KOMPAS.com - Otoritas Korea Selatan (Korsel) menemukan fakta bahwa pilot Jeju Air salah mematikan mesin sebelum kecelakaan naas terjadi pada Minggu (29/12/2024) lalu.
Hal tersebut diketahui dari laporan sementara yang dirilis Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korsel (ARAIB).
ARAIB telah menyampaikan temuan miliknya kepada keluarga korban Jeju Air dalam sebuah pengarahan di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan pada Sabtu (19/7/2025).
Baca juga: Fakta Baru Jeju Air: Korsel Sebut Pilot Salah Matikan Mesin, Keluarga Korban Geram
Pilot matikan mesin sebelah kiri
Berdasarkan laporan ARAIB yang diberitakan media Korsel, Chosun pada Senin (21/7/2025), pilot seharusnya mematikan mesin sebelah kanan yang rusak akibat tabrakan burung atau bird strike ketika hendak mendarat di Bandara Muan.
Namun, pilot justru mematikan mesin sebelah kiri yang masih menyala sehingga pesawat kehilangan tenaga dari dua mesin.
Tindakan pilot juga dinilai membuat roda pendaratan tidak dapat berfungsi dengan baik.
ARAIB juga merilis rekaman suara kokpit yang menunjukkan bahwa pilot berkata, “Matikan mesin nomor dua”. Ucapan ini merujuk pada mesin bagian kanan.
Meski begitu, data penerbangan memperlihatkan fakta sebaliknya. Mesin nomor satu yang berada di sebelah kiri justru yang dimatikan.
Hal ini menunjukkan bahwa pilot mungkin salah mengenali kedua mesin di bawah tekanan.
Baca juga: Menhub Korsel Nyatakan Siap Mundur Buntut Kecelakaan Jeju Air
Mesin pesawat sebelah kiri tidak rusak
ARAIB menambahkan, tim investigasi memastikan bahwa mesin sebelah kiri tidak mengalami kerusakan sebelum kecelakaan Jeju Air.
Otoritas setempat menemukan sistem kontrol elektronik mesin masih berfungsi secara normal.
Dari hasil penyelidikan, ditemukan fakta bahwa penghentian mesin sebelah kiri disebabkan oleh tindakan secara manual, bukan kegagalan sistem.
Sementara itu, laporan yang dirilis Korea Times pada Senin (21/7/2025) menunjukkan, pilot Jeju Air diduga secara tidak sengaja mematikan mesin sebelah kiri yang masih berfungsi ketika mengikuti prosedur darurat.
Baca juga: Polisi Korsel Selidiki Email Klaim Dalang Kecelakaan Jeju Air, Apa Isi Pesannya?
Tindakan pilot membuat penghentian Integrated Drive Generator (IDG), komponen penting yang berfungsi untuk menghasilkan dan memasok daya listrik ke seluruh sistem pesawat.
IDG yang tidak berfungsi secara baik membuat beberapa peralatan penting, seperti kotak hitam dan roda pendaratan, tidak bekerja sebagaimana mestinya beberapa saat sebelum kecelakaan Jeju Air.
Selain itu, otoritas setempat juga mendapati temuan bahwa pilot sempat mengeluarkan peringatan mayday sebelum mendarat di Bandara Muan dengan posisi pesawat yang miring.
Pesawat lalu keluar dari landasan pacu dengan kecepatan tinggi, menabrak tanggul beton yang menopang antena sistem pendaratan instrumen, lalu meledak dan terbakar.
Peristiwa tersebut menyebabkan 179 dari 181 orang meninggal. Hanya dua awak kabin yang ditemukan dalam kondisi selamat.
Baca juga: Polisi Selidiki Komentar Warganet Korsel yang Hina Keluarga Korban Pesawat Jeju Air
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.