KOMPAS.com - Presiden Prabowo Subianto resmi meluncurkan Koperasi Merah Putih (KMP) pada Senin (21/7/2025).
Menurutnya, Koperasi Merah Putih bergerak dengan pendekatan ekonomi kerakyatan, serta berlandaskan gotong royong dan kekeluargaan.
“Koperasi ini adalah usaha besar dan strategis. Waktu dapat laporan-laporan semacam ini (permasalahan desa), jalan keluarnya apa? Satu-satunya jalan adalah koperasi," kata Prabowo saat peresmian.
Meski dianggap sebagai langkah inovatif untuk memperkuat ekonomi kerakyatan, sejumlah pakar menilai, program ini belum sepenuhnya bebas dari tantangan mendasar.
Lantas, apa saja risiko dan tantangan Koperasi Merah Putih ke depan?
Baca juga: Sejarah Hari Koperasi Nasional setiap 12 Juli, Apa Peran Mohammad Hatta?
Koperasi Merah Putih berisiko jadi proyek sesaat
Ekonom Universitas Diponegoro, Wahyu Widodo menilai, tantangan terbesar dari pembentukan Koperasi Merah Putih (KMP) bukan sekadar teknis, melainkan menyangkut hal-hal mendasar, seperti filosofi, kelembagaan, dan keberlanjutan (sustainability).
Ia mempertanyakan pijakan ideologis dari pendirian Koperasi Merah Putih dan alasannya yang diklaim sebagai solusi utama ekonomi kerakyatan.
"Mengapa harus dalam bentuk koperasi? Apakah hal ini berkaitan langsung dengan mandat konstitusi, atau ada tujuan organisasi yang lebih mendalam?" kata Wahyu saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/7/2025).
Dari sisi kelembagaan, ia juga menyoroti posisi KMP dalam ekosistem pemberdayaan yang sudah berjalan saat ini.
Baca juga: Zulkifli Hasan Jadi Ketua Satgas Koperasi Desa Merah Putih, Apa Saja Tugasnya?
Menurutnya, penting untuk melihat kejelasan relasi KMP dengan badan-badan seperti BUMDes, serta kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia yang mendukungnya.
"Kita harus melihat bagaimana kesiapan SDM dan infrastruktur dalam menjalankan koperasi ini. Jangan sampai tumpang tindih dengan lembaga lain yang sudah lebih dulu berjalan seperti BUMDes atau unit pemberdayaan serupa," ujarnya.
Wahyu menegaskan, aspek keberlanjutan atau sustainability menjadi titik lemah klasik dalam banyak program pemerintah lintas rezim.
Karena itu tanpa perencanaan matang dan kesinambungan kebijakan, koperasi ini berisiko hanya menjadi proyek sesaat.
"Keberlanjutan ini memang masalah klasik, tapi justru sangat krusial. Banyak program besar berhenti di tengah jalan karena tidak mampu bertahan dari pemerintahan ke pemerintahan, selanjutnya," pungkasnya.
Baca juga: Program Koperasi Desa Merah Putih Sangat Berisiko Menurut Riset, Celios Rekomendasikan Ini
Ideal untuk rakyat, tapi rawan menjadi korporasi
Senada, ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin mengatakan, koperasi merupakan bentuk usaha yang paling sesuai untuk masyarakat Indonesia.
Menurutnya, koperasi tidak hanya dapat menjalankan prinsip ekonomi modern yang berorientasi pada keuntungan, tetapi juga memastikan bahwa hasil usaha tersebut dinikmati secara kolektif oleh para anggotanya.
“Model koperasi itu ideal karena bisa tetap berorientasi pada profit, tapi hasilnya dibagi secara adil kepada seluruh anggota,” jelas Eddy saat dihubungi secara terpisah, Senin (22/7/2025).
Ia menambahkan, konsep ini selaras dengan semangat ekonomi gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
Baca juga: Detail Koperasi Desa Merah Putih, dari Jumlah KPM hingga Pengurus
Namun, tantangan utama terletak pada tahap implementasi. Seiring waktu, akan ada koperasi yang berkembang pesat dan ada pula yang bertahan dalam skala kecil.
Menurut Eddy, dinamika tersebut bisa menggeser fokus koperasi dari nilai kebersamaan menjadi orientasi korporat semata.
“Pertanyaannya, apakah koperasi yang tumbuh besar masih bisa menjaga amanah untuk menyejahterakan anggota sebagai core value-nya? Atau justru berubah menjadi seperti perusahaan konvensional yang mengejar laba sebesar-besarnya?” tuturnya.
Eddy menekankan, pemerintah perlu pengawasan nilai dan tujuan agar koperasi tidak kehilangan jati dirinya di tengah ekspansi.
Baca juga: Apa Itu Koperasi Desa Merah Putih yang Bakal Didirikan Pemerintah?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.