Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Superparamagnetisme

Baca di App
Lihat Foto
Rawpixel.com
Ilustrasi atom
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

KEMUNGKINAN besar mayoritas pembaca naskah ini merasa curiga bahwa judul naskah ini sebenarnya fiktif karena sekadar merupakan gagasan saya pribadi belaka.

Kecurigaan itu keliru! Superparamagnetisme sama sekali bukan gagasan saya pribadi. Terminologi berkepanjangan itu memang nyata hadir di alam semesta sains dan teknologi.

Bagi yang tidak percaya silakan konsultasi langsung dengan "mbah Google".

Superparamagnetisme adalah fenomena magnetik yang terjadi pada partikel nano magnetik. Pada partikel nano magnetik, peristiwa magnetik dapat berfluktuasi secara acak karena energi termal, sehingga partikel tersebut tidak memiliki magnetisasi permanen.

Namun, ketika partikel nano ini tersentuh medan magnetik luar, mereka dapat menjadi magnetik dan menunjukkan sifat magnetik yang kuat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Superparamagnetisme memang memiliki karakteristik magnetisasi yang kuat ketika terkena medan magnetik luar, namun memiliki magnetisasi permanen ketika medan magnetik eksternal tersebut dihilangkan.

Superparamagnetisme memiliki aplikasi dalam berbagai bidang, semisal penyimpanan data magnetik maupun transfer biomedis yang ditargetkan.

Superparamagnetisme merupakan fenomena yang memiliki potensi besar dalam pengembangan teknologi.

Dalam diskusi tentang Superparamagnetisme, sebagai seorang insan awam sains saya sempat bertanya: jika ada terminologi Superparamagnetisme, apakah ada, misalnya, Superparafotoelektrik?

Sponstan dijawab oleh para peserta diskusi bahwa tidak ada Superparafotoelektrik.

Terhanyut rasa ingin tahu yang konon dianggap sebagai perasaan paling penting di ranah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Saya lanjut bertanya kenapa tidak ada Superparafotoelektrik, meski faktual ada Superparamagnetisme.

Ternyata tidak ada pihak yang merasa perlu menjawab pertanyaan absurd saya atas dua alasan, yaitu memang tidak tahu jawaban atas pertanyaan kenapa atau yakin pertanyaan saya memang tidak perlu dijawab akibat memang tidak ada jawabannya.

Tiada jawaban tersebut bikin saya makin merasa pemasaran kemudian melempar pertanyaan yang menurut pendapat saya relatif lebih mudah dijawab, yaitu apakah boleh saya menyebut Kondensat Bose-Einstein sebagai fenomena Superparakuantum mengingat kondensat tersebut adalah keadaan materi yang terjadi pada suhu sangat (super!) rendah, di mana partikel-partikel boson dapat berada dalam keadaan kuantum yang memiliki beberapa sifat menarik, seperti kohesi kuantum yang kuat maupun perangai mikroskopik merangkap makroskopik yang mandiri ditentukan oleh mekanika kuantum.

Mohon di sini, jangan ada yang bergairah melanjutkan perdebatan Bohr versus Einstein tentang kuantum agar diskursus ini tidak melenceng ke luar jalur.

Selama belum menerima jawaban yang memuaskan serta sementara belum ada undang-undang yang resmi melarang setiap insan manusia mandiri menggagas istilah sendiri, maka secara subyektif saya memutuskan untuk menyebut Kondensat Bose-Einstein sebagai fenomena Superparakuantum sama halnya tatkala saya memutuskan untuk menyebut ikhtiar berpikir yang memelajari kekeliruan demi bukan menemukan, namun sekadar mencari kebenaran sebagai kelirumologi.

Mohon kelancangan saya dapat dimaafkan oleh para saintis puritan yang meyakini bahwa sebagai sama sekali bukan saintis, maka saya sama sekali tidak berhak swasembada mandiri membuat terminologi sendiri meski obyek yang saya beri terminologi sebenarnya masih belum memiliki terminologi buatan sendiri maupun orang lain.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi