Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waduk di Inggris Alami Kekeringan untuk Pertama Kalinya dalam 69 Tahun

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
ilustrasi waduk kering di Inggris.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Belakangan, Inggris tengah mengalami kekeringan yang menyebabkan turunnya level air di Waduk Woodhead di Derbyshire.

Kekeringan ini merupakan yang pertama dalam 69 tahun terakhir.

Dilansir dari New Scientist, Rabu (14/5/2025), Woodhead adalah salah satu waduk yang memasok air ke Inggris barat laut.

Akibat kekeringan yang melanda, saat ini Woodhead hanya memiliki kapasitas air sebanyak 69 persen.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padahal, waduk ini mampu menampung air sebanyak 90 persen pada musim semi tahun lalu.

Badan Lingkungan Hidup Inggris mengatakan, sedikitnya debit air yang tertampung di Woodhead memicu kekhawatiran akan kondisi kekeringan yang bakal melanda seluruh Inggris pada musim panas mendatang.

Baca juga: Wilayah DIY yang Berpotensi Alami Kekeringan Saat Musim Kemarau 2025, Mana Saja?

Dampak bagi pertanian

Permukaan air waduk yang menurun dan prediksi kekeringan selama musim panas mendatang membuat sejumlah petani Inggris cemas.

Sebab, mereka bisa menderita selama berbulan-bulan, karena air tanah diperkirakan tetap rendah selama musim panas.

Padahal, petani sangat bergantung pada air tanah untuk irigasi. Apabila air tanah rendah, mereka bisa mengalami gagal panen.

"Kondisi kering dan kurangnya curah hujan membuat para petani di beberapa wilayah negara ini mulai mengairi sawah mereka jauh lebih awal dari biasanya," ujar Wakil Presiden Serikat Petani Nasional, Rachel Hallos kepada ITV, Rabu (7/5/2025).

Ia juga mendesak pemerintah untuk mengamankan pasokan air konsumsi masyarakat Inggris.

Menurutnya, akses terhadap air saat masa kekurangan harus dijamin.

"Hal ini dapat dilakukan melalui kebijakan perencanaan yang mendukung penyimpanan air di lahan pertanian, investasi dalam efisiensi penggunaan air, serta inovasi tanaman dan sistem pertanian yang hemat air," lanjut Hallos.

Baca juga: Terusan Panama Alami Kekeringan, Apa Dampaknya?

Dampak bagi warga dan perusahaan

Tak hanya itu, turunnya level air juga membahayakan jalur air karena perusahaan mengambil air dari sungai saat sumber lain mulai menipis.

Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris (UKCEH) mengatakan, jika cuaca kering terus berlanjut seperti yang diperkirakan, Inggris bisa mengalami kekurangan air, yang berpotensi memicu larangan penggunaan selang dan bentuk penjatahan air bagi masyarakat maupun perusahaan.

Meskipun saat ini tidak ada rencana untuk melarang penggunaan selang, badan tersebut mengatakan, pembatasan dapat diberlakukan dalam beberapa bulan mendatang jika kondisi kering terus berlanjut.

Kepala Eksekutif River Action, James Wallace menyampaikan, krisis kekeringan ini sebenarnya bisa dihindari.

Baca juga: Brasil Dilanda Kekeringan Terburuk dalam 70 Tahun Terakhir

Namun, karena beberapa perusahaan berlaku serakah dan acuh terhadap peraturan, waduk pun menjadi kering dan sungai tercemar limbah.

"Alih-alih menghukum para pelaku, pelanggan malah diberi tahu oleh pemerintah bahwa mereka akan didenda 1.000 poundsterling atau sekitar Rp 22 juta jika mereka melanggar larangan penggunaan selang air," ucap Wallace.

"Sekali lagi, masyarakat akan menanggung biaya kegagalan industri air," imbuhnya.

Menurut catatan UKCEH, sejumlah daerah mengalami aliran air terendah dari Oktober hingga Maret sejak 1958.

Selama lebih dari 30 tahun, Inggris tidak membangun waduk baru, sehingga sangat rentan terhadap kekeringan.

Saat ini, tinggi air waduk berada di bawah normal akibat musim semi kering yang terjadi di beberapa wilayah.

Baca juga: Kekeringan Parah, Namibia Buru 700 Hewan Liar dan Bagikan Dagingnya untuk Warga

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi