Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Beauty Privilege" dalam Pekerjaan dan Karier, Mitos atau Fakta?

Baca di App
Lihat Foto
FREEPIK/STUDIOREDCUP
Ilustrasi berpenampilan menarik
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Isu mengenai "beauty privilege" atau keistimewaan yang diperoleh karena penampilan fisik masih menjadi pembicaraan hangat kalangan warganet, terutama berkaitan dengan rekrutmen pekerjaan tertentu.

Namun, seorang pengguna akun X @Sivas*** membagikan pendapatnya bahwa beauty previlage hanya sebuah mitos.

"Beauty privilege cuma mitos buat yang iri, cewek cakep pasti kerja lebih keras dan pantas dapat lebih. Kalau kamu nggak suka, ya ubah muka sendiri, jangan salahkan dunia!," tulis akun tersebut, Selasa (15/7/2025).

Beauty privilege merujuk pada keuntungan sosial dan profesional yang diperoleh individu yang dianggap menarik secara fisik menurut standar masyarakat. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka cenderung menerima perlakuan lebih baik, peluang lebih besar, dan perhatian lebih dibandingkan orang yang dianggap kurang menarik.

Lantas, benarkah beauty privilege dapat membuka lebih banyak pintu karier? 

Baca juga: Foto Profil WhatsApp Jadi Pertimbangan Diterima Kerja? Ini Kata Praktisi HR

Bukan beauty privilage, tapi penampilan profesional

Head of PR & Social Indonesia, Jobstreet by SEEK, Adham Somantrie menjelaskan, pada dasarnya, perusahaan memiliki mekanisme perekrutan sendiri.

Namun, perusahaan idealnya harus menerapkan prinsip fair hiring (rekrutmen yang adil).

Prinsip fair hiring mencakup proses perekrutan yang tidak mendiskriminasi kandidat berdasarkan penampilan fisik termasuk ras, etnis, warna kulit, atau faktor fisik alaminya.

"Prinsip rekrutmen yang adil ini mengutamakan kualifikasi, kompetensi, dan kemampuan nyata kandidat untuk menjalankan pekerjaan secara setara," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (17/7/2025).

Dalam konteks ini, Adham juga mengingatkan agar tidak menyamakan penampilan menarik yang kerap dikaitkan dengan beauty privilege, yakni keuntungan sosial akibat dianggap menarik secara fisik dengan penampilan profesional. 

Ia menekankan, dunia kerja membutuhkan kandidat yang tampil rapi, bersih, dan sesuai dengan etika berpakaian profesional, bukan semata-mata yang memenuhi standar kecantikan populer.

Baca juga: Praktisi HR Bagikan Tips Membuat CV Lamaran Kerja yang Menarik, Apa yang Tidak Boleh Dilakukan?

Pentingnya berpenampilan profesional

Adham menambahkan, penampilan yang rapi dan pantas tetap penting dalam konteks profesional. 

Bukan karena faktor estetika, melainkan karena hal ini menciptakan kesan pertama yang positif dan menunjukkan kesiapan untuk bekerja dalam lingkungan profesional.

“Kami menganjurkan kandidat untuk tampil bersih, rapi, dan profesional, rambut tertata, pakaian pantas, serta menjaga kebersihan diri,” jelas dia. 

Penampilan yang tertata, menurut Adham, membuat kandidat terlihat lebih kompeten dan mampu memberikan rasa nyaman, baik bagi rekan kerja maupun pelanggan.

Penampilan profesional ini menjadi sangat krusial untuk posisi yang berinteraksi langsung dengan publik, seperti di sektor hospitality, layanan pelanggan, retail, dan penjualan. 

Di sektor-sektor tersebut, representasi diri bukan sekadar refleksi individu, tapi juga wajah perusahaan.

Baca juga: PT ZHN Pecat HR yang Teriaki Calon Karyawan dengan Kata Sampah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi