maskapai yang agile dan berdaya saing, menghadirkan layanan udara yang aman dan andal bagi masyarakat," tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.