KOMPAS.com - India-Pakistan sepakat gencatan senjata setelah kedua negara saling melancarkan serangan terhadap instalasi militer satu sama lain selama empat hari sejak Rabu (7/5/2025).
Salah satu yang pertama mengumumkan kesepakatan gencatan senjata India-Pakistan adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dia pada Sabtu mengatakan, India dan Pakistan telah bersepakat untuk melakukan gencatan senjata penuh dan segera setelah dimediasi oleh AS.
Baca juga: Pakistan Gelar Rapat Komando Nuklir Setelah Serang India?
“Setelah malam panjang pembicaraan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, saya dengan senang hati mengumumkan bahwa India dan Pakistan telah sepakat untuk melakukan GENCATAN SENJATA PENUH DAN SEGERA. Selamat kepada kedua negara karena telah menggunakan Akal Sehat dan Kecerdasan yang Luar Biasa,” tulis Trump di media sosial Truth Social, dikutip dari Reuters.
Pengumuman gencatan India-Pakistan ini datang di hari ketika kekhawatiran bahwa persenjataan nuklir kedua negara mungkin digunakan sempat meningkat.
Hal itu terjadi setelah Militer Pakistan menyatakan badan militer dan sipil tertinggi yang mengawasi senjata nuklir akan mengadakan pertemuan.
Namun, Menteri Pertahanan Pakistan kemudian menyatakan bahwa tidak ada pertemuan semacam itu yang dijadwalkan.
Kata Pakistan dan India soal gencatan senjata
Terpisah, Menteri Luar Negeri Pakistan juga menyatakan bahwa kedua negara telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan seger.
Pada saat yang sama, pejabat dari kedua pihak menunjukkan kemauan untuk mundur selangkah setelah aksi saling serang sepanjang hari.
Baca juga: Pakistan Serang Balik India Lewat Operasi Bunyan Ul Marsoos, Apa Artinya?
Perang India-Pakistan terbaru dilaporkan telah memakan korban jiwa dari kalangan sipil sebanyak 66 orang di kedua sisi perbatasan.
Seorang sumber pemerintah India juga telah menyampaikan bahwa India dan Pakistan sudah mencapai kesepakatan gencatan senjata melalui jalur bilateral,
"Penghentian tembakan dan aksi militer antara India dan Pakistan dicapai secara langsung antara kedua negara," kata sumber itu kepada AFP dengan syarat anonim.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.