KOMPAS.com - Bumi dilaporkan akan menyelesaikan rotasi penuh sedikit lebih cepat dari biasanya pada 5 Agustus 2025.
Dilansir dari Space, Senin (21/7/2025), hari itu tercatat sebagai hari terpendek ketiga sepanjang tahun ini, dengan durasi 1,25 milidetik lebih singkat dari standar 24 jam.
Perbedaan ini memang tidak terasa dalam aktivitas sehari-hari, tetapi menjadi bagian dari tren rotasi Bumi yang terus berubah.
Jika tren ini berlanjut, para ilmuwan memperkirakan satu detik mungkin harus dikurangi dari jam atom sekitar tahun 2029.
Baca juga: Setelah 9 Juli Masih Ada 2 Hari yang Berlangsung Lebih Singkat akibat Rotasi Bumi, Kapan Itu?
Langkah ini disebut detik kabisat negatif dan belum pernah dilakukan sebelumnya.
Apa penyebab hari bisa semakin pendek durasinya?
Dilansir dari CNN, Senin (21/7/2025), panjang satu hari secara teknis adalah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu rotasi penuh, sekitar 86.400 detik.
Namun, faktor seperti tarikan gravitasi bulan, perubahan atmosfer musiman, dan pergerakan inti cair Bumi membuat rotasi tidak selalu konsisten.
Akibatnya, perbedaan kecil dalam durasi hari, meskipun hanya beberapa milidetik, dapat terjadi.
Dalam sejarah awal Bumi, satu hari hanya berlangsung sekitar 19 jam.
Seiring waktu, hari-hari menjadi lebih panjang akibat gesekan pasang surut Bulan yang menyebabkan Bulan perlahan menjauh dari Bumi dan memperlambat rotasi planet.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, rotasi Bumi justru mengalami percepatan.
Meski percepatan ini menimbulkan tanda tanya, studi pada 2024 menunjukkan bahwa mencairnya es kutub dan naiknya permukaan laut bisa memengaruhi kecepatan rotasi.
Tetapi, perubahan massa tersebut justru cenderung memperlambat rotasi, bukan mempercepatnya.
Baca juga: Rotasi Bumi Semakin Cepat, Hari-hari Bulan Juli-Agustus 2025 Diprediksi Bakal Lebih Singkat
Penjelasan yang lebih mungkin adalah perubahan yang terjadi di inti Bumi.
Pergerakan inti cair Bumi dapat memengaruhi distribusi momentum sudut, membuat mantel dan kerak berputar sedikit lebih cepat.
“Penyebab percepatan ini belum diketahui secara pasti,” kata Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Universitas Negeri Moskwa kepada Timeanddate.com.
Menurutnya, sebagian besar ilmuwan menduga sumber percepatan ini berasal dari dalam Bumi karena model atmosfer dan samudra tidak mampu menjelaskannya.
Zotov memperkirakan percepatan ini akan segera melambat, yang berarti fenomena ini mungkin hanya anomali sementara dalam tren panjang menuju rotasi yang makin lambat dan hari-hari yang makin panjang.
Fisikawan dari National Institute of Standards and Technology, Judah Levine, mengatakan bahwa jika percepatan waktu terus berlanjut, para ilmuwan memprediksi kemungkinan munculnya detik kabisat negatif.
Detik kabisat negatif adalah pengurangan satu detik dari waktu resmi.
“Itu belum pernah terjadi sebelumnya. Namun sekarang probabilitasnya sekitar 40 persen terjadi sebelum 2035,” terang dia.
Menurut pakar geofisika dari University of California, San Diego, Duncan Agnew, fluktuasi rotasi Bumi dipengaruhi oleh posisi bulan dan pasang surut.
Pada musim panas, rotasi Bumi cenderung lebih cepat karena perlambatan atmosfer yang berimbas pada peningkatan momentum rotasi planet.
"Ada tren jangka panjang, tapi juga naik-turun yang tidak terduga," ucap Agnew.
Baca juga: Rotasi Bumi Lebih Cepat, Dunia Akan Alami Hari Terpendek pada Juli dan Agustus 2025?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.