KOMPAS.com - Beredar video anak-anak yang menjadi patuh dengan orang tuanya karena takut dibawa ke barak militer oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Ketakutan tersebut muncul setelah anak-anak ditunjukkan video peringatan yang diunggah Dedi Mulyadi melalui laman Instagram pribadinya @dedimulyadi71.
"Hayooo, anak-anak yang enggak mau mandi, gak mau makan, gak mau tidur (suka begadang), susah bangun pagi, enggak mau ke sekolah, jajan terus, awas ya kalau sampai melawan orang tuanya, enggak patuh, awas Pak Gubernur nanti datang ke rumahnya, ngejemput," kata Dedi dalam video tersebut, dikutip dari Kompas.com, Rabu (7/5/2025).
Karena unggahan tersebut, beredar tren video anak-anak yang menjadi mau tidur, belajar, hingga makan sambil menangis ataupun meminta maaf kepada Dedi sebab takut akan dibawa ke barak militer.
Dedi pun mengunggah ulang video-video tersebut dengan memberikan keterangan, “Tips #Parenting paling up to date. Awalnya takut, akhirnya manggut-manggut".
Fenomena ini diawali oleh kebijakan Dedi Mulyadi mengirim remaja bermasalah ke barak militer sejak Jumat (2/5/2025).
Kebijakan tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai pihak yang berkaitan dengan anak-anak, seperti pengamat pendidikan, orang tua, hingga masyarakat yang merasa terdampak dengan kenakalan anak.
Lantas, terkait dengan beredarnya tren anak patuh karena takut dibawa ke barak, bagaimana tanggapan pengamat?
Baca juga: Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer Jadi Program Nasional? Pengamat Pendidikan Beri Catatan Ini
Dokter ingatkan orang tua untuk membuat anak merasa aman
Dokter spesialis anak RS UNS, Aisya Fikritama, membenarkan bahwa pola asuh orang tua yang terkesan otoriter dapat menimbulkan rasa takut pada anak.
"Sebagai dokter anak yang berfokus pada tumbuh kembang anak, saya memandang kalau pola pengasuhan orang tua yang memaksa atau mengancam, kalau tidak begini maka akan dibeginikan, itu akan menimbulkan rasa takut sebagai cara untuk mengontrol perilaku anak," terang Aisya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/5/2025).
Dia mengatakan bahwa pola asuh tesebut dapat berdampak positif, seperti membuat anak diam dan patuh, tetapi hanya dalam waktu yang sebentar.
Sebab, bentuk kepatuhan tersebut bukan berasal dari pemahaman atau kesadaran anak yang utuh.
Aisya berpendapat, pola asuh yang menggunakan ancaman justru bisa membuat perkembangan emosional dan psikologi anak menjadi terganggu.
"Karena berasal dari tekanan emosional, anak mungkin bisa tenang, tetapi di dalam dirinya berkembang rasa cemas, bingung, bahkan trauma ringan kalau pola ini berulang-ulang," jelas dia.
Dengan begitu, pendekatan ini berisiko menurunkan kepercayaan diri anak, membuat anak takut berekspresi, serta tidak memiliki kemampuan untuk mengelola emosi.
Baca juga: 1 Siswa Kabur Saat Dikirim ke Barak TNI, Pengamat: Berisiko untuk Psikologis Anak
Patuh karena takut bikin perkembangan moral anak rapuh
Dia mengingatkan bahwa pola asuh dengan ancaman, baik dari figur orang tua sendiri atau tokoh tertentu, cenderung membuat anak patuh karena takut, bukan karena mengerti benar dan salah.
"Ini bisa berdampak pada perkembangan moral yang rapuh. Sebab ketika figur yang ditakuti tidak hadir, anak bisa bingung atau melakukan pelanggaran diam-diam," lanjut Aisya.
Dia mengatakan bahwa anak perlu merasa aman secara emosional agar dapat tumbuh dengan optimal.
Dengan memiliki rasa aman, anak memiliki dasar untuk membentuk empati, kemandirian, dan regulasi diri.
"Karena itu, sebaiknya para orang tua mulai menerapkan positive parenting dengan pendekatan yang mengutamakan komunikasi, dispilin yang konsisten, tanpa kekerasan, serta pemberian contoh yang baik dari orang tua," imbaunya.
Aisya menambahkan, setiap pihak memiliki niat yang baik untuk membentuk anak-anak menjadi generasi yang berperilaku luhur.
Walaupun begitu, orang tua perlu memperhatikan cara yang digunakan dalam mengasuh anak.
"Kita tentu mengharga niat baik semua pihak yang ingin membentuk anak-anak menjadi generasi yang patuh dan berperilaku baik," ungkapnya.
"Namun, penting disadari bahwa cara yang digunakan harus mendidik. Sebab, anak belajar paling baik dalam hubungan yang penuh kasih, bukan ancaman," pungkas Aisya.
Baca juga: Kebijakan Siswa Nakal Dimasukkan ke Barak Militer, Apa Saja yang Perlu Diketahui?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.