KOMPAS.com - Penyumbatan pembuluh darah jantung adalah kondisi di mana arteri koroner (pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung) menyempit atau tersumbat.
Kondisi ini dapat membatasi aliran darah ke otot jantung (aterosklerosis) yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh penumpukan lemak (ateroma) pada dinding pembuluh darah di sekitar jantung (arteri koroner) dan membuatnya menyempit.
Penyumbatan juga bisa terjadi akibat penyempitan sementara pada pembuluh darah jantung karena kontraksi otot pada dinding arteri tersebut.
Baca juga: Apa Beda Nyeri Dada akibat Asam Lambung dan Serangan Jantung? Ini Kata Dokter
Berikut adalah cerita tiga pasien tentang gejala saat pertama kali mengalami penyumbatan pembuluh darah jantung:
Rasa sesak di dada dan sesak napas
Pada suatu waktu, Millie merasakan sesak di dadanya dan juga sesak napas. Ia langsung menemui dokternya keesokan paginya.
"Saya merasa sangat tidak berdaya," ujar Millie.
Dokter memeriksa Millie yang saat itu berusia 65 tahun dan menjelaskan bahwa ia menderita penyakit arteri koroner (CAD), kondisi penyempitan arteri di jantungnya.
Baca juga: 10 Makanan yang Bisa Bantu Mencegah Penyumbatan Pembuluh Darah Arteri, Apa Saja?
Dokter menjadwalkan tes untuk Millie guna menentukan kemampuan jantungnya untuk berfungsi dan pembuluh darah mana yang tersumbat.
Ia kemudian melakukan angioplasti, prosedur untuk membantu membuka pembuluh darah yang menyempit, yang membuatnya merasa lebih baik.
Namun beberapa tahun kemudian ia kembali merasakan sesak di dada dan napasnya pendek dan semakin sering terjadi.
Baca juga: Jalan Kaki Bisa Menyehatkan Jantung, Berapa Kecepatannya?
Dokter spesialis jantung tidak dapat melakukan angioplasti karena arteri koronernya sudah sangat sempit, sehingga berisiko menyebabkan serangan jantung atau stroke.
Dokter memberi tahu Millie bahwa operasi jantung adalah pilihan terbaik. Dokter bedah jantung memilih untuk melakukan prosedur bypass jantung yang berdetak.
"Operasi dilakukan Sabtu pagi dan keesokan harinya saya sudah bisa duduk dan merasa cukup baik," kata Millie.
Baca juga: Terjadi Tiba-tiba, Apakah Orang Henti Jantung Dapat Diselamatkan?
Nyeri di dada yang menjalar
Jennifer adalah pasien yang didiagnosis mengalami spasme arteri koroner (angina prinzmetal), yakni penyempitan sementara pada pembuluh darah jantung (arteri koroner).
Penyumbatan pembuluh darah jenis ini terjadi karena kontraksi otot pada dinding arteri tersebut, berbeda dengan CAD yang terjadi karena adanya plak.
Baca juga: 6 Tanda Masalah Jantung yang Tidak Terkait dengan Nyeri Dada, Apa Saja?
Pada Desember 2023, Jennifer mulai merasakan nyeri dada di sebelah kiri tulang dada, yang kemudian menjalar ke rahang dan lengan kiri.
“Saya pikir saya mengalami serangan jantung, tetapi nyeri itu hilang dalam waktu satu atau dua menit,” kata Jennifer.
“Selama beberapa minggu berikutnya, kejadian serupa sebagian besar terjadi di malam hari saat bersantai,” lanjutnya.
Baca juga: Berapa Lama Waktu Tidur untuk Menghindari Serangan Jantung?
Pada 30 Desember 2023, gejalanya yang dialami Jennifer semakin parah, seperti tekanan di dada diikuti oleh nyeri dada yang menjalar, keringat yang banyak, dan sesak napas.
Dan kali ini, gejalanya berlangsung cukup lama. Bahkan detak jantungnya sempat berhenti dan tidak bernapas.
Ia segera dibawa ke rumah sakit dan dapat pulih dengan baik. Empat hari kemudian dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar untuk pemeriksaan jantung lebih lanjut.
Dokter spesialis jantung membahas tentang melakukan studi elektrofisiologi, dengan pemasangan monitor loop yang ditanamkan. Ini adalah monitor jantung yang ditanamkan di dada dan bertahan hingga tiga tahun.
Baca juga: Ngorok Saat Tidur Ternyata Berkaitan dengan Gagal Jantung, Ini Penjelasannya
Nyeri dada, mual, dan lemas
Larry, pria berusia 57 tahun, pada suatu waktu diajak oleh teman baiknya untuk berlari. Beberapa saat kemudian, ia mengalami nyeri dada, mual, dan lemas.
Sempat merasa lebih baik setelah berbaring, namun rasa tidak nyaman di dadanya terus berlanjut, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit terdekat.
Saat tiba di Rumah Sakit Regional Timpanogos, Larry kehilangan kesadaran dan jantungnya berhenti berdetak.
Baca juga: 5 Kelompok yang Lebih Berisiko Alami Penyumbatan Pembuluh Darah Jantung
Larry mengalami CAD dan dokter segera memasang stent koroner Driver untuk membuka penyumbatan di arteri anterior kirinya.
Setelah dirawat dan mendapatkan penanganan cepat, Larry bisa beraktivitas dengan baik dan bahkan kembali bekerja seminggu kemudian.
“(Saya) bersyukur masih hidup. Saya benar-benar yakin mereka menyelamatkan hidup saya dengan membawa saya ke lab kateterisasi secepat itu," kata Larry.
Baca juga: 10 Faktor Penyumbatan Darah Jantung yang Jarang Diketahui, Apa Saja?
Catatan:
Kisah tersebut di atas mencerminkan pengalaman masing-masing penderita. Tidak semua orang akan mendapatkan pengalaman yang sama.
Jadi, apabila Anda mengalami gejala serupa, yang mirip, atau mengkhawatirkan, segera temui dokter untuk memastikan kondisinya.
Sumber:
Cerita diambil dari kisah para pasien di laman Medtronic dan International Heart Spasms Alliance (IHSA).