KOMPAS.com - Magelang adalah kota terkecil di Jawa Tengah yang berlokasi di kaki Gunung Merapi.
Meski demikian, Magelang kini menjadi kota idaman bagi warga yang sudah memasuki usia pensiun.
Analisis yang dilakukan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas mengungkapkan, Magelang termasuk ke dalam 10 kawasan paling ideal untuk gaya hidup tenang (slow living) atau untuk menjalani masa pensiun.
Salah satu kenyamanan yang diberikan adalah dengan menerapkan sistem jaringan kabel listrik di dalam tanah.
Hal ini tampak dalam unggahan seorang warganet di media sosial X yang mengunggah wajah baru Kota Magelang. Dalam unggahannya itu, langit di Kota Magelang tampak rapi tanpa ada kabel listrik yang saling terhubung dari rumah ke rumah.
"Mulai Terapkan Kabel Listrik Bawah Tanah, Kota Magelang Kini Terlihat Lebih Indah," tulis unggahan @win*******, (6/5/2025).
Baca juga: Nafa Urbach Keluhkan Sulit Urus BPJS Kesehatan di Magelang, Humas: Misskomunikasi
Penjelasan PLN soal kabel listrik Magelang ditanam
Manager Komunikasi & TJSL PT PLN (Persero) UID Jawa Tengah & D.I. Yogyakarta Prayudha Fasya membenarkan, beberapa titik di Kota Magelang sudah menerapkan sistem kabel listrik bawah tanah.
Meski demikian, hal tersebut sifatnya masih terbatas dan berdasarkan permintaan pelanggan.
"Beberapa titik di Magelang sudah menggunakan kabel listrik bawah tanah, tapi sifatnya masih terbatas dan berdasarkan permintaan pelanggan. Misalnya dari instansi atau pelaku usaha yang ingin kawasannya terlihat lebih rapi dan estetik," kata dia saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (8/5/2025).
Selain lebih rapi, pria yang akrab disapa Yudha ini juga menyampaikan, sistem kabel listrik bawah tanah memiliki banyak manfaat, terutama dalam hal keandalan listrik dan keamanan.
Penerapan sistem kabel di bawah tanah juga sangat didukung oleh PLN.
"PLN terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak jika ke depan ada rencana perluasan di titik lainnya," ungkapnya.
Baca juga: 6 Fakta Retret Kepala Daerah di Akmil Magelang
Biaya pemasangan kabel listrik bawah tanah
Lebih lanjut, Yudha mengatakan, biaya penanaman kabel di bawah tanah sepenuhnya akan ditanggung oleh pihak pemohon, dalam hal ini bisa perseorangan, pelaku usaha, atau instansi.
Dia menjelaskan, besaran biaya penanaman kabel bawah tanah ditentukan oleh berbagai macam faktor.
"Biayanya bervariasi, tergantung panjang jaringan, kapasitas daya, kondisi tanah, dan kondisi teknis di lapangan," kata Yudha.
Namun, sebagai gambaran, biaya kabel bawah tanah memang bisa berkali lipat dibanding kabel udara. Hal ini karena material dan pengerjaannya lebih kompleks.
Menurut Yudha, pelanggan biasanya datang dari kalangan institusi yang ingin menerapkan sistem jaringan kabel bawah tanah.
Baca juga: Ketika Jalanan Kota Semarang Kini Mulai Bebas Kabel di Udara...
"Kalau dari sisi pelanggan institusi, biasanya sudah jadi bagian dari proyek beautifikasi area tertentu. Jadi biasanya masuk ke dalam anggaran mereka secara keseluruhan," terang dia.
Untuk pengajuan penanaman sistem jaringan kabel bawah tanah, prosedurnya cukup mudah.
Pemohon bisa mengajukan permintaan secara resmi ke PLN dengan mendatangi Unit Layanan Pelanggan terdekat.
Umumnya, permohonan diikuti dengan menyampaikan kebutuhan teknis dan lokasi yang diinginkan.
Selanjutnya, tim PLN akan melakukan survey dan kajian teknis untuk menentukan kelayakan, desain jaringan, dan estimasi biayanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.