Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konklaf Hari Pertama Belum Capai Kesepakatan, Pemilihan Paus Baru Disebut Sulit Diprediksi

Baca di App
Lihat Foto
TIZIANA FABI
Asap hitam mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina yang menandakan bahwa para kardinal gagal memilih paus baru pada pemungutan suara pertama konklaf mereka di Vatikan pada 7 Mei 2025.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Asap hitam yang membubung dari cerobong asap Kapel Sistina pada Rabu (7/5/2025).

Hal ini menandakan bahwa konklaf pemilihan Paus baru belum mencapai kesepakatan.

Dengan begitu, para kardinal kandidat belum ada yang terpilih dengan perolehan minimal sebanyak dua per tiga dari total suara.

Karena itu, ribuan umat yang sudah berkumpul di Lapangan Santo Petrus perlu bersabar menunggu hasil konklaf kembali.

Dilansir dari DW, Rabu (7/5/2025), asap hitam diketahui baru mengepul di langit Vatikan setelah lebih dari tiga jam dimulainya konklaf.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konklaf pengganti Paus Fransiskus ini diikuti oleh total 133 kardinal yang hadir.

Angka ini disebutkan lebih banyak dari konklaf sebelumnya yang hanya dihadiri oleh 71 kardinal pada tahun 2013.

Baca juga: Sejarah Penggunaan Asap Hitam-Putih Saat Konklaf, Sudah Dimulai sejak 1274


Alasan pemilihan Paus baru dalam konklaf sulit diprediksi

Sejarawan Gereja Augsburg, Jorg Ernesti, mengatakan, hasil konklaf kali ini sulit diprediksi.

"Secara umum lebih sulit untuk memprediksi hasil keputusan saat ini karena Dewan Kardinal lebih heterogen secara nasional dan budaya," ujar Ernesti, Minggu (4/5/2025).

Pangambilan suara berikutnya pun akan digelar pada hari Kamis (8/5/2025).

Surat Kabar Perancis, La Croix, mengumumkan bahwa mereka tidak membahas kandidat pengganti Paus Fransiskus karena banyaknya kardinal yang memenuhi syarat untuk peran tersebut.

Walaupun begitu, surat kabar tersebut tetap menyampaikan pandangan terkait kardinal terpenting dari Asia dan Afrika.

Senada, Ernesti juga berpandangan bahwa terlalu banyak kandidat yang memenuhi syarat untuk jabatan tersebut.

Selain itu, 133 kardinal kandidat sekaligus pemilih juga berasal dari latar negara dan budaya yang berbeda-beda, tidak lagi didominasi Eropa, sehingga hasil keputusan konklaf menjadi sulit

Para kandidat juga berasal dari beragam kubu, misalnya konservatif, pro-Fransiskus, atau reformis.

Ernesti melanjutkan, konklaf menjadi proses para kardinal saling mengenal dan bersifat ritualistik, bukan seperti pertukaran parlementer dalam politik.

Baca juga: Saat Pemilihan Paus Baru dalam Konklaf Malah Dijadikan Taruhan Online...

Selain itu, pengganti Paus sulit ditebak karena sedikitnya pernyataan publik yang dibuat pihak Vatikan karena konklaf bersifat tertutup.

Diketahui, Uskup Agung Luksemburg, Jean-Claude Hollerich (66) dan Luis Antonio Tagle (67) kelahiran Filipina, sebelumnya pernah tampil di media pada hari-hari setelah Paus Fransiskus meninggal.

Namun, kedua tokoh yang memegang posisi penting di salah satu lembaga di Vatikan itu tidak lagi bersuara.

Dengan begitu, masyarakat luar tidak dapat melihat dengan jelas apa yang sedang diperhitungkan di balik layar.

Ernesti menyebutkan, sulitnya memprediksi pengganti Paus karena munculnya tokoh-tokoh kardinal senior yang menambah variabel baru dalam dinamika konklaf.

Diketahui bahwa Kardinal Juan Luis Cipriani (81) hadir dalam aula pertemuan pra-konklaf setelah menjalani hukuman atas tuduhan pelecehan seksual pada 2019.

Selain itu, Kardinal Roger Mahony (88) juga tampak hadir dalam pelayatan Paus Fransiskus.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: DW
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi