Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Para Tokoh Agama Ambil Bagian Pastikan Warga Daftar JKN...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/IRAWAN SAPTO ADHI
Ketua Ketua Parisada Hindu Dharma Indoneisa (PHDI) Solo, Ida Bagus Komang (65), menunjukkan kartu JKN digitalnya yang terpampang di aplikasi Mobile JKN saat ditemui di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah pada Rabu (21/5/2025). Ia mengaku sangat terbantu dengan program JKN terlebih setelah menjalani 3 kali operasi batu ginjal dan mengantrol kadar gula darahnya agar tidak menyebabkan komplikasi.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

SOLO, KOMPAS.com – Jarum jam menunjukkan pukul 08.47 WIB saat Ida Bagus Komang (65) tiba di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah.

Pagi itu, lantai 5 yang menjadi area poliklinik spesialis sudah cukup padat. Pasien datang silih berganti, menanti giliran diperiksa. Namun, Ida tampak tenang.

Sudah hampir dua tahun ini, pria asal Kelurahan Pajang, Laweyan, itu rutin berkunjung ke RS karena mengidap gula darah tinggi.

Baca juga: Pemasangan Crown Gigi Ditanggung BPJS Kesehatan, Ini Besaran Subsidinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia dianjurkan sebulan sekali menemui dokter spesialis penyakit dalam untuk memastikan hiperglikemianya tak menimbulkan komplikasi berbahaya.

Meski harus berkali-kali datang ke RS, Ida mengaku tak pernah terbebani. Ia justru merasa sangat terbantu oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan.

Sebagai pensiunan Polri, Ida telah terdaftar sebagai peserta JKN segmen pekerja penerima upah penyelenggara negara (PPU PN).

Jika dibandingkan, menurutnya, jumlah potongan gaji yang dipakai untuk membayar iuran kepesertaan JKN jelas jauh lebih sedikit dibanding biaya berobat sebagai pasien umum.

Bahkan, sejak Desember 2023, ia sudah tiga kali menjalani operasi batu ginjal tanpa pula keluar dana pribadi.

Setelahnya, Ida pun masih harus kontrol ke dokter spesialis urologi secara berkala dan semua biaya ditanggung BPJS Kesehatan.

”Bayangkan saja, saya berobat tiap bulan dan sudah tiga kali operasi tanpa bayar. Itu bukan hal kecil. Bagi saya, JKN ini penyelamat,” ujarnya saat ditemui Kompas.com, Rabu (21/5/2025).

Manfaat besar

Pengalaman berobat tanpa biaya membuat Ida kian mantap mendukung dan menyuarakan pentingnya JKN ke masyarakat.

Sebetulnya, jauh sebelum didiagnosis sakit, ia sudah cukup aktif memperkenalkan program ini ke warga lain.

Ida terutama menyasar sesama umat Hindu dalam kapasitasnya sebagai Ketua Ketua Parisada Hindu Dharma Indoneisa (PHDI) Solo.

Kini, ia tak lagi sekadar menyampaikan informasi sekilas, melainkan bisa memberi gambaran nyata faedah JKN.

”Sekarang makin sering saya singgung JKN ke yang lain, termasuk menyisipkannya di pertemuan rutin umat pekan kedua. Yang saya tekankan ya, ’Kita itu tak akan rugi daftar JKN’. Saya rasakan sendiri, iuran tak sebanding dengan manfaat besarnya,” tutur Ida.

Terkait kepesertaan JKN, Ida bercerita, biasanya akan menganjurkan warga yang mampu untuk segera mendaftar sebagai peserta mandiri. Sementara bagi yang butuh dukungan, bisa mengakses kepesertaan JKN segmen penerima bantuan iuran (PBI). 

”Pokoknya saya minta ke teman-teman, jangan tunggu sakit dulu baru cari BPJS’,” ucap tokoh agama Hindu itu.

Selain dorongan pribadi, Ida mengaku kerap mempromosikan JKN karena menyambut ajakan dari Pemerintah Kota Solo. Ia sangat mendukung upaya Pemkot yang ingin menjadikan seluruh warga terkover JKN.

Lagi pula, Ia melihat program JKN sejalan dengan nilai-nilai Hindu. Menurutnya, menjaga kesehatan bukan hanya tanggung jawab pribadi, tapi juga bagian dari Dharma atau kewajiban suci sebagai manusia.

”Dengan ikut JKN, kita bahkan bukan hanya sedang melindungi diri sendiri, melainkan juga ikut menjaga sesama lewat sistem gotong royong. Ini karma baik, dan wujud nyata dari ajaran Tri Hita Karana atau hidup harmonis dengan sesama,” jelasnya.

Baca juga: Menyoroti Penolakan Pasien BPJS Kesehatan oleh Rumah Sakit, Apa yang Terjadi?

Pelayanan optimal

Senada, tokoh penghayat kepercayaan di Solo, Ramanto Setro Taruno (59) juga menganggap penting JKN. Dengan ini, ia pun tidak pernah ragu untuk menyosialisasikan program tersebut agar bisa diakses para penghayat lain.

”Dalam keyakinan kami, raga adalah titipan Gusti, dan menjaga kesehatan adalah bagian dari laku suci. Dengan JKN, kami bisa merawat titipan-Nya tanpa terbebani soal biaya,” ucap Ketua Majelis Luhur Kepercayaan kepada Tuhan YME Indonesia (MLKI) Cabang Solo itu.

Sambil berkelakar, ia bercerita belakangan malah jadi lebih mudah saat membicarakan manfaat JKN.

Sebab, dia sendiri baru menjalani prosedur pemasangan ring jantung tanpa harus mengeluarkan biaya sama sekali pada Agustus 2024.

”Jadi, kejadian serangan jantung yang terjadi secara tiba-tiba waktu itu ada baiknya. Saya tinggal bilang, ’ini hlo riil, saya sudah pasang ring jantung tak keluar biaya sama sekali. Tapi sebaiknya jangan coba-coba ya. Hehehe’,” candanya.

Tak hanya itu, ia menyebut, adiknya belum lama ini baru menjalani operasi amputasi kaki karena diabetes dan biaya penanganan medisnya semua ditanggung BPJS Kesehatan.

Padahal, kata Ramanto, adiknya terdaftar sebagai peserta JKN segmen PBI yang mana iurannya dibayarkan oleh pemerintah.

”Pelayanan kesehatan yang kami terima sama-sama optimal. Saya tidak melihat dibeda-bedakan dengan pasien lain. Jadi, ya saya tidak ragu untuk bilang, JKN ini memang harus dimiliki setiap warga,” jelasnya.

Baca juga: Tak Semua Bisa Ditangani IGD, Ini 5 Kriteria Darurat yang Ditanggung BPJS Kesehatan

Semangat tolong-menolong

Tokoh agama Islam di Solo, Mashuri, juga mendukung program JKN. 

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Solo yang sekaligus menjadi Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Solo itu pun mengaku telah beberapa kali menyampaikan pentingnya program JKN di berbagai forum atau majelis.

”Selama program ini membawa kemanfaatan dan kemaslahatan bagi masyarakat luas, maka sudah sepatutnya didukung,” tuturnya.

Dalam ajaran Islam, kata dia, menjaga kesehatan bukan sekadar ikhtiar pribadi, melainkan juga bagian dari perintah agama. Dalam hal ini, BPJS Kesehatan bisa bermanfaat dalam memudahkan warga mengakses layanan kesehatan yang diperlukan.

Keikutsertaan JKN bahkan bisa lebih menguntungkan karena mengusung konsep tolong-menolong yang sejalan dengan prinsip solidaritas dalam Islam.

Dengan iuran yang terjangkau dan sistem gotong rotong, warga bisa saling membantu. Jika ada yang sakit, warga tak lagi harus membenani keluarga secara ekonomi.

Pastikan warga terus terdaftar JKN

Tokoh agama umat Kristen dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan, Pendeta Retno Ratih Suryaning Handayani, mendukung pula JKN. Ia menegaskan, secara prinsip, gereja-gereja di bawah naungan GKJ mendukung penuh program BPJS Kesehatan.

Menurutnya, dorongan ini tidak hanya berhenti pada tataran wacana. Di GKJ Manahan, para pendeta dan seluruh karyawan gereja faktanya telah didaftarkan dan menjadi peserta aktif JKN.

Dalam mendorong jemaat untuk turut serta menjadi peserta JKN, Pendeta Ratih bercerita, pendekatannya tak melulu lewat khotbah. 

Ia juga telah membangun percakapan kecil dalam kelompok atau secara pribadi saat berbincang dengan jemaat.

"Saya percaya, mengajak itu bisa lewat banyak cara. Kadang cukup dari obrolan sederhana, saling cerita, dan memberi contoh nyata," tambahnya.

Ia pun mengaku senang ketika mengetahui tingkat kepesertaan JKN di Solo sudah terbilang tinggi. 

"Tantangannya sekarang lebih kepada bagaimana kita harus bisa saling menjaga agar tidak ada yang sampai lepas dari program ini. Semua mesti bergerak," ajaknya.

Baca juga: Penyakit dan Operasi Apa Saja yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Kejar 100 persen

Kabid Pelayanan Kesehatan DKK Solo, Nur Hastuti, menyambut baik keterlibatan tokoh agama dan penghayat kepercayaan dalam menyuarakan pentingnya JKN.

Ia berucap, kolaborasi lintas elemen ini memperkuat upaya menjangkau seluruh warga.

"Kesehatan adalah hak semua orang. Kami sangat mengapresiasi para tokoh masyarakat, termasuk ketua RT/RW dan LPMK yang ikut bergerak memastikan tak ada warga tercecer dari program JKN," ujarnya.

Nur pun bersyukur cakupan JKN di Solo per Juni 2025 telah melebihi 98 persen. Ini memperpanjang raihan baik Solo yang tak pernah memiliki persentase kepersertaan JKN kurang dari 90 persen sejak 2017 dan meraih penghargaan UHC pada 2018.

”Pemkot bagaimanapun telah berkomitmen ingin menjadikan seluruh warga, baik mampu maupun tidak mampu, bisa terkaver jaminan kesehatan dengan berbagai upaya,” ucapnya. 

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Solo, Debbie Nianta Musigiasari, menyadari aksi warga Solo dalam mendukung program JKN memang luar biasa. Begitu juga dengan Pemkotnya yang punya beragam inisiatif dalam mendorong kepesertaan JKN, termasuk dengan rutin sosialisasi dan menyiapkan anggaran khusus untuk PBI ABPD.

”Warganya saling mengingatkan, Pemkot aktif mendorong. Ini sinergi yang luar biasa dari Solo yang bisa jadi contoh untuk daerah lain," ujarnya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi