Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Akan Bekukan 10.000 Tinja Manusia di Gudang Penyimpanan Swiss, untuk Apa?

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY/PUBLICDOMAINPICTURES
Ilustrasi es batu. Ilmuwan akan bekukan 10.000 tinja manusia demi menyelamatkan Bumi dari krisis.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Para ilmuwan tengah menjalankan proyek ambisius yakni pembekuan tinja manusia.

Proyek ini bernama Microbiota Vault, sebuah inisiatif dari ilmuwan internasional yang menargetkan pengumpulan 10.000 sampel tinja manusia pada tahun 2029.

Saat ini, kotoran manusia yang dibekukan disimpan di gudang penyimpanan utama yang berada di Zurich University, Swiss. 

Namun, para pendirinya tengah mencari lokasi permanen yang lebih stabil terhadap perubahan iklim.

Mereka sedang mencari wilayah dengan suhu sangat rendah seperti Kanada atau pegunungan Swiss yang menjadi kandidat ideal. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, apa tujuan proyek Microbiota Vault dan sejauh mana perkembangannya?

Baca juga: Ilmuwan Temukan Bentang Alam Purba di Bawah Es Antartika, Bisa Bantu Prediksi Dampak Pemanasan Global

Tujuan pembekuan tinja manusia

Dikutip dari WIO News, Sabtu (19/7/2025), proyek Microbiota Vault sendiri diluncurkan pada 2018. 

Saat ini proyek tengah memasuki fase ekspansi setelah melalui serangkaian uji kelayakan pengumpulan dan pengiriman sampel kotoran serta makanan fermentasi dari berbagai penjuru dunia.

Proyek Microbiota Vault dilakukan guna mengawetkan mikroba.

Para ilmuwan ingin menyimpan kotoran manusia karena di dalamnya ada miliaran mikroba yang mungkin bisa berguna untuk mengatasi masalah kesehatan di masa depan.

“Tujuan utama proyek ini adalah melestarikan mikroba,” tulis tim peneliti dalam jurnal Nature Communications yang memuat perkembangan terbaru proyek tersebut. 

Selain kotoran manusia, gudang ini juga menyimpan lebih dari 200 jenis makanan fermentasi karena kandungan mikroba ramah usus di dalamnya. 

Ke depannya, mikroba dari lingkungan juga akan ditambahkan ke dalam koleksi.

Baca juga: Ilmuwan Akan Mencairkan Es Berusia 1,5 Juta Tahun untuk Pecahkan Misteri Iklim

Ulah manusia jadi penyebab krisis mikrobioma

Tim peneliti menekankan bahwa hilangnya mikroba bukan hanya mengancam tubuh manusia, tetapi juga ekosistem secara keseluruhan. 

“Pertanian modern, pencairan es akibat perubahan iklim, dan penggunaan antibiotik yang berlebihan telah menggerus mikrobioma secara drastis,” kata Dr. Martin Blaser, Direktur Pusat Bioteknologi dan Kedokteran Lanjutan di Universitas Rutgers, sekaligus salah satu penulis komentar dalam jurnal tersebut. 

Ia menyebut bahwa ulah manusia menjadi penyebab utama krisis mikrobioma.

Walau belum sepenuhnya yakin apakah reintroduksi mikroba ke dalam tubuh manusia atau alam akan efektif, Blaser berharap ilmu pengetahuan akan berkembang hingga mampu mengembangkan teknik pemulihan yang benar-benar efektif.

Baca juga: Bisakah Gunung Api yang Sudah Mati Aktif Lagi? Ini Kata Ilmuwan

Terinspirasi oleh Svalbard Global Seed Vault, gudang benih tanaman global di Norwegia, para pendiri Microbiota Vault merasa urgensi yang sama untuk menyelamatkan keragaman mikroba. 

Saat ini, gudang di Swiss telah menyimpan 1.204 sampel feses dan 190 sampel makanan dari negara-negara seperti Benin, Brasil, Ethiopia, Ghana, Laos, Thailand, dan Swiss, yang semuanya disimpan pada suhu minus 80 derajat Celcius.

Blaser menyebut proyek ini sebagai warisan penting bagi generasi mendatang. 

Ia bahkan meyakini bahwa mikroba-mikroba yang diamankan hari ini, mungkin bisa mencegah bencana besar 100 tahun dari sekarang.

Baca juga: Berapa Umur Maksimal Manusia? Ilmuwan Temukan Jawabannya

Dampak serius hilangnya mikroba 

Dilansir dari Live Science, Jumat (27/6/2025), tujuan jangka panjang proyek ini adalah menyimpan cadangan mikroba dari manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan. 

Dengan begitu, generasi mendatang bisa menggunakannya untuk penelitian, menjaga kesehatan, atau memulihkan alam jika terjadi krisis.

Para peneliti menjelaskan bahwa hilangnya mikroba bisa berdampak serius, mulai dari meningkatnya penyakit kronis seperti alergi, autoimun, hingga masalah metabolik.

Dampaknya juga terasa di alam, karena berkurangnya keanekaragaman mikroba bisa merusak pertanian dan ketahanan lingkungan.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Badai Terbesar di AS Semakin Menguat, Apa Penyebabnya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi