KOMPAS.com - Lini masa media sosial X sedang ramai membahas tren anak-anak yang menjadi patuh dengan orang tuanya karena takut dibawa ke barak militer.
Dilansir dari akun @t**a** menuliskan bahwa, “Kayaknya sekarang anak-anak ga takut apabila keluyuran malem bakal di culik kalong Wewe, atau di culik sandikala. Tapi lebih takut apabila di telepon KDM dan dimasukin ke barak militer untuk di bina,” pada Selasa (6/5/2025).
Cuitan serupa turut diungkapkan akun @fa***uh** yang menuliskan bahwa, “Dulu banget: Anak nakal /rewel ditakut-takutin setan, atau dibawa candi olo. Dulu: ditakut-takutin taruh di pesantren Sekarang: ditakut-takutin masuk barak militer. Solusi instan adalah kunci,” pada Senin (12/5/2025)
Diketahui bahwa belakangan ini beredar tren video anak-anak yang menjadi mau tidur, belajar, hingga makan sambil menangis ataupun meminta maaf kepada orang tua sebab takut akan dibawa ke barak militer.
Lantas, terkait dengan beredarnya tren anak patuh karena takut dibawa ke barak, bagaimana tanggapan pengamat?
Baca juga: Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer Jadi Program Nasional? Pengamat Pendidikan Beri Catatan Ini
Dokter ingatkan orang tua untuk membuat anak merasa aman
Dokter spesialis anak RS UNS, Aisya Fikritama, menyebut bahwa pola asuh orang tua yang kerap mengancam dapat menimbulkan rasa takut pada anak.
"Sebagai dokter anak yang berfokus pada tumbuh kembang anak, saya memandang kalau pola pengasuhan orang tua yang memaksa atau mengancam, kalau tidak begini maka akan dibeginikan, itu akan menimbulkan rasa takut sebagai cara untuk mengontrol perilaku anak," terang Aisya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/5/2025).
Dia mengatakan bahwa pola asuh tesebut dapat berdampak positif, seperti membuat anak diam dan patuh, tetapi hanya dalam waktu yang sebentar.
Sebab, bentuk kepatuhan tersebut bukan berasal dari pemahaman atau kesadaran anak yang utuh.
Aisya berpendapat, pola asuh yang menggunakan ancaman justru bisa membuat perkembangan emosional dan psikologi anak menjadi terganggu.
"Karena berasal dari tekanan emosional, anak mungkin bisa tenang, tetapi di dalam dirinya berkembang rasa cemas, bingung, bahkan trauma ringan kalau pola ini berulang-ulang," jelas dia.
Dengan begitu, pendekatan ini berisiko menurunkan kepercayaan diri anak, membuat anak takut berekspresi, serta tidak memiliki kemampuan untuk mengelola emosi.
Baca juga: 1 Siswa Kabur Saat Dikirim ke Barak TNI, Pengamat: Berisiko untuk Psikologis Anak
Patuh karena takut bikin perkembangan moral anak rapuh
Dia mengingatkan bahwa pola asuh dengan ancaman, baik dari figur orang tua sendiri atau tokoh tertentu, cenderung membuat anak patuh karena takut, bukan karena mengerti benar dan salah.
"Ini bisa berdampak pada perkembangan moral yang rapuh. Sebab ketika figur yang ditakuti tidak hadir, anak bisa bingung atau melakukan pelanggaran diam-diam," lanjut Aisya.
Dia mengatakan bahwa anak perlu merasa aman secara emosional agar dapat tumbuh dengan optimal.
Dengan memiliki rasa aman, anak memiliki dasar untuk membentuk empati, kemandirian, dan regulasi diri.
"Karena itu, sebaiknya para orang tua mulai menerapkan positive parenting dengan pendekatan yang mengutamakan komunikasi, dispilin yang konsisten, tanpa kekerasan, serta pemberian contoh yang baik dari orang tua," imbaunya.
Aisya menambahkan, setiap pihak memiliki niat yang baik untuk membentuk anak-anak menjadi generasi yang berperilaku luhur.
Walaupun begitu, orang tua perlu memperhatikan cara yang digunakan dalam mengasuh anak.
"Kita tentu mengharga niat baik semua pihak yang ingin membentuk anak-anak menjadi generasi yang patuh dan berperilaku baik," ungkapnya.
"Namun, penting disadari bahwa cara yang digunakan harus mendidik. Sebab, anak belajar paling baik dalam hubungan yang penuh kasih, bukan ancaman," pungkas Aisya.
Baca juga: Kebijakan Siswa Nakal Dimasukkan ke Barak Militer, Apa Saja yang Perlu Diketahui?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.