Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan Sidik Jari Tertua di Dunia Buka Bab Baru Sejarah Seni Manusia

Baca di App
Komentar Lihat Foto
Álvarez-Alonso
Sidik jari tertua di dunia berusia 43.000 tahun milik Neanderthal membantah dugaan mereka tidak mengenal seni simbolik.
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Sidik jari merupakan bagian tubuh manusia yang penting. Pola unik di ujung-ujung jari ini tidak pernah berubah selama manusia hidup dan digunakan sebagai penanda identitas seseorang 

Bukan hanya bagi manusia modern, sidik jari berusia 43.000 tahun yang ditemukan di Spanyol juga membawa peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Sebuah studi dari jurnal Archaeological and Anthropological Sciences yang diterbitkan pada Senin (5/5/2025) menjelaskan tentang penemuan sidik jari di shelter batu San Lazaro, pinggiran Segovia Spanyol Tengah pada 2022 lalu.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Fosil Dinosaurus Dapat Jadi Kunci Pengobatan Kanker pada Manusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari temuan tersebut, peneliti beranggapan bahwa sidik jari yang terbuat dari mineral oker merah ini membuka bab baru dalam sejarah seni manusia purba. 

Mereka berpendapat, sidik jari manusia tertua di dunia itu ditinggalkan oleh Neanderthal kerabat manusia yang punah 43.000 tahun lalu.

Selain itu, temuan dari sidik jari tersebut membantah teori bahwa Neanderthal tidak mampu menciptakan seni simbolik. 

Bagaimana titik berupa sidik jari Neanderthal membuktikan mereka mengenal seni simbolik?

Letak sidik jari di batu dianggap sebagai bentuk kesenian

Teori tentang sidik jari itu buatan Neanderthal berasal dari tempat penemuannya. 

Para ilmuwan menemukan sidik jari itu di wilayah yang dihuni Neanderthal antara 44.000 hingga 41.000 tahun lalu. 

Mereka tidak menemukan bukti bahwa manusia modern awal pernah hidup di sana. 

Kemudian, para peneliti menduga titik merah itu sengaja diletakkan pada bagian batu yang menyerupai hidung. Letaknya memperkuat kesan bahwa batu tersebut menggambarkan wajah manusia.

Bentuk batu bernama "Mr. Potato Head" itu sendiri menyerupai kentang besar, sepanjang 15 sentimeter dan memiliki lekukan mirip alis pada salah satu ujungnya. 

Penambahan titik secara sengaja menjadi "hidung" di bawah "alis" pada batu itu mengubah batu kerikil besar sebagai penggambaran primitif tentang wajah manusia. 

"Temuan ini merupakan bukti paling lengkap dan tertua dari sidik jari manusia di dunia, yang secara meyakinkan dikaitkan dengan Neanderthal, dan menyoroti penggunaan pigmen secara sengaja untuk tujuan simbolik," kata Dewan Riset Nasional Spanyol (CSIC), dikutip dari Live Science, Kamis (29/5/2025). 

Baca juga: Temuan Baru Fosil Manusia Purba Berusia 140.000 Tahun di Dasar Selat Madura

Dari bentuknya, titik merah itu tampak merata. Namun, pemeriksaan forensik dan analisis pantulan cahaya menemukan hal lain.

Melalui teknologi tersebut, peneliti menemukan bahwa titik itu dibuat dengan sidik jari dengan pola pusaran yang khas.

Diduga, sidik jari itu berasal dari Neanderthal laki-laki dewasa. Batu granit itu tampaknya sengaja dibawa ke shelter batu dari sungai terdekat. 

"Fakta bahwa batu kerikil dipilih karena penampilannya dan kemudian ditandai dengan oker menunjukkan adanya pikiran manusia yang mampu menyimbolkan, membayangkan, mengidealkan, dan memproyeksikan pikirannya pada suatu objek," bunyi tulisan dalam studi tersebut. 

Perdebatan soal kesenian dari zaman batu

Selama beberapa dekade, para arkeolog memperdebatkan apakah Neanderthal mampu menciptakan seni abstrak. 

Penemuan-penemuan dari manusia purba seperti ukiran dinding gua di Prancis yang kemungkinan berusia 75.000 tahun oleh Neanderthal bahkan dianggap kalah jauh dibanding buatan manusia modern awal.

Mereka membandingkan lukisan Neanderthal dengan lukisan gua manusia modern di Gua Chauvet, Perancis atau Pulau Sulawesi, Indonesia. 

Kritikan tentang studi ini datang dari arkeolog paleolitik dari universitas di Cambridge dan Liverpool di Inggris serta penulis Kindred: Neanderthal Life, Love, Death and Art (Bloomsbury Sigma, 2020), Rebecca Wragg Sykes. 

Ia berpendapat, titik merah itu bisa saja bersifat simbolik tetapi para penulis mungkin salah mengartikannya. 

"Apa yang dianggap tim peneliti sebagai representasi hidung pada wajah, bisa saja, jika dibalik, dilihat sebagai pusar pada sosok manusia," ujar dia. 

"Kita sebenarnya tidak bisa memastikan itu 'bermaksud menjadi' apa," tambahnya. 

Baca juga: Studi Ungkap Manusia Purba Sudah Tinggal di Raja Ampat 55.000 Tahun Lalu

Selain itu, kritik juga datang dari arkeolog dari Durham University, Paul Pettitt, yang juga tidak terlibat dalam penemuan itu. 

Pettitt tidak meragukan bahwa titik merah itu berasal dari Neanderthal, melihat sebagaimana rutin mereka meninggalkan jejak pada dinding gua dan objek lain.

Namun, makna simbolik dari temuan sidik jari itu belum jelas dan masih perlu dikaju lagi. 

Ada juga kritik dari arkeolog sekaligus psikolog Derek Hodgson yang menyatakan, batu tersebut tampaknya tidak punya fungsi lain dan baru terlihat seperti wajah begitu diberi tanda.

"Temuan ini menambah daftar objek buatan Neanderthal yang bersifat non-fungsional," ungkapnya. 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi